[Part dihapus untuk kepentingan penerbitan]
.
.
.
.Yosika menghapus air matanya yang tak kunjung berhenti mengalir. Ia sangat ketakutan kalau seandainya ia tidak sempat mengungkapkan isi hatinya atau sekadar minta maaf pada Petra.
Taksi yang Yosika tumpangi berhenti di depan Rumah Sakit Sumber Kasih. Setelah menyelesaikan pembayaran, Yosika segera berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan tergesa-gesa. Rasa sedih, khawatir, marah kepada diri sendiri yang tidak jujur akan perasaannya, takut kehilangan semua membaur menjadi satu. Sekali lagi Yosika mengecek pesan yang dikirimkan Yordan beberapa saat lalu, memastikan koridor dan ruang kamar yang dituju benar. 305.
Tepat di depan pintu 305, Yosika mengatur napasnya yang terengah. Menyiapkan hati pada kondisi terburuk yang akan terjadi.
"Petra." Yosika berlari ke arah tempat tidur di mana Petra berbaring. Wajah pria itu terlihat tirus dan pucat. Di samping tempat tidur Petra, ada sebuah kursi yang posisinya mengarah ke pasien. Yosika duduk di sana sambil matanya tak lepas dari Petra.
"Petra, please ,bangun." Air mata Yosika kembali luruh. "Maaf. Maaf selama ini aku nggak jujur sama kamu. Aku masih sayang kamu. Please, jangan tinggalin aku," ucap Yosika di tengah isak tangisnya.
Jemari Yosika menggapai tangan Petra yang terkulai di samping ranjang, lalu menggenggamnya erat. "Petra."
***
(28 Juni 2021)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on You [Terbit]
RomanceSejak pertemuan pertamanya dengan Petra di sebuah acara kantor, Yosika tidak mampu melupakan pria itu. Dia tergila-gila pada Petra yang kaku dan berhati es. Berbagai cara Yosika lakukan agar Petra jatuh cinta padanya, tapi tetap saja, Petra tak ped...