"Juna tunggu disini ya, bunda ambil dulu hp nya" Juna mengangguk, biarkan sang ibu pergi membawa ponsel nya ke ruang rawat nya.
Ditatap satu set sarapan di pangkuannya "Pasti gak enak" gumam nya, namun tetap meyendok makanan tersebut dan memakannya.
"Halo!" Juna menoleh mendapati dua pemuda yang seperti nya berusia sama dengan dirinya menyapa dengan ramah "h-halo"
"Boleh duduk disini?" Juna mengangguk biarkan dua pemuda itu duduk "aku alan, ini hanif, kamu pasien baru ya?" Juna membalas jabatan tangan Alan "ah iya, emang kalian udah lama?" Alan dan hanif mengangguk.
"Kita udah enam bulan disini!" balas hanif dengan senang buat Juna terkejut, bisa - bisanya mereka tahan untuk tinggal di rumah sakit selama itu.
"Kenapa bisa lama? Kalian sakit apa emang?" Tanya Juna penasaran, kedua pemuda itu tersenyum, alan buka topi nya menampakkan rambutnya yang sangat tipis.
"Aku kanker paru - paru, kalo janif kelainan otak, jadi kayak anak kecil gini" Juna terkejut, padahal alan dan hanif di depannya ini seperti orang sehat.
"A-ah iya, namaku arjuna, panggil aja Juna" ujar Juna sadar belum memberitahu namanya "Juna ramah, tidak seperti dia" hanif tunjuk salah satu pasien yang duduk menyendiri di bawah pohon.
"Dia siapa?" Tanya Juna buat alan menghela nafas, usak pelan rambut janif "namanya Felix, dia pasien dokter citra, dokter citra itu dokter psikolog, hanif suka banget deketin Felix soalnya ruang rawat mereka satu lorong tapi Felix suka usir hanif, gak tau sih Felix kenapa kayaknya Felix takut keramaian, katanya juga Felix sering selfharm" jelas alan, Juna mengangguk, tatap Felix yang berjalan menjauh dari taman.
"Kalian saudara?" Tanya Juna, tatap alan yang tengah usap sudut bibir Hanif yang terkena remahan nasi "enggak, tapi aku sudah anggap Hanif adik" balas alan
Alan tatap jam tangan miliknya "udah jam sembilan, Juna kita pamit ya pasti mama kakak nya Hanif cari" pamit alan, Juna mengangguk "dadah junaa!" Seru Hanif buat Juna tersenyum.
"Ah, bahkan penderita kanker paru-paru masih bisa menjadi pelindung untuk penderita kelainan otak" gumam Juna tatap alan dan hanif yang berlalu dari sana dengan Hanif yang tak berhenti meloncat - loncat.
"Juna maaf bunda lama, nah ini ponsel nya" Wendy berikan ponsel nya pada Juna, Juna tersenyum, sekarang jam pelajaran pasti Chandra dan kawan - kawan sedang belajar.
"Loh, kenapa telpon Chandra? Mereka kan lagi belajar" tanya Wendy buat Juna tersenyum "gakpapa Bun, haha"
Cukup lama untuk Chandra mengangkat panggilan sampai panggilan video call itu digantikan dengan wajah ketiga sahabatnya.
"Anjir Juna, gak ngotak lu, kita lagi di kelas!"
Juna tertawa mendengar makian Chandra "hahaha, maaf, kalian nanti kesini gak?" Tanya Juna, sedikit mendengar bisikan dari sana.
"Enggak dulu Jun, gakpapakan? Kita ada kerja kelompok"
Juna mengangguk "iya gakpapa, jangan bikin gue jadi prioritas, kek pacar aja" terdengar Kekehan dari sana.
Wendy tersenyum, pamit kepada Juna untuk pergi ke kantin rumah sakit, panggil terputus karena guru yang mengajar menangkap basah ketiganya.
Juna edarkan matanya ke seluruh taman, mendapati sosok bernama Felix itu tengah menggenggam erat buku di tempat duduk nya tadi.
"Dia pergi cuma buat bawa buku terus kesana lagi?" Gumam Juna, dengan keberanian melangkah ke arah Felix dengan menyeret tiang infus nya.
Berdiri tepat di belakang Felix, sampul buku tersebut bertuliskan dari kakak buat Felix kesayangan kakak.
Seketika Juna teringat Doni, dia selalu bertengkar hal tidak penting dengan Doni.
"Mau sampai kapan berdiri disana?" Juna tersentak, duduk di samping Felix namun Felix mengambil jarak buat Juna tersenyum "halo, aku Arjuna galaxy vanka, 16 tahun, sekolah di SMAN Purnomo 1, mau berteman?"
Uluran tangan Juna tidak digubris buat Juna turunkan dengan canggung "pergi" ujar Felix singkat buat Juna tersenyum.
"Kalo Felix gak mau cerita atau berteman gakpapa, tapi Felix harus inget, masih banyak orang yang mau dengerin cerita Felix, Juna misalnya" baru saja Juna akan beranjak namun Felix lebih dulu berucap "bagaimana dengan mu?"
"Hah?" Tanya Juna tak mengerti tatap Felix yang masih menatap rumput sintetis di bawah kakinya "bahkan kamu enggak percaya diri" ujar Felix, buat Juna semakin bingung.
"Alan putra pradibyo, masih percaya diri untuk menjaga Hanif antariko, padahal dia tau kalo hidup nya tinggal di hitung jari, tapi kamu, terlalu percaya diri untuk mati bukannya hidup" Juna tatap Felix tak percaya, sebenarnya Felix ini apa?
"Masih banyak orang yang sayang sama kamu, bercermin ke alan ya, saya pamit" Juna tatap kepergian Felix, mengapa serumit ini?
TBC
Alan putra pradibyo - Hwang hyunjin [stray kids]
Hanif antariko - Han jisung [stray kids]
Felix Brata Diktra - Lee Felix [stray kids]Hai! Kalo ada typo bilang ya mataku lagi sakit sebelah :')
Kasih tau kalo ada salah kata dan pengetikan.
Makasih udah baca dan vote !
💚
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] UNA PUGNA | 00 Dream
Fanfiction-huang renjun #1 "pada dasarnya tak ada manusia yang sempurna , kita cuma kurang bersyukur" - Arjuna galaxy vanka - Kekurangan dan persahabatan bisa bersatu , contoh nya saja pertemanan antara Juna , noxy , saktra dan jevan yang ada dibuku ini - Una...