Psikopat

866 83 1
                                    

Barra dan Alex berjalan pulang menuju rumah, selama diperjalanan mereka tidak berbicara apapun.
Alex sesekali menatap Barra dan kemudian memalingkan pandangan kedepan.

Barra hanya tersenyum tipis melihat Alex yang tampak merasa bersalah karena perbuatan yang dilakukan olehnya.

****

Sesampai di rumah Liora terkejut menatap Alex, baju anaknya dikotori oleh darah.

"Mama," panggil Alex menunduk.

Liora tak menjawab panggilan tersebut, Ia hanya diam.
Beberapa saat kemudian Ia menatap ke arah Barra yang dilumuri oleh darah begitu banyak melebihi anaknya.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Liora.

Barra mengerdikkan bahu dan berjalan menuju ruang atas untuk mengganti pakaiannya.

"Alex, apa yang kamu lakukan?" tanya Liora.

"A-Alex ta-tadi-"

"Apa sayang? Jawab Mama!" Liora menaikkan nada bicaranya karena kesal melihat anaknya kotor dengan darah.

"Maafin Alex, Ma."

"Maaf untuk apa?"

"Alex sama Kak Barra tadi ke rumah Om Jordan."

"Lalu?" tanya Liora menunggu pernyataan dari Alex.

"Kami membunuh Om Jordan," ucap Alex meneteskan air mata.

Liora terkejut dengan apa yang barusan dibilang oleh anaknya, Ia tidak percaya bahwa anaknya yang polos tega melakukan hal jahat seperti itu.

'Tidak mungkin dia melakukannya'

Alex memegang pipi kanan Liora sambil menundukkan wajahnya karena ketakutan.

"Kenapa nak?" tanya Liora menangis.

"Dia sudah menyakiti Mama, Dia yamg buat Mama sedih begini, aku tidak tahan kalau Mama terus bersedih karenanya."

Ungkapan Alex membuat hati Liora sedikit sakit, seakan dada nya dihimpit kan oleh batu besar.

"Tapi ini tidak benar, Alex kau melakukan kesalahan besar,"

"Aku tau itu, tapi aku hanya ingin dia merasakan seperti yang Mama rasakan setiap hari."

Liora memejamkan matanya, berharap bahwa ini adalah mimpi buruknya, namun setelah dia kembali membuka matanya, kenyataan tidak berubah.

Anaknya memang sudah membunuh!

Sementara diruang atas Barra sedang mengganti pakaian dan menceritakan kejadian soal Jordan kepada Clara, membuat Clara menjadi emosi mendengar cerita dari Barra.

'Dasar Pria bodoh!' batin Clara.

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun, aku hanya melakukan apa yang menurutku benar, kau mengerti kan sayang?"

"Tapi itu kesalahan bagi Alex!" bentak Clara.

"Hei, kenapa sekarang kau begitu lemah? Apa sekarang jiwa psikopatmu itu sudah hilang?" tanya Barra kesal mendengar omongan Clara.

"Diam kau! Aku tidak lemah, aku hanya tidak suka dengan caramu yang murahan itu!"

Barra mengacak frustasi rambutnya, rasanya saat ini kepala nya ingin pecah karena mendengar Clara yamg sangat bawel.

"Ada apa denganmu? Dulu kau begitu suka dengan caraku membunuh seseorang, tapi kenapa sekarang tidak?" tanya Barra menaikkan alisnya.

"Karena kau melibatkan Alex!" teriak Clara.

"Dia akan jadi seperti kita karena dia tinggal di rumahku!" Ujar Barra balik berteriak.

"Tapi dia masih sangat kecil," ucap Clara yang sudah tak mengerti dengan kekasihnya.

"Kau juga menjadi psikopat saat umurmu masih kecil," jawab Barra.

Clara terdiam mematung mendengar perkataan dari Barra, entah mengapa hatinya sedikit sakit mendengar ucapan Barra.

"Maafkan aku," ucap Barra tak tega melihat Clara bersedih.

"Maaf karena aku begitu agresif, aku janji bahwa aku tak akan mengulangnya."

"Kau berjanji?" tanya Clara.

Barra tersenyum lega. "Ya, aku berjanji padamu."

Tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu yang begitu keras.

Tok..
Tok...
Tok...
Tok.....
Tok...
Tok...

Barra berjalan membuka pintunya, saat pintu sudah di buka terlihat Liora yang berdiri dihadapannya dengan tatapan kemarahan.

"Ada apa?" tanya Barra.

Liora membulatkan matanya saat seakan tak percaya bahwa Barra terlihat sangat santai dan tak merasa bersalah sama sekali.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau gila?" tanya Liora.

Barra tertawa kecil melihat Liora, yang benar saja? Wanita itu berani sekali memarahinya.

"Kau tidak suka?" tanya Barra.

"Ya, aku sangat tidak suka, mungkin kau terbiasa membunuh seseorang, tapi tidak dengan anakku!" tegas Liora.

Clara yang mendengar pembicaraan mereka berdua hanya melihat dan tersenyum kearah Liora.
Clara tidak ingin menghabiskan waktunya lagi dan lagi hanya untuk Liora dan Alex, lebih baik dia istirahat saja daripada mengurusi hal ini.

"Hei, turunkan nada bicaramu saat berbicara denganku!" ucap Barra sedikit lantang.

"Kumohon Barra, jangan pernah menyuruh anakku untuk membunuh siapapun!" ucap Liora dengan tangan memohon.

Seperti ini> 🙏

Barra menarik lengan Liora dengan sangat keras, tatapannya begitu tajam membuat nyali Liora menciut.

"Kau tinggal di rumahku, rumah Barra seorang psikopat kejam, jadi kau tau kan bagaimana aku?" tanya Barra menatap smirk.

Liora menelan salivanya, Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Memang dia hanya tinggal disini dan saat ia memutuskan untuk disini, maka ia harus menerima segala resiko.

Dᴜᴀ Psɪᴋᴏᴘᴀᴛ [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang