"Chandra udah tidur?" Tanya Juna kala netra nya menangkap jevan yang berjalan ke arah nya, jevan mengangguk, duduk di kursi loby tepat di samping Juna "ada noxy yang jaga" balas jevan Pelan.
Keduanya diam cukup lama sampai jevan menghela nafas "gue pengen deh donorin mata ke Chandra" celetuk jevan buat Juna menoleh, jevan ikut menoleh ke arah Juna "liat Chandra yang biasa nya teriak - teriak sekarang cuma diem doang gitu, gak tau kenapa ya sakit aja gitu" lanjut jevan buat Juna alihkan pandangannya dari jevan.
Mau bagaimana pun pasti jevan akan sangat menyayangi Chandra begitupun sebaliknya bagaikan kakak dan adik kandung, mengingat keduanya sudah berteman sejak lama.
Jevan terkekeh pelan "gue inget banget, dulu waktu sawahnya om rigo panen kita main di Deket padinya, eh dimarahin, untung bapaknya Chandra yang punya" cerita jevan, ingat betul saat dirinya dna Chandra bermain padi di sawah Sewaktu umur 4 tahun.
"Jangan" ujar Juna setelah lama diam "jangan donorin mata Lo, Chandra pasti lebih sedih kehilangan sahabat terbaik dia daripada kehilangan mata" lanjut Juna setelahnya ia tersenyum, tatap jevan tepat pada matanya "biar gue aja"
"ambil CT scan Arjuna galaxy di ruangan saya cepat!!"
"Ambil kantong darah untuk Arjuna!!"
"Pacu jantung pasien melemah dok!"
Jevan menunduk di balik pintu dimana keributan itu terjadi "salah gue hiks" gumam jevan lama kelamaan tangis nya pecah.
"Van!" Jevan menoleh mendapati noxy yang tengah mendorong kursi roda Chandra "Juna gimana?" Tanya Chandra khawatir.
"Salah gue, hiks, tadi ada perawat yang dorong kursi roda kosong, gue sama perawat nya sama - sama gak liat terus hiks- Juna dorong gue, gue kepentok dinding Juna ketabrak kursi roda nya hiks- infus nya jadi kecabut, d-darah nya Juna tadi ke mana-mana hiks" jelas jevan masih dengan isakan tak kunjung berhenti.
"G-gue denger jantung Juna lemah no, h-hiks" Isak jevan, noxy bawa jevan ke dalam dekapan, tak peduli pandangan orang pada keduanya.
Ceklek
"Ah maaf, kita sahabat an kok dok, j-juna gimana?" Tanya noxy kala sadar akan pandangan sang dokter pada dirinya dan jevan yang sedang berpelukan.
"Maaf saya harus bilang ini, Arjuna kritis, bisa tolong panggilkan orang tua Arjuna, saya mau bertanya apa Arjuna akan di pertahankan atau tidak, saya permisi"
Tunggu, apa katanya? Dipertahankan atau tidak?
"A-ayo kita masuk" ajak noxy, dorong kursi roda Chandra, meringis sejenak melihat keadaan Juna, alat bantu nafas dan Juna banyak selang lain yang menempel di tubuh Juna.
"Hey" sapa Juna pelan, bisa-bisanya Juna masih tersenyum di masa kritis nya buat noxy dan jevan menangis dalam diam.
Chandra meraba bagian ranjang mencari jemari Juna untuk ia genggam, Juna tersenyum beri jemari nya pada genggam an Chandra.
"Kok dingin? Abis perang es batu ya?" Gurau Chandra buat Juna tertawa pelan "Abis perang sama batin, pergi atau terus" balas Juna lemas buat Chandra longgarkan genggaman nya.
"Ngomong apa si Lo h-haha" Chandra tertawa canggung "gue sama jevan keluar d-dulu ya bentar" Pamit noxy dengan nada bergetar, segera tarik jevan menuju Taman rumah sakit.
"Gue gak kuat hiks" Isak noxy, padahal noxy salah satu orang yang jarang menangis "gue takut" celetuk jevan, usap pelan jejak air mata yang ada di pipi nya.
"Gue takut Juna bener - bener lakuin yang dia bilang, h-hiks" Isak jevan buat noxy menunduk, tumpu–kan siku nya pada meja.
"K–kenapa harus Juna h-hiks" Isak jevan lagi "g–gue gak mau Juna pergi gara-gara donorin mata no!" Bentak jevan, noxy hanya diam, noxy juga tak mau–
Noxy hanya ingin waktu di ulang, dimana semua masih seperti dulu, berjuang bersama melawan alergi.
"Kita semua udah sembuh dari alergi, kenapa Juna e–enggak! Kenapa tuhan kasih Juna cobaan baru! Kenapa no! H-hiks kenap–"
"Gue juga gak tau Van!! Lo sendiri yang bilang di kantin kalo ending takdir kehidupan gak ada yang tau!!" Bentak noxy baut jevan menunduk, kedua nya diam, berusaha redam tangisan mereka.
"Permisi!" Seru pemuda asing, duduk di hadapan keduanya "halo, aku Hanif! Temen nya jUna sama Alan, tapi Alan sudah di ambil sama tuhan" ujar pemuda dihadapan jevan dan noxy, tangan kanan nya mengenggam erat boneka tupai.
"Hanif dengar Juna sedang kritis ya? Kalo kata Alan, aduh gimana ya? Hanif lupa, oh gini kritis itu bukan ambang kematian, masih ada harapan untuk hidup, tetap di dekat nya, beri semangat, jangan lupa panjatkan doa bukan menangis dan saling menyalah kan satu sama lain, nah begitu" ungkapan Hanif cukup buat jevan dan noxy tertampar.
Hanif menderita kelainan otak, pemikirannya hanya sampai bocah 6 tahun, tapi ingatan nya cukup bagus, bahkan Hanif masih ingat ucapan adik nya 7 tahun lalu.
"A-ah terimakasih Hanif, kau lucu, sama seperti boneka tupai in–"
"Jangan dipegang! Nanti kotor! Alan tak suka kotor sebab ini dikasih Alan jadi Hanif harus jaga sama seperti Alan" noxy tersentak tarik kembali tangannya, hati nya menghangat, tak tau siapa Alan tapi noxy yakin Alan sosok yang hangat.
"Temenin Juna terus ya, walaupun Hanif gak tau rasanya punya sahabat, tapi Hanif yakin, Juna pasti senang kalo sahabat nya ada terus di sisi nya, Hanif pamit!"
Noxy dan jevan tersenyum miris, bahkan si kelainan otak bisa memberi mereka nasihat, kenapa mereka hanya menyalahkan dan saling putus asa.
TBC
Hai! Kasih tau kalo ada typo ya<3Nge feel gak sih part ini?
Makasih yang udah baca dan vote!
💚
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] UNA PUGNA | 00 Dream
Fanfiction-huang renjun #1 "pada dasarnya tak ada manusia yang sempurna , kita cuma kurang bersyukur" - Arjuna galaxy vanka - Kekurangan dan persahabatan bisa bersatu , contoh nya saja pertemanan antara Juna , noxy , saktra dan jevan yang ada dibuku ini - Una...