"haha gue buta ya?" Tanya Chandra dengan senyum buat Juna,jevan dan noxy menunduk sedih.
"Salah gue juga sih nikung nya kecepatan, kepelesetkan ban motornya haha" gurau Chandra, jevan genggam lengan atas Chandra "kalo mau nangis - nangis aja, kita gak bakal ngetawain"
Senyum Chandra luntur, keluarkan tangisan nya perlahan buat jevan segera dekap sahabatnya itu.
Noxy dan Juna ikut masuk ke dekapan buat pelukan itu semakin hangat "gak ada yang tau takdir Chan, cuma tuhan yang tau" ujar jevan, Chandra masih setia tumpahkan tangis nya di dada jevan.
"Tenang, kita bakal jadi mata buat Lo Chan" ujar noxy, genggam tangan jevan dengan yakin "hiks Chandra anjim gue nangis!" Seru Juna buat Chandra terkejut.
"Jun Lo disini? Ngapain? Hiks" tanya Chandra, keluar dari dekapan jevan, mencari sosok Juna walau nihil, hanya kegelapan yang menyapa.
"Kepo ah lu hiks" timpal Juna buat tawa terdengar dari ruangan tersebut "janji ya, kalian jadi mata buat gue" ujar Chandra dengan senyum "janji"
"Astaga Hanif haha, ini keju nya meluber kemana - mana haha" alan raih tisu yang ia simpan di meja taman, usap keju parut yang menempel di bibir alan.
"Lihat! Ada Juna! Juna!!" Seru Hanif buat Alan menoleh ke arah tunjuk Hanif, mungkin Juna tak mendengar jadi Juna hanya duduk di bangku dengan sikut yang menumpu pada meja taman.
"Ayo kita temenin!" Seru Hanif buat Alan tersenyum dan mengangguk, duduk di hadapan Juna "Juna, Juna ndapapa?" Tanya Hanif buat Juna angkat kepalanya.
"Eh, hai Alan sama Hanif" sapa Juna dengan senyum dipaksa buat Alan mengernyit "kamu kenapa?" Tanya Alan buat Juna tersenyum, mungkin bercerita ke kedua teman barunya tak masalah.
"Aku belum bilang ya kalau aku punya tiga sahabat? Ini gelang persahabatan kita" Juna tunjukan gelang coklat yang melingkar di pergelangan tangan kanan nya.
"Salah satu nya baru dinyatakan buta" tambah Juna lesu buat Alan ikut sedih namun sedetik kemudian Alan tersenyum akibat ucapan hanif "Juna, Juna jangan sedih, Hanif aja yang gak normal punya teman setia kayak Alan!" Seru Hanif.
"Hush gak normal apa" timpal Alan buat Hanif tersenyum hingga gigi nya terlihat "takdir gak ada yang tau, cuma tuhan yang tau" ujar Alan, kata - kata yang sama dengan jevan.
"Juna sama temen - temen Juna yang lain harus ada di sisi dia, jadi mata dan penunjuk jalan buat dia, kegelapan gak bakal terus gelap, pasti bakal ada Titik terang suatu hari nanti" ujar Alan dengan senyum buat Juna terpancing untuk tersenyum.
Setelah berbincang sedikit sesekali terkekeh karena tingkah Hanif Juna pamit dari keduanya, langkah kan kaki nya ke ruang rawat Chandra.
Tersenyum kala beberapa perawat menyapa dirinya, di ujung loby tanpa di sangka terlihat sosok Doni, walaupun selalu bertengkar, Juna sangat merindukan Doni.
"Abang!" Teriak Juna buat Doni menoleh, alihkan pandangannya dari ponsel, beruntung loby sedang sepi "Jun!" Balas Doni, lambaikan tangan nya yang memegang ponsel.
Baru saja Juna akan melambaikan tangan dada kiri nya berdenyut nyeri "a-aw!" Lambaian tangannya ia tarik, remat dada kirinya buat Doni panik, berlari ke arah Juna.
"Jun ngapa woi?" Doni merutuki dirinya sendiri, bisa - bisanya pertanyaan tersebut yang keluar dari mulutnya.
"Juna kemana ya, lama" gumam jevan, katanya Juna pamit ke ruang rawat nya yang ada di lantai atas ruang Chandra.
"Jev, Lo bener" celetuk Chandra buat jevan menoleh, begitupun noxy "kita gak tau ending nya gimana" tambah Chandra dengan senyum miris.
"Udah jangan mensad gini" ujar noxy diringi kekehan "mending Lo susul Juna jev, takut kenapa - Napa dijalan" suruh Chandra di angguki jevan walau jevan tau Chandra tak melihat.
TBC
Hai! Kasih tau ya kalau ada typo,salah kata,dan salah pengetikan.Makasih yang udah baca dan vote !
💚
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] UNA PUGNA | 00 Dream
Fanfic-huang renjun #1 "pada dasarnya tak ada manusia yang sempurna , kita cuma kurang bersyukur" - Arjuna galaxy vanka - Kekurangan dan persahabatan bisa bersatu , contoh nya saja pertemanan antara Juna , noxy , saktra dan jevan yang ada dibuku ini - Una...