sedih?

951 81 5
                                    

Malam ini udara begitu sejuk, angin berhempus kencang membuat seorang gadis yang terkenal elegan tersebut merasa kedinginan.

"Huh, kenapa malam ini begitu dingin?" tanya Clara berbicara sendiri.

Gadis itu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur sembari menutupi tubuhnya dengan selimut, Clara memejamkan matanya perlahan agar segera tertidur namun usahanya gagal.

"Susah sekali untuk tidur jika udara sangat dingin seperti ini, lagian Barra kemana sih? Dari tadi belum pulang juga," gerutu Clara.

Ditengah kekesalannya tiba-tiba Clara teringat tentang sesuatu yang masih mengganjal dipikirannya.

Arkan.
Ya, orang itu selalu membuat Clara bertanya-tanya tentang identitasnya.
Orang yang tiba-tiba menawarkan diri ingin menjadi temannya dan juga Barra.

"Apa tujuannya? Aneh sekali, kenapa tiba-tiba dia datang dan kemudian berusaha untuk dekat denganku dan juga Barra," monolog Clara.

"An-to-nio," ucap Clara menyebut nama tersebut secara satu persatu.

"nama itu dipakai pada nama Arkan, apa dia keturunan dari keluarga Antonio? Tapi nama Antonio memang bukan cuma satu," ucap Clara.

"Aku harus mencari tau tentang dirinya terlebih dahulu."

"Dorrr."

Teng..

teng...

"Astaga!"

Clara dikagetkan oleh Barra yang tiba-tiba naik keatas kasur dan membawa dua panci.

"Kamu apaansih?" tanya Clara menaikkan alisnya.

Clara tak mengerti lagi dengan Barra yang akhir-akhir ini terlihat seperti anak-anak kecil, kelakuannya sangat menjengkelkan jika dirumah bersamanya, tapi jika disekolah dia selalu saja bersifat sok cool dan berwibawa.

"Kamu ngapain ngelamun coba? Lagi mikirin apa? Mikirin cowok lain ya kamu," tuduh Barra.

"Please Barra," mohon Clara agar Barra berhenti membuat dirinya kesal.

"Oke sayang, kamu ngelamunin apa?" tanya Barra menaruh panci diatas kepalanya.

Clara menggelengkan kepala melihat hal konyol yang dilakukan kekasihnya. "Kamu bisa nggak sih, jangan kayak anak Tk gitu!"

"Emang anak TK sering main panci kayak gini?" tanya Barra menggoda.

"Terserah Lo," ketus Clara.

"Oh jadi ngomongnya udah Lo Gue? Oke Gue nggak masalah ya tapi awas aja Lo ya," ucap Barra dengan nada yang dibuat buat.

"Ngeselin Lo," ucap Clara melempar guling kepada Barra.

"Awhhh, Lo kok gitu sih?" tanya Barra menatap Clara tajam.

"Apa Lo, gak terima?"

Clara segera bangkit mendekati Barra dan kemudian menjewer Barra tanpa ampun.

"Awhhh, yang sakit amp-"

"Awhh."

"Rasain," Clara melepaskan jewerannya.

Gadis itu tertawa kecil saat melihat wajah kesakitan Barra karena di jewer olehnya.

"Padahal itu belum seberapa," ucap Clara.

"Belum seberapa gimana? Jelas jelas ini sakit banget, pasti merah."

"Utututu maaf ya sayang," ucap Clara memeluk tubuh Barra.

Barra hanya bisa diam karena saat itu juga pipi nya memerah, entahlah rasanya pelukan Clara sangat membuatnya nyaman dan terasa hangat.

"Jangan dilepas," Barra menarik tangan Clara saat kekasihnya itu ingin melepas pelukan mereka.

Dᴜᴀ Psɪᴋᴏᴘᴀᴛ [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang