Stalker

2.8K 26 0
                                    


Yosika meneliti tatanan rambut dan blazer putih yang melekat pada tubuhnya sekali lagi sebelum masuk ke sebuah ruangan megah salah satu hotel ternama di Jakarta. Yosika bukan menghadiri sebuah pesta pernikahan, melainkan merayakan hubungan kerja sama antara Adams co dengan perusahan Light'O yang sudah terjalin selama kurang lebih 5 tahun lamanya.

Bukan tanpa alasan Adam mengajak sekretarisnya untuk menemaninya ke pesta besar seperti ini. Yosika telah menjadi kepercayaan Adam karena kinerjanya dan cara berpikirnya di atas karyawan pada umumnya. Ditambah daya ingatnya yang tinggi pernah menyelamatkan Adam dari situasi konyol di mana dia lupa dengan nama kolega penting yang harus ditemuinya. Untuk menghindari kesalahan konyol seperti itu, Adam meminta Yosika menemaninya sore ini.

Yosika memandang kagum sekelilingnya. Ruangan megah dengan orang-orang elegan berpakaian hitam-putih sesuai dress code yang telah ditentukan. Para wanita nampak anggun dengan formal stylenya masing-masing. Mata Yosika tertumpu pada satu titik dimana Adam berada. Segera Yosika menghampiri Adam yang tengah berbincang dengan kolega bisnisnya.

"Nah, perkenalkan ini Yosika, sekretaris saya," kata Adam seraya memperkenalkan pada koleganya. Yosika mengulurkan tangan dan disambut hangat oleh Jordan, pendiri perusahaan Light'O. Perawakannya tidak jauh berbeda dari Adam. Keriput wajahnya tercetak nyata di wajahnya, juga rambut hitamnya semakin terhitung jari. Dapat diperkirakan kalau umur mereka hampir sama.

"Salam kenal," sambut Yosika dengan senyum di wajahnya.

Yoshika berdiam cukup lama mendengarkan perbincangan antara dua pendiri perusahaan. Sesekali melempar senyum tanda dia masih menyimak. Setelah dirasa cukup, Adam mengajaknya ke tengah ruangan untuk menyapa, menyalami, dan memperkenalkan.

"Apa kabar, Pak Adam?" tanya pria bertubuh atletis dengan balutan kemeja putih yang mencetak jelas otot bisepnya. Usianya diperkirakan tiga puluhan. Rahang pria itu kokoh dan cara berdirinya pun penuh percaya diri. Pria tersebut menjabat tangan Adam lalu melontarkan pertanyaan basa-basi seputar keluarga Adam. Yosika berdiri mematung menunggu untuk diperkenalkan dengan kolega Adam. Toh dia tidak punya hak untuk memulai pembicaraan, kecuali memang disuruh.

"Nah perkenalkan ini Yosika, sekretaris saya." Pernyataan yang sama dilontarkan Adam ketika memperkenalkan Yosika. Lagi, Yosika mengulurkan tangan diiringi senyum manis di wajahnya.

"Petra," sambut pria itu membalas senyumnya. Sesaat, Yosika terhanyut dalam bingkai mata tajam si pemilik mata. Iris mata cokelat muda tampak bersinar, bukan karena sorot lampu di atas kepala Petra, tapi pancaran pesona pria itu benar-benar memikat hati. Yosika tidak bermaksud memandang dada bidang Petra di hadapannya, tetapi tingginya hanya sebatas itu meski sudah memakai heels 7 senti.

Tanpa mereka sadari, tangan mereka masih dalam kondisi berjabat. Petra segera menyadarinya dan terlebih dahulu menarik tangannya, disusul Yosika yang salah tingkah.

"Petra ini, dia Direktur Light'O," jelas Adam. "Saya juga banyak belajar dari Petra, Yos."

Yosika mengangguk, "Iya pak."

"Pak Adam bisa saja. Bapak juga banyak membantu saya belajar," sahut Petra rendah hati. Adam kemudian menepuk pelan bahu Petra sambil mengambil langkah.

"Saya ke sebelah sana dulu," kata Adam pada Petra menunjuk kolega lain di ujung ruangan, kemudian menyuruh Yosika ikut dengannya. "Ayo Yosika."

Yosika berjalan di belakang Adam sembari senyum-senyum. Telapak tangannya masih terasa hangat. Aroma parfum Petra melekat pada indera penciuman Yosika. Aroma fresh maskulin bercampur aroma teh yang menenangkan, itulah aroma Petra yang tak akan pernah dia lupakan.

***

Selesai membersihkan diri, Yosika membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk. Meskipun tinggal jauh dari orang tuanya, Yosika bertanggung jawab mengurus dirinya sendiri termasuk kamar kosnya. Semua barang ditata rapi, buku-buku berjejer pada rak buku kecil yang terletak di samping tempat tidurnya. Ada tempat khusus meletakkan sepatu di depan kamarnya, supaya sepatu orang yang bertamu ke kamarnya tidak diletakkan di sembarang tempat.

Petra

Satu nama terlintas dalam benaknya membuatnya kembali bersemangat dan lupa akan lelah tubuhnya saat ini.

Yosika kembali duduk lalu mengambil ponsel. Diketikkan nama Petra pada mesin pencarian link-on. Pemilik nama Petra memang tak terhitung dalam koneksi jaringannya. Tapi hanya ada satu nama Petra di Light'O company.

Bingo!

"Oh, jadi namanya Petra Tirtayasa," gumam Yosika. "Oke, kita lihat riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, prestasi..." Yosika terus menyusuri layar ponselnya dengan ibu jari mencari tahu identitas si pemilik nama.

Dari pencariannya tersebut, Yosika masih merasa ada yang kurang. Tanggal ulang tahun Petra. Dia berpikir sejenak dimana dia bisa mendapatkan informasi tersebut. Yosika membuka media sosial facebook lalu mengetik nama lengkap Petra.

Sudah lima belas menit berlalu Yosika belum menemukan akun facebook Petra. Ada pun akun bernama sama, namun tidak ada kelengkapan datanya, riwayat foto juga hanya pemandangan saja.

Coba instagram.

Tangannya bergerak cepat seperti yang diperintahkan otak. Bola mata Yosika membulat seketika lantaran nama yang dicari muncul tanpa harus mengotak-atik huruf dalam mesin pencarian. Dan... luckily akunnya tidak di private. Yosika tak bisa mendiamkan kesempatan emas ini.

Jam dinding sudah menunjukkan waktu pukul 1 dini hari. Jarinya belum juga bisa diajak kompromi untuk stop melihat koleksi foto Petra. Tidak ketinggalan Yosika membaca setiap caption pada setiap foto yang kebanyakan diambil di ruang terbuka. Pose ala model dan ala eksekutif muda turut mewarnai akun instagram Petra. Yosika meninggalkan 1 hati dan 1 comment di setiap foto yang telah dia jelajahi. Dia tidak mau melewatkan satu foto pun.

***

February, 1st 2020

Crush on You [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang