kembali

10 2 0
                                    

Surabaya terasa berbeda sekali dengan yang Senja temui 4 tahun lalu. Gedung-gesung bertambah dan jalan semakin lebar. Terasa seperti ’beton lebih subur daripada pohon’.  

Senja kembali ke rumah. tidak ada yang berubah. Tetap bercat putih disertai pagar yang juga berwarna serupa dan bunga-bunga dalam pot yang terlihat sangat tersusun. Senja menghela nafas. Berbeda dengan dulu. Kini ia kemungkinan besar tidak menemui Almanda. Ya, kejadian itu benar-benar membuat mereka tidak saling menyapa.

”Selamat, ya, atas kelulusannya.”

Senja menoleh ke arah suara.

Terkejut.

”T-Timur?”

Lelaki itu tersenyum. ”Bagaimana kabarnya?”

”Baik. Kamu sendiri bagaimana?”

”Baik juga. Lama, ya, kita enggak bertemu. Kamu makin cantik, Nja.”

Senja tersipu, ”Terimakasih. Oh, iya, bagaimana kuliahmu?”

”Sedang menunggu sidang, doakan, ya, semoga lancar.”

”Aamiin.”

Hening.

Entah kenapa Senja merasa canggung berada di dekat Timur. Padahal dulu mereka sangat dekat.

”Timur?” Senja memulai.

”Iya, kenapa?”

”Bagaimana kabar Almanda?”

”Baik, memangnya kalian tidak saling bertukar kabar?”

”Ah, enggak sempat, sepertinya dia sangat sibuk.”

”Oh, kabar dia baik, kok.”

”Syukurlah.”

***

Hari kedua Senja berada di kota kelahirannya. Terasa sepi. Tapi ia senang bisa pulang kembali, bisa merasakan masakan ibu yang jarang ia rasakan, bisa berdebat dengan Ayahnya tentang kenapa becak beroda tiga.

”Nja, ada yang cariin kamu.” Teriak ibu.

”Iya, Sebentar.” Senja menuju ruang tengah.

Sesampainya ia di ruang tengah, ia melihat Timur sedang duduk di sofa dan mengobrol dengan ayahnya.

”Senja, aku mau ngajak kamu keluar. Ada waktu?”

Senja heran, tetapi ia menerima ajakan Timur.

”Senja, pamit, ya.”

”Hati-hati.” ucap Ayah dan Ibunya.

Senja dan Timur berkendara mengelilingi Surabaya dan akhirnya berhenti di pedacang kaki empat yang menjuak siomay.

”Nja, aku mau bicara serius sama kamu.”

Tiba-tiba suasana kembali canggung.

”K-kenapa?”

”Maaf, kalau caraku mungkin terbilang norak dan pasaran. Tapi aku serius sama kamu, Nja. Aku menyukaimu semenjak SMA. Aku enggak berani bilang karena aku takut kalau ini cuman perasaan sesaat saja. Tapi aku salah, Nja, perasaan ini gak hilang sampai sekarang.”

”Ha?” Senja membulatkan matanya.

Timur terdiam sejenak, ”Ah, aku terlalu kaku. Maaf, ya, sudah membuatmu enggak nyaman.”

”Timur... Aku tau kamu lelaki baik dan bertanggung jawab. Tapi untuk saat ini aku belum bisa menerimamu, aku takut kejadian dulu terulang, aku takut, Timur.”

”Enggak apa-apa, Nja. Tapi satu hal yang kamu harus ingat. Aku selalu menunggu sampai kamu siap.”

”Timur... ”

”Enggak usah merasa bersalah. Aku sudah mempertimbangkan konsekuensinya, kok.”

”Terimakasih, Timur.”

Senja tersenyum. Entah mengapa untuk saat ini tidak ingin memulai cinta lagi. Semua hal yang telah ia lewati memberikan pengalaman yang luar biasa.

Aku takut memulai hubungan baru
Takut akan terjadi hal yang terus-menerus diulang layaknya deja vu

— THE END —

HAI REK! AKHIRNE SELESAI JUGA TOH :( SORRY BANGET ENDINGNYA KAYAK GINI, BUTTTTT INSYAALLAH BAKALAN ADA RUMIT 2 YANG GAK KALAH ASYIK. MAAP CERITA SEDIKIT. JADI INI TUH CERITANYA MASIH GANTUNG PADAHAL UDAH DISIAPIN TAPI FILE NYA HILANG JADI KAYAK GINI. JANJI BAKALAN ADA RUMIT 2 😭 MATUR SUWUN REK!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

R U M I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang