Starla menunggu lift yang tidak kunjung terbuka. Ia ingin segera kembali duduk di meja kerjanya menutupi perasaannya yang sedang berkecamuk. Akhirnya, Starla memutuskan menggunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai 31. Sambil menaiki anak tangga, Starla terus memikirkan kejadian saat ia bersama Yordan tadi. Meski sudah lama tidak bertemu, namun pertemuannya tadi, justru malah membuatnya merasa rindu. Saat ini hatinya merasa sangat berat untuk memilih antara Yordan dan Petra. Di satu sisi, ayahnya pasti dengan tegas menentang hubungannya dengan Yordan, tetapi di sisi lain, ia juga tidak mencintai Petra seperti ia mencintai Yordan.
Tanpa sadar, air matanya lembali luruh, mengalir begitu saja. Starla mendudukan dirinya di salah satu anak tangga di lantai 29. Di sini ia bisa menangis sepuasnya tanpa ada yang melihatnya, karena tempat ini jarang dilalui orang. Akan tetapi, dugaan seseorang bisa saja salah. Entah bagaimana, Petra tiba-tiba membuka pintu darurat dan menemukannya menangis.
Starla tersentak dan mengangkat wajahnya.
"Pak Petra sedang apa di sini?" tanya Starla kelabakan sembari menyeka air matanya.
Petra juga sama terkejutnya.
"Kamu kenapa?" tanyanya kembali melihat Starla yang kacau balau.
Starla menggeleng, enggan menjawab pertanyaan Petra. Petra menggaruk tengkuk lehernya, kebingungan menghadapi situasi seperti ini. Pikirannya mengatakan untuk segera kembali ke kantor, namun berbeda dengan nuraninya yang tidak mau meninggalkan Starla sendirian.
"Mau ditemani?"
Lagi-lagi Starla menggeleng. Petra menghela napas, lalu tanpa diduga ia mengambil posisi duduk di sebelah Starla.
Sebelum Starla mengucapkan kata-kata terkejutnya, Petra sudah mengambil alih pembicaraan.
"Saya temani sampai kamu merasa lebih baik," ucap Petra.
Starla tersenyum samar diiringi air mata yang keluar dari sudut matanya.
"Tumben pakai tangga darurat, mau kemana Pak?" tanya Starla berusaha mencairkan suasana tegang di antara mereka.
"Liftnya penuh. Yang satunya lagi masih dalam perbaikan."
Starla mendengarkan dengan saksama.
"Apakah Pak Petra menerima perjodohan orang tua kita?" pertanyaan itu akhirnya terlontar juga dari mulut Starla.
Petra terdiam sejenak. "Saya..." tiba-tiba lehernya terasa tercekat. Status mereka memang berpacaran, tetapi, hatinya tidak terpaut seutuhnya pada Starla. Tanpa menunggu lanjutan dari jawaban Petra, Starla memberanikan diri berkata pada pria di sampingnya.
"Ijinkan aku untuk mengenal kamu lebih jauh lagi, Pak Petra," ucap Starla.
Dengan begitu, mungkin saja aku bisa benar-benar jatuh cinta sama kamu, pikir Starla.
***
Seperti biasanya, Yosika menunggu Petra di cafe corner. Menjelang pukul delapan, senyumnya merekah lantaran melihat kedatangan Petra di pintu masuk gedung. Menit berikutnya, senyum Yosika memudar ketika Petra datang bersama seorang wanita yang bernama Starla itu.
Dari balik jendela cafe, Yosika terus mengamati keduanya yang berhenti di depan lift. Yosika segera menyusul.
"Pagi, Petra," sapa Yosika dengan riang.
Di luar dugaan, Petra mendelik dan menatap tajam Yosika.
"Saya tidak suka kamu manggil saya seperti itu!" teriak Petra. Orang-orang yang berlalu lalang langsung memusatkan perhatian mereka pada arah suara.
Yosika tersentak. Ia tidak mengerti kenapa sikap Petra tiba-tiba berubah menjadi dingin. Padahal beberapa hari lalu, Petra berlaku manis dan mesra terhadapnya. Tapi kali ini, hati Yosika terenyuh ketika Starla menggandeng lengan Petra secara leluasa tanpa penolakan dari Petra.
Petra bahkan menutup pintu lift tanpa basa-basi mengajak Yosika untuk ikut bersama mereka. Yosika merasa terabaikan. Sikap dingin Petra yang sudah luluh kembali seperti pertama kali mereka bertemu.
Ini terlalu menyakitkan.
Yosika menyerah. Ini terlalu melelahkan untuknya.
Aku akan mengakhiri semuanya.
***
(1 May 2021)
Maaf slow update :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on You [Terbit]
عاطفيةSejak pertemuan pertamanya dengan Petra di sebuah acara kantor, Yosika tidak mampu melupakan pria itu. Dia tergila-gila pada Petra yang kaku dan berhati es. Berbagai cara Yosika lakukan agar Petra jatuh cinta padanya, tapi tetap saja, Petra tak ped...