-huang renjun #1
"pada dasarnya tak ada manusia yang sempurna , kita cuma kurang bersyukur"
- Arjuna galaxy vanka
- Kekurangan dan persahabatan bisa bersatu , contoh nya saja pertemanan antara Juna , noxy , saktra dan jevan yang ada dibuku ini -
Una...
"pasien Arjuna sebaiknya tidak di temui dulu, kalian bisa pulang atau menunggu disini" ungkapan terakhir dari sang dokter cukup membuat ketiga sahabat itu meyakinkan diri mereka untuk tetap berada di rumah sakit.
"Juna kenapa ya? Kok gak boleh ketemu?" Gumam Chandra, sudah menjelang malam, di samping nya bahkan sudah ada bungkus McD yang dimakan sore tadi.
"Berdoa aja gakpapa, Tante Wendy kok lama ya?" Tanya noxy, matanya melirik pada loby namun tak ada tanda - tanda kedatangan Wendy.
"Kok gue ngira nya Juna gak mau ketemu kita ya" celetuk jevan, Chandra dan noxy menoleh buat jevan ikut menoleh "gak mungkin, kenapa juga gak mau ketemu?" Timpal noxy buat jevan menghela nafas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maaf" gumam nya, ditatap pintu kaca satu sisi dihadapannya, dimana ia bisa melihat mereka tetapi mereka tidak.
"Kalian sahabat terbaik yang pernah gue temuin" gumam Juna lagi, diremat nya baju rumah sakit di bagian dada kiri nya.
"Penyakit sialan !" Maki nya, setetes air mata lolos dari mata indah nya, tatap sahabatnya yang berbincang bahkan hampir tertidur karna terlalu lama menunggu dirinya.
"Kita emang gak bisa minta sama Tuhan buat semua yang kita mau, setidaknya kita bisa usahain yang kita mau, semoga di akhir idup gue, kalian ada di sisi gue, hiks !" Juna usap air matanya kasar, dirinya bodoh, menjadi beban untuk sahabat nya sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Astaga, maafin Tante ya, Tante lama" Chandra dan noxy terperanjat kaget, mencari nyawa nya yang hilang saat tidur tadi, sedangkan jevan masih setia tertidur di bahu noxy.
"Gakpapa tante- jev bangun hey, jevan !" Dipukul nya sedikit keras pipi jevan buat jevan terbangun "kalian pulang naik apa? Dianter supir Tante aja gimana?" Noxy dan Chandra saling pandang kemudian mengangguk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wendy menghela nafas, tatap ketiga sahabat anak nya yang berjalan gontai ke arah lift, langkahkan kakinya ke arah ruang dokter.
"Selamat malam dok" sapa Wendy, sang dokter menoleh, tersenyum kecil "Bu Wendy? Silahkan duduk" Wendy mengangguk duduk di kursi dihadapan dokter Aryo.
"Kalo yang saya perhatikan, dijantu nak Juna dibagian sini sudah terlalu mengalami kerusakan" tunjuk dokter Aryo pada salah satu bagian di dalam tablet nya.
"Terlalu banyak kerusakan menyebabkan persentase kambuh dan collapse lebih besar" tambah dokter Aryo buat Wendy menghela nafas.
"Tapi, yang jadi pertanyaan dok, mengapa saya tidak mengalami penyakit ini? Nenek dan cucu terlalu jauh, seharusnya saya juga mengalami penyakit ini, jika penyakit ini berantai" tanya Wendy buat dokter Aryo tersenyum.
"Yang nak Juna alami ini 60% penyakit bawaan dari nenek nya, dan 40% terjadi karna kesalahan nak Juna, mungkin saja nak Juna pernah terpukul atau terbentur di bagian dada kiri" ujar dokter Aryo buat Wendy menghela nafas, pamit dari sana.
"Ah iya Bu, nak Juna boleh di kunjungi, tadi nak Juna sendiri yang bilang tidak mau bertemu dengan teman - temannya" ujar dokter Aryo dengan senyum, Wendy mengangguk, pergi dari sana.
Tatap pintu ruang rawat Juna di hadapannya, tak langsung masuk, duduk di bangku yang di duduki Chandra,noxy dan jevan.
Keluarkan ponsel nya mendial nomor sang suami "halo mas, gimana disana?"
"Disini baik kok, aku lagi break"
"Hiks, j-juna mas"
"Juna kenapa? Kamu kok nangis?"
"Aku takut Juna kenapa - Napa, hiks, ini salah aku, hiks, kalo aja ibu aku gak kena penyakit ini"
"Hey, jangan salahin diri kamu, tuhan gak pernah kasih cobaan ke orang yang gak bisa jalanin, kita bisa jalanin ini, mas ambil cuti ya?"
"I-iya"
Wendy tutup sambungannya dengan sang suami, tenggelamkan wajahnya pada telapak tangan, rasanya Dejavu, dulu sang ibu, sekarang anak nya.
"Tuhan tolong, jangan ambil anak ku, hiks"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juna menangis di dalam, melihat sang ibu yang menangis tersedu - sedu "hiks, kenapa kaya gini sih" maki nya pelan "Juna sialan ! Beban !" Maki nya lagi.
Juna tau, Tuhan hanya ingin menguji nya, tapi apa tuhan tau kalo Juna bahkan sudah tak sanggup.
TBC Hai ! Kasih tau ya kalo ada kesalahan dalam pengetikan dan kata