Surat-surat Kematian
Dari nama 056, lewat jeruji besi yang tak saya kenali dimana.
Untuk : Pijar Dandelion, Putri saya
Sepi, dingin dan begitu terasa kosong. Bagian bumi mana yang saya pijak saat ini? Hari apa dan tanggal berapa saya menulis ini. Tangan saya begitu kaku, begitu terasa dingin entah karena siraman es atau karena saya tidak pernah bisa lagi menggenggam tanganmu, Pijar. Saya sudah berbeda Pijar, disini saya tidak memiliki waktu untuk membersihkan badan, memotong rambut yang mulai panjang, dan juga pada akhirnya membiarkan jenggot tumbuh di wajah saya. Saya sudah seperti orang gila, yang setiap hari semakin merasakan kegilaan saat saya tidak bisa lagi menemuimu. Saya benar-benar layak menjadi gila, Pijar.
Dalam keadaan duka yang tak berkesudahan ini, saya tidak tahu mengapa tak henti-hentinya saya memanggil namamu Pijar. Keadaan yang begitu menakutkan seketika berubah menjadi pijar-pijar terang kehidupan hanya dengan mengingat bagaimana kau tersenyum. Pijar, tapi hanya ada satu kedukaan yang begitu tidak bisa saya terima, begitu ingin saya tolak, kedukaan seorang ayah karena akan berpisah dengan putrinya.
Malangnya kehidupan ini Pijar, manusia selalu dipaksa menjadi yang paling berkuasa dalam pikirannya. Pernahkan ada orang yang menginginkan untuk menjadi pecundang Pijar? kurasa tidak ada. Awalnya saya pikir, jika saya berbaik hati pada takdir, maka saya akan mendapatakan balasannya. Tapi, tidak Pijar. takdir tidak pernah membutuhkan simpati, perhatian, dan belas kasih dari manusia, takdir tidak mengenal itu. Dia berkuasa untuk memasuki hidup manusia entah sebagai hal baik atau buruk. Dia berkuasa menyandang sebagai penyebab dari terjadinya bahagia ataupun petaka. Dan perilaku baik kita, tidak berguna untuk menyuap takdir agar mampu menjadi kawan. Malang sekali bukan? Begitulah hidup, begitulah lah kejamnya hidup, tapi memang begitulah cara hidup memperlakukan manusia yang Dia cintai. Dengan begitu susah, dengan banyak darah tapi Dia juga yang berjanji akan selalu menjadi pendamping kita berjalan kan?
Maka manusia-manusia seperti kita hanya bisa mengharap dan menghadap. Pijar, di titik ini rasanya sayang sekali jika saya tidak menuliskan banyak hal padamu. Sebab, mungkin dimasa-masa nanti hanya tulisan yang bisa saya wariskan. Hanya kata-kata ini yang bisa saya tinggalkan sebagai jejak, bahwa saya pernah hidup. Pernah melintasi begitu curam kedukaan, pernah menjadi pemikul hebat beban kehidupan, dan pernah menjadi si bungkuk yang dijera lewat kesedihan-kesihan yang berulang. Saya pernah ada dan pernah merasakannya.
Pijar, saya begitu membutuhkanmu selama terkurung pada gelapnya ruangan yang tak pernah saya ketahui dimana. Saya membutuhkanmu sebagai nyala hidup ketika 'mereka' membuat kematian seolah menjadi hal yang begitu baik saya dapatkan. Kematian itu seakan-akan bukan lagi sebuah hal mengerikan disini Pijar, kapan saja, hari keberapa, jam keberapa, menit dan detik seakan meneriakkan bahwa saya kehilangan kesempatan hidup lebih lama bersamamu. Tapi saya tidak bisa mengadu padamu, tidak bisa bercerita kepadamu, saya hanya mampu menunduk dan mencoba mendoakanmu. Semoga kau juga masih sudi mendoakanku, meski aku tidak lagi berharap apapun selama terkurung disini, kecuali akan kebahagiaanmu.
Pijar anak saya,
Sepertinya ini adalah pertama dan mungkin terakhir kalinya saya menyebutmu sebagai anak saya secara langsung di depanmu. Kamu tahu, saya selalu merasa tidak pernah pantas menyandang status sebagai ayah bagimu. Bagi seorang bidadari baik bernama Pijar Dandelion. Saya selalu merasa bahwa saya tidak pernah bisa membuat masa-masa kehidupanmu bersama saya menyenangkan. Justru kamu lebih banyak mengalami kesusahan selama in ikan Pijar? Saya tidak pernah membelikanmu baju baru, saya hanya mampu membelikan sisa-sisa baju bekas yang dijual di pasar gratis. Atau saya yang tidak pernah paham perkerjaan rumahmu saat kau sekolah, atau saya yang bahkan tidak mengetahui alat apa yang kau butuhkan untuk belajarmu. Saya memang sepecundang itu Pijar. Maafkan karena kebodohan saya, saya tidak bisa banyak membantumu selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Dandelion dari 056
Художественная прозаSUDAH TAMAT (Re-Publish dg Revisi) PERINGATAN!! Jangan dibaca ketika emosi sedang tidak stabil, sedang mengalami depresj berat, karena beberapa kalimat menggambarkan keputusasaan. Dan ketika sudah membaca DIHARUSKAN sampai selesai. Agar dapat...