apa waktu bisa diulang?

32 5 0
                                    

Hari ini Jingga memutuskan untuk pulang ke Surabaya menemui ayah dan ibunya. Ya, Jingga akan akan berbicara tentang Cessa, sebenarnya Jingga sangat takut kedua orangtuanya akan marah. Tapi, apapun resikonya masalah harus diselesaikan bukan disembunyikan.

Jingga sampai di Surabaya pukul 13:00 WIB. Ia di jemput oleh Nita dan Dani di bandara.

"assalamualaikum." ucap Jingga sambil mencium tangan kedua orangtuanya.

"waalaikumsalam, Jingga." jawab Dani dan Nita bersamaan.

Setelah Jingga basa basi menanyakan kabar, ia langsung meminta pulang. Entah kenapa kali ini Jingga sangat gugup berada di dekat kedua orangtuanya.

***

Jingga duduk di balkon kamarnya, menikmati setiap hembusan angin malam menerpa wajahnya. Jingga kembali mengingat Senja. Apa kabar? Sedang apa? Semoga kamu baik baik saja, senja. Semoga hal hal baik selalu berpihak padamu, dan semoga kelak kita akan berjumpa di waktu tertentu, ucap Jingga dalam hati.

"Jingga, mari makan." ajak Nita.

Jingga mengangguk dan langsung pergi menuju meja makan.

Aku harus berbicara sekarang, pikirnya.

"ayah? ibu?"

"ada apa rek?" tanya Nita.

"ak... aku... mau... bicara serius."

"kamu membuat masalah di kampus?" tanya Dani.

"lebih da... dari... itu."

"apa Jingga?" tanya Nita.

"Jingga telah melakukan kesalahan besar." Jingga menunduk.

Dani dan Nita bingung dengan apa yang dibicarakan Jingga.

"bicaralah dengan jelas, Jingga." ucap Nita.

"ak... aku... menghamili wanita bu."

"apa?! kamu tidak serius kan Jingga?! katakan pada ibu kalau kamu tidak serius!" ucap Nita sedikit berteriak.

"Jingga serius bu." Jingga menunduk.

"aduhh Jingga, anak siapa yang kamu hamili? Senja?! Apa yang harus ibu katakan pada orangtuanya? Ibu malu Jingga!"

"bukan Senja bu..."

"ha?! lalu siapa Jingga?!"

"Cessa bu. Dia gadis yang ku temui di Depok."

"ibu tidak menyangka, kamu yang selalu ibu bangga banggakan ternyata telah melakukan hal rendahan seperti ini!" Nita berlalu meninggalkan Jingga dan Dani.

Dani hanya diam. Tapi di dalam hatinya, Dani sangat kecewa setelah mengetahui Jingga telah melakukan hal yang seharusnya tidak Jingga lakukan.

"selesaikan masalahmu rek. Laki-laki harus menyelesaikan masalahnya dengan bijak." ucap Dani sambil menepuk bahu Jingga kemudian berlalu meninggalkannya.

Jingga terdiam.

Kemudian ia memberanikan diri menuju kamar ibunya, ia melihat Dani sedang menenangkan Nita yang masih menangis.

"sudah jangan menangis." ucap Dani sambil mengelus punggung Nita.

"bagaimana aku tidak menangis? Anak kita yang kita banggakan selama ini membuat kita kecewa dengan tingkahnya."

"aku faham Nit, aku pun merasakan hal yang sama."

"ayah? ibu? aku akan tetap berkuliah." ujar Jingga.

Seketika Dani dan Nita menoleh.

"aku akan tetap berkuliah dan akan mencoba mencari pekerjaan." Jingga memaksakan senyumannya.

"akan kerja apa kamu hanya dengan ijazah SMA?!" bentak Nita.

Jingga terdiam.

Ibunya benar, akan bekerja sebagai apa jika hanya mengandalkan ijazah SMA?

"aku akan tetap mencoba bu."

Kemudian Jingga meninggalkan kedua orangtuanya dan memasuki kamarnya. Jingga membaringkan tubuhnya di atas kasur dan mencoba memejamkan mata. Pikirannya kembali tertuju pada hal yang telah membuat dirinya hancur. Semakin Jingga memikirkannya, semakin kacau pikirannya.

Bodoh.

***

Maaf ya rek kemarin enggak upload 🙏🏻

R U M I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang