20- Minggu Lalu

31 16 0
                                    

Erin menghela nafas dan melangkah meninggal kan kamar Ren dengan kesal. Akhir akhir ini memang Erin mudah tersulut emosi jika menyangkut Ren, semua nya membuat Erin khawatir.

Menatap punggung lebar Gevin dan menghela nafas. Sejenak Erin merasa kesal melihat laki laki di depan nya. Mereka duduk di ruang keluarga rumah Ren menatap satu sama lain, dan sejenak hening.

"Gue gak tau lo suka benaran sama Ren atau penasaran doang. Tapi jelasin semua yang lo tau tentang kejadian gak masuk akal belakangan ini
" Erin berujar ketus meski dengan enggan memulai percakapan.

Gevin terlihat memalingkan wajah nya ke arah kamar Ren berada dan terlihat tidak peduli dengan pertanyaan Erin.

"Lo tenang aja sih, Ren lebih suka cowok kayak lo" seru Erin sebal.

Gevin langsung melirik Erin dengan satu alis terangkat, bertanya apa ucapan Erin yang baru saja terlontar.

"Bukan lo sih, tapi mirip lah tipe-tipe nya Ren"Erin menghela nafas, "Jangan buang-buang waktu langsung intinya bisa?"

"Gak ada yang mau gue omongin sama lo" ungkap Gevin. "Gue pikir lo bisa nyari tau sendiri semuanya. Oh dan kalo Ren, lo tenang aja gue bakal ngehancurin siapa pun yang mau nyetuh Ren"

Erin melotot tajam, lantas apa untung nya Erin mengikuti laki laki dingin di depan nya. Merasa di bodohi setengah mati, Erin menghela nafas. Tapi lebih baik dari pada harus bertengakar dan lepas kendali seperti tadi.

Erin diam meski dongkol setengah mati

"Sebelum itu lo minggu lalu pergi sama Ren kemana?" tanya Gevin serius.

Erin balas menatap Gevin , "Bukan urusan lo, lo bisa cari tau sendiri kan" Erin jelas membalikan ucapan Gevin barusan.

Erin menatap Gevin dengan wajah tajam. Sedangkan kepala nya sedang berpikir, tangan nya mengetuk getuk meja setelah itu Erin bangikit, berdiri.

"Gue pergi, kasih tau Ren"

Gevin mengangguk acuh dan membiarkan Erin pergi tanpa bertanya. Gevin juga tidak penasaran.

Erin melangkah keluar, tepat di halaman rumah Ren mobil putih miliknya terpakir. Erin menekan kunci mobil, menarik pintu dan memasuki mobil sport putihnya.

Tangan nya memutar kemudi meninggalkan halaman rumah Ren sepenuhnya. Awalnya Erin mengemak sengaja melihat mobil hitam di perimpangan jalan Erin menambah kecepatan nya mengejar mobil hitam yangmenyadari nya.

Gigi nya menggertak, seolah tak ada hari esok jika Erin harus kehilangan jejak mobil hitam dengan spion garis biru itu. Mulutnya tak berhenti mengeluarkan umpatan, ternyata selama ini si pelakuselalu berada di dekat Ren dan kemumgkinan besar suara ranting patah di belakang kamar Ren adalah ulah nya.

Gevin gila. Erin yakin Gevin melihat mobil itu, sial nya dia membiarkan nya. Seharusnya ia melayangkan pukulan dari pada menahan nya.

"sialan" Erin mengumpat waktu mobil hitam itu berhasil berbelok denagn kecepatan penuh. Erin kehilangan jejak.

Erin mengambil ponsel dan menguhubungi seseorang,

"Mobil sialan itu berhasil kabur, berengsek. Flat no nya gak berguna, palsu".

-------------------------

Satu minggu yang lalu,

Merinsya menatap bangunan di depan nya sambil mendongkak, menghela nafas dan mengambil langkah mendekati bangunan pencakar langit di hadapan nya.

Seorang satfam yang berjaga membungkuk mengenali Merinysa dan mempersilahkan nya masuk, Erin tersenym kecil membalas. Memaksakan melangkah meski sebenarnya tidak ingin. Suara pintu lift terbuka, Erin masuk dan menyetuh lantai tujuan kebetulan hanya diri nya seorang sekarang.

Sampai di lantai tujuan Erin melangkah mendekati ruangan utama, menegetuk pintu terlebih dahulu dan memasuki nya. Erin mendapati orang yang memanggil nya, mengambil duduk di sofa menunggu Kak Jean menyelesaikan pekerjaan nya.

"Jadi?" seru Kak Jean tiba-tiba.

"Belakangan banyak kejadaian di luar dugaan, kematian Akbar , sekolah." Erin menggeleng sambil melirik Kak Jean sebentar, "Gak ada petunjuk"

"Kak Jean tau sendiri, Ren suka ngelakuin hal seusaka dia. Gak peduli bahaya atau enggak" Kak Jean meninggalkan meja kerja nya dan memilih duduk di sofa lain, berhadapan langsung dengan Erin.

"Erin pikir Kak Jean nemuin sesuatu" seru Erin sambil berpikir.

Kak Jean tersenyum, "Belakangan pekerjaan kakak numpuk, lebih susah lagi tugas keluar kota" Kak Jean melihat keluar jendela gedung, "Beberapa informan kakak paling telat ngasih info satu minggu lagi"

"Sebelum itu jaga Ren baik-baik, obat nya juga harus di minum"

Erin mengangguk, alasan Erin tidak mau memasauki bangunan ini adalah orang-orang di sekitar Kak Jean, mereka terlihat berbahaya dan sama misterius nya seperti Kak Jean. Entah apa yang sebenarnya Kak Jean lakukan, sampai setiap bertemu pekerjaan nya berganti-ganti. Sekrang mungkin terlihat seperti CEO di perusahan yang menjajikan, setelah satu minggu berlalu Kak Jean akan pergi keluar kota, menyelesaikan misi. Erin tidak tau pasti tapi misi yang Ren dengar tentang nyawa seseorang.


------

setiap orang punya masalah nya sendiri dan rahasia nya sendiri

senin, 31 Mei 2021

Story Red Eyes: Playing Eyes (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang