Kejutan

279 12 0
                                    


Mata Starla membulat sempurna ketika melihat seorang laki-laki berkaus abu-abu sedang duduk di ruang tamunya. Potongan rambut yang tegak dan menebal pada bagian atas menjadi ciri khas laki-laki yang amat dikenalnya. 

Yordan.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Starla panik. "Ketahuan Papa bisa bahaya," seru Starla sambil menarik tangan Yordan untuk lekas berdiri.

Yordan memandang Starla dan tersenyum lembut.

"Hai, Starla," sapa Yordan. Sementara Starla menggigit bibirnya. Sesekali matanya terlihat cemas dan panik.

"Sedang apa kamu di sini?"

Tanda wanita itu duga, dari arah dapur, Darmawan membawa nampan berisi gelas juga pisang goreng yang masih panas.

"Papa yang undang Yordan ke sini, La," ujar Papa melempar senyum.

Starla menautkan kedua alisnya. Ia juga sampai memukul-mukul pipinya memastikan kalau ia tidak salah lihat. Atau mungkin ini hanya sekadar mimpi. Tidak mungkin kan sifat seseorang berubah dalam satu malam?

"Sini Om, aku bantu," kata Yordan berdiri lalu mengambil nampan yang Darmawan bawa. Nampan itu kemudian ditaruh Yordan di atas meja. Starla masih membeku di tempat. Raut wajahnya terlihat kebingungan.

"Loh, kamu kenapa bengong aja. Sini duduk," kata Yordan sambil menepuk bagian sofa yang kosong di sebelahnya.

Yordan menggeser duduknya sehingga Starla dapat duduk leluasa. Starla kemudian mendekat ke arah Yordan, lalu duduk di tempat yang disediakan Yordan untuknya. Starla memandang Papanya juga Yordan bergantian dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Ini ada apa ya?" tanya Starla kebingungan. "Apa aku sedang bermimpi?"

"Kamu ingat cafe Starlight?" tanya Yordan sambil menatap lurus Starla.

Starla mengangguk.

"Tadi siang, papamu datang ke sana menemuiku. Intinya papamu memberi kesempatan padaku untuk membuatmu bahagia."

Starla mengerutkan alisnya.

"Maksud kamu?"

Yordan tak bisa menyembunyikan lagi rasa senangnya. "Papamu merestui hubungan kita," ucap Yordan memamerkan deretan giginya yang putih.

Pandangannya kemudian beralih pada Darmawan, "Saya janji akan membuat Starla menjadi wanita yang paling berbahagia di dunia ini."

"Om pegang janji kamu," balas Darmawan dengan mimik serius.

"Loh, kamu ngapain memang di cafe Starlight? Lagi ada jadwal manggung?" tanya Starla lagi pada Yordan.

Yordan menggeleng pelan.

"Kalau aku bilang itu adalah modal kita menikah, bagaimana menurutmu?" Yordan bertanya balik membuat pipi Starla mengeluarkan semburat merah muda. Wanita itu memukul pelan punggung tangan Yordan, sedikit salah tingkah.

"Jangan bercanda."

Yordan tertawa. "Mana berani aku bercanda di depan papamu," ucap Yordan sambil mengerlingkan matanya ke arah Darmawan.

"Jadi cafe itu...."

"Cafe itu milik kita berdua. Kamulah bintang terangku." Kedua tangan Yordan menggenggam lembut jemari Starla.

Sudut bibir Starla tertarik ke atas membentuk lengkung manis. "Starlight."

Yordan mengangguk. "Ya."

Starla menyipitkan matanya memandang Darmawan. "Sebelum itu, aku mau bertanya pada Papa," ucap Starla. "Ada angin apa Papa mengubah keputusan Papa?" Starla mengangkat sebelah alisnya.

Darmawan mengusap dagu dengan jari telunjuknya seraya berpikir. Ia kemudian mengembuskan napas panjang.

"Perjuangan Yordan mengingatkan Papa mendapatkan Mama dulu," kata Darmawan tersenyum. "Papa juga pernah tidak direstui oleh orang tua mamamu waktu itu. Tapi Papa terus berjuang, karena Papa yakin, Papa bisa bahagiakan mamamu. Papa buktikan dengan memulai bisnis sebagai modal untuk melamar," jelas Darmawan sedikit tertawa.

"Papa mau kasih kesempatan untuk Yordan, sama seperti orangtua mamamu yang memberi Papa kesempatan untuk mencintai dan membahagiakan mamamu."

Starla nampak masih belum puas. Pertanyaan demi pertanyaan seakan tidak berhenti menyembul dari kepalanya.

"Lalu, bagaimana Papa bisa datang ke cafe Starlight dan tahu kalau Yordan pemiliknya?"

Jari telunjuk Darmawan mengusap dagu seraya berpikir.

"Waktu itu, salah satu kolega Papa ingin bertemu di cafe Starlight. Katanya cafe itu populer karena konsep alamnya dan cocok untuk berbincang bisnis. Kebetulan, cafe itu masih ramai-ramainya karena baru dua bulan pembukaan. Banyak wartawan datang ke tempat itu dan mewawancarai Yordan." Darmawan mengambil jeda sesaat.

"Awalnya Papa nggak tahu kalau itu Yordan. Tapi setelah pemberitaan di media massa, dan dia juga sempat menyebut nama kamu. Papa yakin Yordan ini tulus. Siang tadi, Papa datang ke cafe ketemu Yordan bercerita banyak hal, termasuk mempertanyakan keseriusannya sama kamu, anak kesayangan Papa," jelas Darmawan panjang lebar.

Starla melepaskan tangan Yordan. Ia langsung berlari ke arah Darmawan, lalu memeluk pria paruh baya itu.

"Terima kasih, Pa. I love you so much," ucap Starla sungguh-sungguh.

Darmawan mengusap tangan Starla. "I love you too, darling."

"Maafkan sikap Papa selama ini. Ngelarang kamu ini-itu. Membatasi pergaulanmu dan kebebasanmu."

Starla menggeleng lalu tersenyum. "Aku tahu niat Papa baik. Terima kasih."

"Jadi jawabanmu?" tagih Yordan tak sabar.

Binar mata Starla benderang seperti bintang di malam hari. Senyumnya merekah. Dengan suaranya yang lantang, wanita itu menjawab pertanyaan Yordan.

"Yes! Absolutely Yes!" jeritnya senang.

Darmawan tersenyum menyaksikan kebahagiaan putri semata wayangnya.

"Reaksinya persis sepertimu, Tiara," gumam Darmawan disertai ungkapan terima kasihnya pada Tiara.

***

5th May 2021

Crush on You [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang