siapa fajar?

87 9 0
                                    

Senja mengayuh sepedanya menuju alun alun kota. Senja akan mencari inspirasi untuk menulis puisi. Tak seperti biasanya, alun alun kota sore ini tidak begitu ramai, mungkin karena tadi habis hujan. Senja tidak terlalu memikirkannya. Bagi senja, ramai atau tidak, alun alun kota tetap menjadi tempat favoritnya menulis puisi.

Selain menulis puisi, senja berharap dirinya akan bertemu Jingga. Entahlah, Senja tidak mengerti mengapa ia ingin bertemu Jingga kembali.

Deg!

Ingatan tentang Fajar muncul dalam pikirannya. Tentang bagaimana Fajar mampu menghiburnya kala Senja sedang bersedih. Cepat-cepat Senja menghapus pikiran tentang Fajar. Semua yang patah akan kembali pulih. Ucapnya menguatkan diri.

Satu jam sudah Senja menunggu kehadiran Jingga. Tetapi Jingga tak kunjung datang. Mungkin Jingga tak akan pernah lagi menemui dirinya. Entahlah, Senja tak tahu bagaimana skenario Tuhan untuknya.

***

Akhir pekan... Selalu menjadi waktu yang tepat untuk diri berehat. Biasanya jika akhir pekan, senja akan menghabiskan waktu untuk menonton film atau membaca novel. Tapi, kali ini Senja memilih pergi ke toko buku.

"Nja, aku gak bisa antar kamu ke toko buku yak. Aku ada urusan, sepurane Nja." Ucap Almanda melalui sambungan telepon.

"hmmm... yasudah rapopo nda"

"sepurane yak Nja, lain kali saja aku antar kamu. Bye"

"santai Nda, bye" Senja menutup sambungan telepon.

Senja tak pernah mempermasalahkan jika sahabat nya tidak ikut denganya, ini bukan kali pertama senja pergi sendiri. Toh, Senja juga terbiasa pergi tanpa Almanda. Bukan karena tidak mau, tapi karena Senja faham sahabatnya sibuk.

Setelah berpamitan pada ibu, Senja langsung berangkat. Karena jarak antara rumah senja dan toko buku tidak terlalu jauh, senja memilih untuk berjalan kaki. Sekalian olahraga, katanya.

Senja sampai di toko buku dalam waktu 5 menit. Tanpa berpikir panjang, Senja langsung mencari buku novel yang akan ia beli. Bahkan Senja sudah membuat daftarnya. Ya, Senja sangat menyukai novel.

"hey mbak senja!"

Senja menoleh ke arah suara yang memanggil namanya.

Senja terkejut.

Mega.

Ya. Mega. Dia adalah adik Fajar. Senja tidak menyangka akan bertemu Mega disini.

"eh Mega, apa kabar?" sapa Senja.

"baik kok mbak, mbak pie kabare?" tanya Mega.

"baik juga" ucap Senja disertai senyum.

"mbak ra gelem ketemu mas Fajar? dewek sakit mbak"

"kalau ada waktu mbak ke rumah kamu kok Ga"

"saiki ae mbak, mas Fajar rindu karo mbak"

Berusaha Senja menyembunyikan senyuman nya dari Mega. Ada rasa senang di hatinya ketika Senja mendengar bahwa Fajar rindu padanya. Entah Mega berbohong atau tidak, hati Senja tetap saja jungkir balik.

"guya guyu" goda Mega.

"hmmm... yasudah Ga, mbak akan ke rumah mu. Tapi, mbak mau beli buah untuk mas Fajar dulu."

***

Rumah Fajar terasa asing baginya sekarang. Mungkin karena Senja sudah lama tidak ke tempat ini. Terakhir kali Senja ke rumah Fajar adalah ketika Senja meminta Fajar membantunya membuat tugas kimia. Ya, Fajar adalah anak yang pintar, tapi fajar terkenal anak nakal di sekolah. Senja tak faham bagaimana Fajar bisa menjadi anak nakal.

"Mega pulang, ada yang rindu?" ucap Mega ketika memasuki rumahnya.

Senja disambut dengan hangat oleh ibu Fajar.

"eh ada Senja, mau bertemu Fajar yak?" tanya ibu Fajar.

"hehehehe iyak bu"

Senja memang memanggil ibunya Fajar dengan panggilan "ibu". Senja tidak mengerti kenapa ia nyaman memanggilnya "ibu". Dan Ana, ibunya Fajar juga tidak keberatan kalau Senja memanggilnya "ibu".

"yasudah duduk dulu, ibu tak panggil Fajar" ucap Ana.

Senja membalasnya dengan senyum.

Tak lama Fajar keluar dari kamarnya dengan kursi roda.

Deg!

Mata Senja bertemu dengan mata Fajar. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Senja dan Fajar merasa canggung.

"sen... senja..." Fajar tak percaya Senja akan datang menjenguknya.

Senja terdiam. Ingin rasanya ia berlari dan memeluk Fajar. Ada rindu yang sudah lama ia pendam, ada cemas yang tak bisa ia hilangkan, ada cinta yang masih dalam terasa. Senja tak percaya pada apa yang dilihatnya, ia menatap kedua mata Fajar yang dulu selalu ia tatap. Mata itu masih sama, masih saja mampu meluluhkan perasaan Senja.

"fajar..."

***

Baru saja Senja membuka pagar, Senja sudah mendapat tatapan seram dari ibunya. Bagaimana tidak, Senja pulang sangat telat dan Senja hanya bilang ia akan pergi ke toko buku. Sebelumnya Senja tak pernah selama ini jika pergi ke toko buku, pikir ibunya.

"darimana saja?" tanya ibu.

"mmm... Sen... Senja... habis main ke rumah teman lama bu, tad... tadi... tak sengaja bertemu di toko buku. maaf ya bu tidak mengabari" jawab Senja terbata-bata.

"masuk!" perintah ibu.

Tanpa berpikir, Senja langsung masuk dan membersihkan dirinya lalu makan malam. Makan malam kali ini berbeda, karena hanya ada Katrin (ibu Senja) dan Senja. Ayah? Yap. Ayah sudah berangkat ke Yogyakarta pada sabtu malam. Senja juga tak memiliki kakak atau adik, Senja anak tunggal.

"Senja, besok pulang sekolah antar ibu ke rumah teman ibu."

"ada urusan apa?"

"pernikahan anaknya, senja mau antar ibu kan?"

"tentu"

***

Senja duduk di balkon kamarnya, sambil melihat bintang. Langit Surabaya sedang cerah, mungkin sedang mewakili perasaan Senja. Senja tak percaya pada apa yang dialaminya hari ini. Senja senang bisa menemani Fajar seharian. Mengulang kisah indahnya dulu, walau hanya beberapa.

Fajar... Semakin aku jatuh hati padamu, semakin dalam pisau menusuk hatiku...

-senja almayda-

***

Sepurane upload ne telat🙏🏻 tolong kritik karo sarannya rek :) matur nuwun wes woco :) peluk jauh🤗

R U M I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang