timur?! r u ok?

22 9 0
                                    

"bumi?!"

"kenapa?"

"aku mau."

"mau apa?" Bumi heran.

"naik gunung." Senja tersenyum.

"ha? serius?"

"kamu ada rencana muncak?"

"ada, sih."

"kapan?"

"akhir Juni."

"satu bulan lagi."

Bumi mengangguk.

"kenapa harus akhir Juni?" tanya Senja.

"aku ingin menikmati musim semi di akhir Juni dengan secangkir kopi di tempat tertinggi." Bumi tersenyum.

"mau mendaki gunung apa?"

"rahasia. nanti juga kamu tahu."

"aku kan ingin tahu sekarang."

"kalau mau ikut, kamu rajin rajin olahraga mulai sekarang. persiapkan barang barang yang harus di bawa."

"aku tidak tahu barang apa saja yang harus aku bawa."

"nanti aku bantu menyiapkan nya untukmu." Bumi tersenyum.

"aku juga tidak punya tas yang suka dipakai para pendaki."

"nanti aku pinjamkan, aku punya dua."

"terimakasih, Bumi." Senja tersenyum.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas.

***

Aku cemburu

Kepada jarak, waktu, dan temanmu

Karena mereka selalu bersamamu

Sedangkan aku?

Aku hanya bisa menunggu kehadiranmu yang tak tentu.

- Timur Adi Purnama -

Timur menutup buku catatannya, pikirannya selalu diisi oleh Senja. Entahlah, mengapa ia rindu pada gadis itu. Semenjak Senja pergi ke Yogyakarta, rasanya ada yang kurang. Timur memang memendam rasa pada Senja semenjak ia kelas 10. Tapi tidak ada satu orang pun yang tahu, termasuk Almanda. Hanya Timur dan Tuhan lah yang tahu. Baginya mencintai dalam diam adalah cara terbaik.

Timur memerhatikan suasana sekitar kantin kampus siang ini. Ramai. Tapi tidak dengan pikirannya.

"hey! lagi apa?" tanya Almanda.

"nafas!"

Timur langsung berlalu meninggalkan Almanda, entahlah, hari ini ia ingin sendiri. Sedangkan Almanda, ia hanya diam melihat Timur semakin jauh dari hadapannya.

Timur berjalan menuju toko buku yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampusnya. Rencananya ia akan membeli beberapa novel yang ia inginkan dari dulu. Ya, dari dulu. Timur memang harus menyisihkan uang jajannya jika ingin membeli novel.

"mas Timur?!"

"eh, Mega."

"mas ngapain disini?"

"beli buku." Timur tersenyum.

"eh, maksudku, mas Timur ngapain di Malang."

"aku kuliah di sini, Ga."

"oh yaampun, maaf ya mas, aku enggak tahu."

"enggak apa apa. Kamu sendiri ngapain di Malang?" tanya Timur.

"main ke rumah nenek." Mega tersenyum.

"oh..." Timur mengangguk.

"mas Timur? Hari ini mas Timur sibuk Ndak?"

"lumayan, mau mengerjakan tugas, kenapa memangnya?"

"aku cuman mau diantar keliling Malang."

"besok saja yak Mega, besok bisa kok." Bumi tersenyum.

"serius, mas."

Timur mengangguk.

"Mega, aku pamit duluan yak." ucap Timur.

"eh, enggak mau bareng sama aku?"

"kos ku dekat kok." Timur tersenyum.

"oh yasudah, hati hati yak mas." Mega tersenyum.

Timur membalas senyumannya kemudian berlalu meninggalkan Mega.

Sebenarnya soal mengantar mega berkeliling kota Malang itu, Timur sangat malas. Tapi, karena Mega baik padanya, akhirnya Timur mengiyakan ajakan Mega.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Timur sampai ke tempat indekosnya. Baru saja ia akan masuk ke dalam kamarnya, ponselnya sudah berbunyi pertanda ada pesan masuk.

Mega.

Nama yang tertera di layar.

Timur langsung membuka pesan yang dikirimkan Mega.

Mega : besok mas Timur datang saja ke rumah nenek ku, aku akan kirimkan alamat nya.

Timur : iya :)

Lalu setelah beberapa detik, Mega membalas pesan Timur. Tetapi, Timur mengabaikannya, ia mematikan ponselnya lalu masuk ke dalam kamar indekosnya dan membersihkan diri kemudian mulai mengerjakan tugas tugas kuliahnya.

Ia teringat Senja kembali, ingin rasanya ia mengirim pesan yang berisikan pertanyaan singkat.

Untuk kamu yang... Ah sudahlah. Selamat malam, have a nice dream.

***

Happy reading rek! Sun jauh :*

R U M I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang