Juni 2000
Baju Baru Pertama4 Bulan yang cukup berat bagi saya. Setelah malam dimana saya menemui Pijar saat itu, saya tidak langsung mendapat pekerjaan esoknya. Saya masih menjadi pengangguran sekitar 2 minggu.
Saya masih menjadi manusia luntang-luntung yang berjalan tanpa arah, sesekali duduk bersama tukang becak, sesekali mengamati pemulung, dan juga tidur di emperan toko bangunan sambil menatap remang lampu yang tiap hari seakan menertawakan keadaan saya.
Saya baru menemukan pekerjaan sebagai tukang bersih-bersih di sebuah kedai kopi, di minggu ke-3. Pukul 07.00-13.00 saya bekerja disana, setelah pulang dari kedai kopi saya beralih mencari pekerjaan lain, mulai dari kuli angkat di pasar, tukang parkir, sampai akhirnya saya menemukan salah satu lowongan pekerjaan yang cukup menjanjikan saat itu. Selepas saya pulang dari kedai, saya menjaga warnet.
Sesekali saya membenarkan komputer yang rusak, sampai akhirnya selama 4 bulan saya dapat mengumpulkan banyak uang dari hasil service computer atau laptop. Banyak uang yang saya maksud tidak sebegitu banyak sebenarnya, hanya sekitar 600 ribu perbulan. Saya juga mulai menghentikan merokok, sebenarnya alasan yang sangat lucu, saya berhenti merokok karena memang tidak mampu membeli rokok.
Meski sesekali saya ikut merokok milik teman di warnet. Jadi intinya, saya tidak merokok karena tidak punya uang, tapi saya tidak berhenti merokok jika ada yang menawarkan.
Saat itu, saya masih begitu ingat, saya mempunyai uang 1,5 juta bersih. Lebih sedikit kalau tidak salah, saya ingin menyewa sebuah kos untuk Pijar dan saya tempati. Tapi mengingat uang saya masih sedikit, saya pikir akan lebih baik jika Pijar berada di panti terlebih dahulu. Uang yang jumlahnya tak banyak itu benar-benar saya jaga, tetapi ketika melewati sebuah pasar, saya justru menatap baliho besar yang bertuliskan 'Cuci Gudang, Diskon 70%'
Ah iya, selama 4 bulan ini saya hanya mempunyai 5 pakaian ganti. Itu saja pakaian petugas kedai, dan beberapa pakaian yang diberikan ibu panti pada saya. Dengan langkah ragu dan malu-malu saat itu, saya memasuki toko pakaian yang bertuliskan diskon.
Ramai sekali, banyak pengunjung yang sepertinya tertarik akan embel-embel diskon 70% itu. Saya mengikuti pengunjung lain dengan memilih-milih pakaian yang ada di toko.
"Berapa ini?"
"240.000. itu sudah potongan harga 70%"
Saya membasahi bibir saya yang kering saat mendengar percakapan beberapa pengunjung. Sebenarnya saya agak ragu untuk memilih barang disana, harga diskon saja mahal apalagi harga aslinya. Akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari toko. Agaknya mungkin memang tidak ada baju yang cocok disana. Maksud saya cocok dengan duit saya.
Akhirnya saya berjalan kembali menuju panti. Hari itu memang saya sengaja meliburkan diri dari dua pekerjaan utama saya.. karena saya sudah 2 minggu tidak mengunjungi PIjar. Memang, semenjak saya bekerja, saat itu saya mengatakan pada Pijar agar tidak perlu menunggu saya setiap malam. Awalnya dia justru menangis, tetapi akhirnya setelah saya memberi nasihat yang cukup menggelikan, dia mau menurutinya. Saya bilang begini saat itu,
"Pijar, nanti kalau saya sudah punya banyak uang. Saya akan bawa kamu untuk ke rumah. Nanti Pijar gak perlu nunggu lagi. Jadi Pijar harus nurut ya,"
Saya tersenyum sendiri mengingatnya, Pijar memang tidak pernah merengkek. Hanya sesekali menangis dan saya juga tidak tahu kenapa, dia sering menangis ketika saya mengunjungi dan memeluk saya. Karena saya pikir justru dia rindu dengan saya, jadi saya tidak terlalu mengkhawatirkan tangisan itu.
Diperbelokan sebelum jalan ke panti, saya melihat pasar gratis. Iya tulisannya memang begitu, ada yang jual buku, pakaian, sandal dan juga pernak-penik seperti topi. Sebenarnya pasar gratis itu hanya sebuah julukan pasar yang para pedangangnya tidak perlu membayar sewa. Memang barang yang dijual disana adalah rombengan- barang bekas yang layak pakai, tapi cukup ramai pasar tersebut dikunjungi. Mungkin karena harga yang merakyat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Dandelion dari 056
General FictionSUDAH TAMAT (Re-Publish dg Revisi) PERINGATAN!! Jangan dibaca ketika emosi sedang tidak stabil, sedang mengalami depresj berat, karena beberapa kalimat menggambarkan keputusasaan. Dan ketika sudah membaca DIHARUSKAN sampai selesai. Agar dapat...