21 : farewell video

996 154 6
                                    

Empat hari telah berlalu, waktu nya membuka perban di mata Chandra, dibuka nya perlahan oleh dokter, jevan,noxy dan kedua orangtua Chandra ada disana, bahkan haris ikut hadir.

Chandra mengerjab pelan, kedipkan matanya beberapa kali "nah haesaktra, ini warna apa?" Tanya si dokter sembari menunjuk jam tangan miliknya.

"Biru" balas Chandra dengan senang "kelihatan nya buram atau jelas?" Chandra lihat sekeliling ruangan, tatap sahabat dan keluarga nya "jelas" sang dokter tersenyum "selamat haesaktra, kamu sudah bisa melihat kembali, jangan menangis terlalu lama dulu ya, berhati - hati untuk ke depannya"

Chandra mengangguk, tatap kepergian si dokter "saktra bisa liat ibu?" Tanya Anita sembari menangkup pipi gembil Chandra, Chandra mengangguk ribut.

Anita tersenyum, dekap sang anak buat Chandra ikut mendekap, menahan diri untuk tidak menangis "jangan nangis haha" ledek noxy buat Chandra menoleh ke arah sahabatnya itu.

Matanya mengelilingi ruangan, hanya ada mereka, dimana Juna?

"Juna mana?" Tanya Chandra buat senyum noxy dan jevan luntur "ada kok, nanti kali udah boleh pulang kita Anter ke Juna" balas jevan, Chandra tersenyum "pindah rumah sakit?" Tanya Chandra, jevan dan noxy dengan cepat mengangguk.

"Ah sukur deh, Abis di bius pas operasi gue mimpi Juna pamit, katanya menyerah sama dunia" ujar Chandra buat jevan dan noxy diam.




Tak terasa sudah tiga hari sejak chandra bisa melihat kembali, kaki Chandra sudah pulih walaupun dilarang untuk berlari, ketiganya tengah duduk di taman menjelang petang.

"Lantas mengapa ku masih menaruh hati, padahal ku tau kau telah terikat janji, keliru ata–"

"Permisi" Chandra, jevan dan noxy menoleh, mendapati oknum yang membuat lantunan Chandra dan jevan terhenti.

"Saya suster yang menangani Arjuna saat itu, Arjuna Pinjam ponsel saya untuk membuat video katanya kasih ke temen nya, kalian temen nya kan?" Tanya si suster buat ketiganya mengangguk.

"Ke nomor saya aja sus" ujar noxy, keluarkan ponsel hitam miliknya "sudah ada?" Noxy mengangguk, setelahnya si suster pamit darisana.

"Coba play" titah Chandra, noxy tau ini video apa, dari thumbnail yang tersaji, begitupun jevan "besok aja, kan besok lu udah boleh pulang" ujar noxy, tatap jevan di samping nya.

"Halo!" Ketiganya menoleh mendapati Hanif dengan boneka tupai miliknya "halo Hanif" sapa jevan dengan senyuman "loh, ini Chandra ya yang katanya tidak bisa melihat?" Tanya Hanif, Chandra mengangguk canggung.

"Aku Hanif! Salam kenal!" Hanif ulurkan tangan nya ramah, tentu Chandra balas "kamu seperti orang baik, pantas saja Juna rela melakukannya"

Ungkapan Hanif buat Chandra bingung "lakukan apa?" Tanya Chandra, jevan fa noxy sudah mengigit bibir gugup.

"Do–"

"Hanif masuk! Sudah mau petang!" Teriak salah satu suster dari lorong yang menghadap langsung ke taman "ish, suster indry Buru - buru sekali, Hanif pamit ya, dadah!" Dengan terburu-buru Hanif pergi darisana.

"Apa? Juna ngapain?" Tanya chandra, jevan dan noxy tatap Chandra tepat pada iris matanya "setelah besok, jangan marah sama kita" ujar jevan buat Chandra semakin bingung.

Malam sudah tiba, mengingat besok akan menemui Juna, noxy dan jevan mengambil tempat di masing-masing samping Chandra untuk menonton video entah apa dari Juna.

"Play ya" ujar noxy, tekan tombol play, disana ada Juna yang tengah berusaha duduk, setelah berhasil duduk Juna benarkan letak ponsel.

"Sudah bagus kan? Nah sudah, halo Pren!"

Sapa Juna dengan senyum, suara Juna itu serak, jika berbisik lontaran katanya akan lebih jelas.

"Tinggi in volume nya ya, ekhem, berapa bulan si gue di rawat? 2 atau 3 bulan ada kali?

Oke, gue mau minta maaf, maaf selama gue idup gue belum pernah jadi temen yang bener, walaupun si Chandra lebih gak bener, gue sayangggg Lo pada, bener deh suer.

Tapi setelah gue cari-cari ternyata kardiomiopati itu bahaya banget ya, makasih udah sembunyiin dari gue, maaf hehe gue gak sengaja denger, makanya geu search tentang kardiomiopati"

Juna menunduk, buat jevan,noxy dan Chandra bingung "ini video apa si anjir?" Tanya Chandra bingung.

"Hiks, g-gue sayang Lo semua hiks, jevan maafin gue ya gue pernah masukin slai strawberry di roti Lo, makasih ya suka pijitin tangan gue.

Noxy, Lo kalo naek motor ati-ati, jangan buat gaduh sama geng mana pun, nanti di keroyok lagi gak ada gue gimana, jangan kebanyakan main game ya no, gak baik"

"Padahal dia juga suka main game" gumam noxy walaupun masih menahan tangis.

"Dan, Chandra, jangan merasa bersalah ya setelah ini, ini pilihan gue kok, gue pengen berguna di akhir hidup gue, jaga mata gue ya Chan, gue emang gak ada di samping Lo, tapi gue masih bisa jadi mata Lo"

Chandra tatap layar ponsel noxy tak percaya, pegang matanya pelan, tatap jevan dan noxy di samping nya.

"See you, gue sayang Lo pada, dah ah capek"

Akhirnya video tersebut berhenti, Chandra tatap layar ponsel noxy "Juna?" Gumam Chandra, tatap Noxy penuh tanya "yang Juna bilang gak bener kan, ini mata siapa!?" Namun noxy masih diam, tundukan kepalanya menahan tangis.

"Jev! Jev!! Bilang ini bukan mata Juna! Cepet bilang hiks, bilang jev!!" Chandra goyangkan bahu jevan buat jevan usap air matanya kasar.

"Juna yang mau, bahkan gue, noxy, bapak, ibu bang Haris gak tau! Pas selesai operasi Juna keluar dari ruang operasi sama, cuma bedanya Lo gak ditutup selimut, Juna ditutup selimut sampe atas, hiks!" Jevan bentak Chandra tanpa sadar.

"Juna maafin gue hiks" gumam Chandra pelan, seandainya dirinya menerima ajakan noxy untuk menginap saja saat itu, seandai nya ia tidak terlalu menarik gas motornya terlalu dalam saat itu.














TBC
Hai! Kasih tau kalo ada typo ya!

— Satu atau dua chap lagi mungkin.

Makasih yang udah baca dan vote!
💚

[✓] UNA PUGNA | 00 DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang