kita dulu juga berawal dari teman, sayang.

53 7 0
                                    

Tak terasa 3 bulan Jingga berada di kota Depok. Jingga memiliki banyak teman di kota ini. Salah satunya Cessa Aliva Dewanti. Jingga biasa memanggilnya Cessa. Ya, Cessa adalah salah satu dari banyaknya teman Jingga yang sangat akrab dengannya. Mereka sering menghabiskan waktu berdua. Jingga mengenal Cessa ketika ia tengah mencari buku di perpustakaan kampus. Kala itu, Jingga tak sengaja menabrak Cessa, alhasil buku buku yang dibawa Cessa terjatuh ke lantai, lalu Jingga membantunya dan akhirnya perkenalan mereka tak bisa dihindarkan. Cessa dan Jingga juga kebetulan mengambil jurusan yang sama. Yaitu, psikolog. Karena itulah mereka akhirnya dekat.

Hari ini adalah akhir pekan dan biasanya Jingga akan menghabiskan waktunya dengan membaca buku atau mengerjakan tugas kuliahnya. Tapi, tiba-tiba Cessa mengajaknya pergi keliling kota Depok. Jingga tidak menolak ajakan Cessa. Akhirnya, Cessa menjemput Jingga ke tempat indekosnya menggunakan sepeda motor. Cessa adalah orang asli Depok, jadi ia tak perlu menyewa indekos seperti Jingga karena rumahnya pun tidak terlalu jauh dari kampus.

Setelah Cessa sampai ke tempat indekos Jingga, mereka langsung berangkat.

"sebenarnya aku tidak enak jika selalu memakai sepeda motormu ketika kita pergi." ujar Jingga sambil mengendarai sepeda motor Cessa.

"ah tidak masalah Jingga, lagian aku kok yang mengajakmu jalan."

"tapi lain kali tidak perlu menggunakan sepeda motormu, masih ada alat tranportasi umumyang bisa kita gunakan."

"iya Jingga." Cessa memeluk Jingga.

Sontak Jingga terkejut ketika Cessa memeluknya, lalu Jingga melepaskan tangan Cessa dari pinggangnya.

"kenapa Jingga? Kamu tidak suka jika aku memelukmu?" Cessa memeluknya kembali.

Kali ini Jingga pasrah, ia tak melepaskan pelukan Cessa. Dihatiku tetap kamu dan akan selalu kamu, senja. Ucap Jingga dalam hati.

***

Di waktu yang sama, Senja berniat pergi ke rumah Almanda, karena Almanda meminta Senja untuk mencoba masakan ibunya. Ya, ibu Almanda sangat senang mencoba resep baru dan ibu Almanda selalu memasak dalam jumlah yang banyak. Oleh sebab itu, Almanda meminta Senja untuk datang ke rumahnya.

Setelah berpamitan pada ayah dan ibu, Senja langsung berangkat menuju rumah Almanda dengan sepeda motornya.

***

"assalamualaikum, Nda."

"waalaikumsalam, Senja. Yuk, silahkan masuk."

"terima kasih Nda."

"iya sama sama, oh iya masakan ibu ku belum matang, kamu tunggu dulu saja."

"aku sengaja enggak sarapan di rumah, Nda."

"bagus." Almanda tersenyum.

Almanda memang menyuruh Senja untuk tidak sarapan terlebih dahulu agar Senja bisa makan banyak di rumahnya.

Saat Senja masuk ke dalam rumah Almanda betapa terkejutnya Senja ketika ia melihat ada Timur sedang duduk di ruang tengah. Timur adalah teman sekelas Senja dan Almanda. Apa mereka pacaran? Tanya Senja dalam hati.

"tidak usah bingung, Nja. Dia sepupuku." ujar Almanda.

Senja menatap Almanda.

"aku tidak pernah tahu tentang hal ini." jawab Senja.

"ya, memang aku tidak pernah dianggap oleh Almanda." ujar Timur.

"kau memalukan, sebab itu aku malu menganggap mu sepupuku." Almanda tersenyum.

Kemudian mereka bertiga berbincang hal yang konyol, ya lebih tepatnya Timur lah yang sering bercerita hal lucu yang membuat Senja dan Almanda tidak berhenti tertawa.

20 menit berlalu dan masakan Laura (ibu Almanda) telah siap. Kemudian Almanda dan Senja membantu menyiapkan piring di meja makan. Sedangkan Timur? Ia malah asyik bermain game di ponselnya.

"Timur? Ayok makan." ujar Laura.

Timur langsung duduk di kursi yang kosong. Lalu setelah membaca doa, mereka berempat segera menyantap makanan yang tersedia. Ayah Almanda? Ayahnya sudah meninggal sejak Almanda duduk di kelas 7 SMP. Almanda hanya tinggal berdua bersama Laura. Laura bekerja di warteg yang dimilikinya. Karena itulah Laura suka mencoba resep baru.

"bagaimana rasanya?" tanya Laura kepada ketiga anak itu.

"wenak tenan."

"enak banget tante, bumbunya pas."

"masakan ibu memang juara."

"alhamdulillah kalau kalian suka. Senja? Timur? Mau tante bungkusin buat di rumah? Biar orang tua kalian juga bisa mencoba." ujar Laura.

"tapi tan..."

"tante tidak menerima penolakan Senja. Sebentar yak tante akan bungkus makanannya, kalian lanjut makan saja."

"terima kasih yak tante." ujar Senja dan Timur.

Setelah mereka bertiga merasa kenyang. Almanda dan Senja langsung merapikan piring lalu mencucinya. Sedangkan Timur? Ia hanya duduk dan memperhatikan dua orang wanita itu. Aku tidak bisa mencuci piring. Nanti kalau tidak bersih bagaimana? Kalian saja yak. Ucap Timur ketika Almanda meminta bantuannya.

Beberapa menit kemudian Almanda dan Senja sudah selesai merapikan semuanya, lalu Senja pamit pulang karena ia ingat akan membantu ibunya membersihkan rumah.

"Senja, ini makanan untuk ayah dan ibumu. Titip salam untuk mereka yak." ucap Laura sambil memberikan makanan yang telah dibungkusnya kepada Senja.

"ah iya tante, sekali lagi terima kasih yak tante, Senja sudah diperbolehkan mencicipi makanan tante, di bungkusin pula." Senja tersenyum.

"sama sama Senja." balas Laura.

"aku permisi duluan yak tante, Nda, Timur, assalamualaikum."

"waalaikumsalam." ucap mereka bertiga.

***

happy reading rek! sepurane yen ono sing salah ketik :')

R U M I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang