Sudah menjadi kebiasaan Yosika menunggu Petra di ruang tunggu resepsionis. Tidak peduli akan tatapan aneh orang-orang di lantai itu.
"Pak," panggil Yosika menahan sesak di dada karena Starla selalu menjadi bayangan Petra kemana pun pria itu pergi.
Kali ini Petra tidak menghiraukan keberadaan Yosika, seolah wanita itu kasat mata. Petra melewatinya begitu saja, diiringi Starla dengan tawa renyah dari keduanya.
Geram Yosika mengejar Petra, menarik paksa lengan satunya hingga tubuh pria itu oleng dan berbalik menghadapnya. Tatapan penuh luka bercampur amarah juga kesedihan terpancar dari sorot mata Yosika.
"Aku nggak akan nyerah!" seru Yosika yang tak lama melepas cengkeraman tangannya dari lengan Petra.
Petra tersenyum miring, dia geram akan sikap Yosika. "Sinting! Saya sudah punya pasangan!" hardiknya. "Wanita gila! gak tau diri!"
Starla tersentak, begitu juga orang-orang di sekitar mereka yang refleks menonton adegan dramatis tersebut. Starla seakan melihat sosok lain dalam diri Petra. Petra yang dia kenal tidak pernah berbicara kasar pada wanita. Selalu bersikap sopan, manis dan kalem. Berbeda dengan Petra di hadapannya sekarang.
Suhu badan Yosika mendadak dingin, wajahnya memerah. Dia mengerjapkan mata beberapa kali agar bulir air mata yang sejak tadi dibendungnya tidak jatuh.
Ini sudah keterlaluan. Sudah cukup aku dipermalukan.
Ting!
Yosika berlari sengaja menabrakkan bahunya pada badan kekar milik Petra. Namun Yosika bukan berlari menuju lift yang sudah terbuka, melainkan ke tangga darurat. Dia duduk di salah satu anak tangga dan di sanalah dia menumpahkan air matanya, menangis sejadi-jadinya tanpa ada orang lain tahu.
Sementara itu, Starla melepas tangannya dari genggaman Petra.
"Omongan kamu keterlaluan," katanya.
"Untuk wanita seperti dia, harus seperti itu bicaranya, kalau gak, gak bakal kapok!" Petra mengalihkan pandangnya pada Starla yang tengah menunduk berpikir.
"Saya gak akan pernah ngomong kasar ke kamu, Starla." Petra meyakinkan Starla kemudian lengannya merangkul Starla lembut penuh kasih. Jauh di lubuk hati Starla ada perasaan mengganjal, sesuatu yang tidak dia sukai dari Petra, sesuatu yang mengurangi rasa kagum dan sukanya pada Petra, sesuatu yang menginginkan dia mundur dari perjodohan ini.
***
Sepulang kerja, Yosika cepat menaiki lift hingga sampai lobby. Seorang pria berdiri seorang diri menunggunya di depan gedung kantor. Senyum Yosika mengembang, hatinya yang sempat terluka terobati cepat.
"Kakaakk..." teriaknya sambil berlari ke arah pria tersebut. Orang yang dipanggil kakak menoleh dan mendapati adik perempuannya melompat memeluknya erat. Menurut Yosika, Yordan adalah kakak terbaik yang dia punya. Selalu mendengarkan keluh kesahnya setiap saat, baik secara langsung maupun lewat telepon. Ah, dia memang the best brother ever!
"Aku kangen kakak," ujar Yosika manja.
"Gimana kabarmu, sehat kan selama di Jakarta?" tanya Yordan.
Yosika mengerucutkan bibirnya. "Fisik sih sehat, hatiku ini loh kak..." ucap Yosika seraya meletakkan tangan di dadanya.
Yordan tertawa, "Haha... kenapa lagi?" tanyanya sambil mencubit hidung mancung Yosika.
"Cintaku bertepuk sebelah tangan, kak..." sahut Yosika mendramatisir.
Yordan lagi-lagi tertawa lalu mengacak rambut Yosika sampai berantakan, "Kamu kali yang kegeeran, ahahaha."
"Ih kakak mah." Yosika menepis tangan Yordan kesal atas ucapan kakaknya.
Yosika memandang kakaknya lagi," Kali ini berapa lama kakak di Jakarta?" tanya Yosika cemberut. Dia mengerti sebagai anak band, kakaknya harus manggung antar kota untuk mengisi acara besar demi mendapat penghasilan. Resikonya Yosika jadi jarang bertemu Yordan, kecuali dia manggung di Jakarta, Yordan menyempatkan diri bertemu adik tercintanya.
"Haha...sayangnya cuma satu minggu," jawab Yordan. "Kakak janji, kita akan habiskan satu minggu sama kamu. OKE!" Yordan mencubit pipi Yosika gemas.
Yosika mengangkat jempol tangannya, "Yes! Oke bos!"
"Makan yuk. Laper..." Yordan mengusap perutnya yang mulai keroncongan menunggu adiknya keluar kantor.
Binar mata Yosika kembali terang, "Aku rekomendasiin tempat enak di sini. Gimana?"
"Ayok!"
Sementara itu dari kejauhan, Petra melihat adegan mesra Yosika bersama seorang pria. Sangat dekat, sampai Yosika berani memeluk pria itu, tertawa lepas. Bahkan si pria ikut membalas pelukan Yosika sampai mencubit pipi juga hidung wanita itu.
Siapa dia? Kenapa mereka begitu akrab dan mesra... Dalam diam, pikiran Petra berkecamuk.
Starla yang juga menyamakan arah pandangannya dengan Petra, terkejut lantaran pria itu adalah seorang yang dikenalnya. Sangat dekat.
5 tahun lalu, sebelum Starla dan keluarga pindah ke Jakarta.
"Papa gak mau kamu deket sama siapa itu, Jordi," tegas Gunawan.
"Yordan pa..."
Gunawan bersedekap, "Siapalah itu namanya, sampai kapan pun papa gak setuju hubungan kamu sama dia! Musisi jalanan seperti dia tidak pantas masuk ke keluarga kita."
Starla mengepalkan kedua tangannya. Dia memberanikan diri mengungkapkan isi hati pada Gunawan. "Tapi Starla cinta sama Yordan!" Tatapan tajam Starla membangkitkan amarah Gunawan.
Plak!
"Sudah berani kamu menentang papa! Sejak pergaulanmu dengan anak itu, kamu semakin bertingkah dan melawan papa!."
Starla memegang pipinya yang terasa nyeri akibat pukulan Gunawan. "Bukan salah Yordan, Pa." Starla menunduk, menahan perih hatinya.
"Masih saja kamu bela dia. Minggu depan kamu ikut papa ke Jakarta. Papa akan carikan kamu pasangan yang lebih baik daripada bocah ingusan itu!" seru Gunawan.
Starla mengangkat kepalanya, hendak protes akan keputusan sepihak papanya. "Tapi, pa..."
"Gak ada tapi-tapian. Kamu pikir mamamu akan senang liat anaknya jadi pembangkang seperti ini, Starla!"hardik Gunawan.
Pertahanan Starla seketika runtuh. Air mata yang sejak tadi dibendungnya, kini mengalir deras di pipinya.
"Mama gak pernah ngelarang aku deket ke siapa pun," ucap Starla di tengah isak tangisnya.
"Sudah cukup! Papa gak mau denger lagi alasan kamu. Kita pindah ke Jakarta minggu depan. TITIK!!"
Starla menarik napas seraya memejamkan matanya. Ingatan itu benar-benar menyakitkan. Dia melayangkan pandangannya pada dua sejoli mesra di depan gedung. Tawa dari pria yang dia rindukan selama ini, bukan miliknya lagi.
Mengapa harus wanita itu yang dipilihnya? ujar Starla dalam hati. Kenapa harus Yosika?
***
February, 10th 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on You [Terbit]
RomanceSejak pertemuan pertamanya dengan Petra di sebuah acara kantor, Yosika tidak mampu melupakan pria itu. Dia tergila-gila pada Petra yang kaku dan berhati es. Berbagai cara Yosika lakukan agar Petra jatuh cinta padanya, tapi tetap saja, Petra tak ped...