s t u p i d

38 6 0
                                    

One year later...

Jingga dan Cessa akan pergi ke salah satu mall yang ada di Depok. Seperti biasa mereka berdua mengendarai sepeda motor milik Cessa. Ya, meskipun Jingga telah menolak agar mereka menggunakan kendaraan umum, tapi Cessa tetap memaksa untuk memakai sepeda motornya saja. Alhasil, Jingga hanya mengiyakan kemauan Cessa.

"Jingga aku mau membeli eskrim." pinta Cessa.

"ayok!" Jingga menarik tangan Cessa.

Jingga dan Cessa kemudian membeli eskrim lalu menikmatinya di bangku yang tersedia.

Tanpa diduga Jingga mengoleskan sedikit eskrim ke wajah Cessa, alhasil Cessa membalas dengan mengoleskan eskrim pula ke wajah Jingga. Lalu mereka tertawa.

"sudah ah, aku lelah." ucap Cessa ketika eskrim nya telah habis.

"keliling mall yuk!" ajak Jingga.

Cessa lalu mengangguk dan mengikuti langkah Jingga.

Setelah puas berkeliling mall mereka memutuskan untuk pulang. Tanpa disangka, di tengah perjalanan hujan turun membasahi bumi.

"Cessa kita berteduh dulu yak." ucap Jingga.

"tidak Jingga, tetaplah berjalan aku suka hujan."

Hujan semakin deras lalu Cessa mengajak Jingga ke rumahnya untuk berteduh sejenak.

***

Rumah Cessa terlihat sepi, orang tuanya memang sibuk bekerja dan Cessa sudah terbiasa sendirian di rumah.

"selamat datang di rumah ku Jingga." ucap Cessa.

Jingga hanya tersenyum.

"kamu mau memakai baju ayah ku? bajumu sangat basah Jingga, bisa bisa kamu kedinginan dan masuk angin."

"tidak kah itu merepotkan?"

"tentu tidak."

Lalu setelah Cessa dan Jingga berganti pakaian, mereka berdua duduk di ruang tengah ditemani secangkir teh hangat. Hujan semakin deras di luar sana.

"Jingga aku kedinginan, tolong peluk aku." Cessa menggigil.

Jingga langsung mengambil selimut ke kamar Cessa kemudian memeluknya. Lalu, tanpa diduga Cessa malah mengajak Jingga masuk ke kamarnya. Dan mereka melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan. Jingga dan Cessa telah membuat kesalahan besar.

***

Setelah hujan reda, Jingga pamit. Jingga kembali ke tempat indekosnya menggunakan kendaraan umum.

"aku pamit Cess."

"hati hati." Cessa tersenyum.

***

Sesampainya Jingga di tempat indekos, ia langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Jingga memikirkan hal yang terjadi beberapa jam yang lalu. Mengapa aku melakukannya? Jingga bertanya dalam hati. Ada rasa sesal yang memenuhi diri Jingga. Apa yang terjadi jika orang tuanya tahu? Maafkan aku ayah, ibu.

***

Malam ini Senja sedang menulis apa yang dirasakan hatinya di atas secarik kertas. Senja memang lebih suka mengutarakan isi hatinya dengan menulis.

Apa kabar?

Dulu dia hanyalah orang asing
Seharusnya semua bisa biasa saja ketika dia memilih kembali menjadi asing.

Dulu dia hanyalah teman biasa
Seharusnya semua bisa biasa saja ketika dia memilih kembali menjadi teman biasa.

Terkadang setelah semua berurusan dengan perasaan, semua berubah menjadi begitu rumit.

Lucu ya, ternyata masih belum berubah.
Ternyata masih sama, seperti saat bertemu kali terakhir.

Satu tahun telah usai.

Kamu sekarang, apa kabar?

- Senja Almayda -

Setelah selesai menulis, Senja kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur. Pikirannya selalu diisi oleh Jingga. Padahal ini sudah satu tahun semenjak kehilangan Jingga. Tapi rasa yang Senja miliki terhadap Jingga belum mampu ia hapuskan.

Besok adalah hari kelulusannya. Dan Senja masih berharap bahwa Jingga akan hadir. Senja tahu itu tidak mungkin, tapi apa salahnya berharap?

Dan setelah kelulusannya Senja akan meninggalkan kota yang telah membentuk nya menjadi dewasa. Ya, Senja akan berangkat ke Yogyakarta untuk kuliah. Ada rasa senang di hati Senja, tapi disisi lain ia juga sedih karena ia akan berpisah dengan Almanda. Almanda memilih kuliah di Universitas Brawijaya, bersama sepupunya, Timur.

Kelak kita akan merindu, nda...

***

sesok wes hari raya rek! sepurane aku yo rek, yen aku gawe salah karo klean :*

oh iyo rek, sesok aku ra bakal upload chapter anyar yo :")

R U M I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang