Satu hari setelah balapan mobil.
Tanggal 11 Oktober 2019.
Arensha sedang memenuhi janji nya dengan Hintar. Di luar dugaan Hintar pagi pagi datang kerumah nya, bukan untuk membahas kasus tapi membatalakan janji nya. Katanya hari ini dia memiliki urusan mendadak, Ren hanya mengangguk tidak keberatan. Sebenarnya Ren hanya tidur dua jam ia juga ingin istirahat sebenatar sebelum membahas semuanya.
Di luar dugaan, Rega menelepon nya dan mengajak nya berbicara di dekat cafe tidak jauh dari rumah nya. Ren akhirnya mengiakan, ia juga perlu membahas sesuatu dengan Rega, setelah pertemuan dengan adik nya malam tadi, Rendy.
Sekarang Ren juga tengah duduk di salah satu bangku cafe dan Rega di depan nya. Dua teh hangat dan roti sudah berada di atas meja.
"Gue denger malam tadi lo ketemu sama Rendy" ujar Rega lebih dulu sambil menatap Ren yang tengah menyeruput Teh nya.
Ren mengangguk lantas menyimpan kembali cakir teh.
Rega menghela nafas, "Gue gak tau apa yang dia omongin sama lo, tapi" Rega menatap Ren tanpa ekspresi, "Lo selama ini balapan?"
"hmmm. Gue balapan" jawab Ren, "Udah delapan kali kalo gak salah"
Rega memejamkan matanya sejenak, "Rendy, Rendy bilang apa aja sama lo"
"Dia bilang setelah kejadian Akbar, lo nemuin bukti" Ren balik menatap Rega, "tiap hari lo berusaha nyari si pelaku" kali ini Ren tersenyum kecil meski mata nya memperlihatan perasaan lain.
"Gue. Gue tujuan si pelaku Ga" matanya menatap ke bawah tepat teh nya nya yang tinggal separuh, "Dengan kata lain gue penyebab nya. Padahal Akbar gak salah apa-apa"
Ren menghapus cepat air matanya yang mengalir tanpa di duga, "Sorry"
Rega terdiam matanya bahkan tak menatap Ren, kepala nya sedang berpikir di sisi lain ia tak sudi melihat Ren menangis.
Entah kenapa suasana Cafe terasa sepi padahal di dekat jendela dan di pojok ruangan beberapa pelagaan tengah bercengkrama ria.
Tiba-tiba pergelangan Ren di tarik paksa, Ren terkejut dan mengenali wajah dingin di depan nya.
"Ikut gue" seru Gevin dan menarik Ren agar mengikuti langkah nya. Seolah tak punya pilihan Ren meningukuti tanpa melawan. Masuk saat di suruh masuk ke dalam mobil milik Gevin. Kepalanya menunduk menyebunyikan wajah nya.
Gevin memutar langkah memasuki pintu mobil kemudi. Gevin menarik seltbets dan memasangkan nya di tubuh Ren setelah itu menstater dan melajukan nya dengan kecepatan sedang.
Berhenti di lampu merah, beberapa mobil di jalan yang sama juga menghentikan mobil nya. Gevin menarik kacamata hitam dari box mobil dan menyodorkan nya kepada Ren.
Ren mengambil dan memasangkan kacamata di matanya. Pundak nya menyentuh kursi mobil.
"Lo pikir Rega gak tau?" tanya Gevin datar, tangan nya sibuk menyetir mobil yang tengah melaju kembali.
Ren mengangguk menyetutuji pikiran otaknya, ia bodoh.
"Lain kali jangan nangis sembarangan. Di depan gue aja"
Ren tak merespon, Gevin juga terlihat tidak masalah. Matanya menyipit mengenali mobil hitam di depan nya, sebelum itu Gevin melirik Ren yang memilih menyederkan kepala di jendela kaca mobil.
Gevin jelas tau ini jalan menuju rumah Ren, tapi sekarang mobil hitam dengan spion garis biru itu memutar jalan. Jika tebakan Gevin benar tadi malam orang itu berada di sekitar rumah Ren.
Gevin akhirnya memilih membiarkan mobil itu pergi saja, ia tau jangkauan orang itu hanya Ren seterusnya juga Ren. Tidak ada hal lain yang lebih penting selain Ren bagi si pelaku.
Tapi Gevin juga sama, tidak ada hal lain yang lebih penting selain Ren. Bedanya si pelaku hendak mencelekai Ren sedangkan gevin, kalian tau jawanban nya.
--------------------------
Gevin akhirnya membawa Ren ke taman kota, karena ini memang masih pagi, setelah satu jam lebih Gevin akhirnya hendak mengatar Ren pulang ke rumah nya, namun berhenti di sisi jalan menuju minimarket.
Ren menyuruhnya membeli beberapa makanan ringan dan Gevin akhirnya menyetuji. Keluar dari supermarket dengan dua keresek besar di tangan nya, Gevin berjalan mendekat namun matanya lebih dulu mengikuti mobil hitam yang meleset memotong jalan menuju mobil nya berada, kaki nya berlari namun,
"Braak" tabrakan mobil itu tidak bisa di hindari, asap dari mesin mobil terlihat mengepul. Pejalan kaki yang melihatnya pun terkejut, jalanan kota tiba-tiba di penuhi klakson mobil, kemacetan terjadi akibat kecelakan mobil itu.
Gevin berlari mendekati mobil nya, membuka pintu mobil tak sabaran. Setelah berhasil Gevin melihat kepala Ren membentur depan mobil, tangan nya lebih menarik kepala Ren ke dada nya, tangan nya menyetuh wajah Ren khawatir, menepuk nepuk pipi Ren pelan. Tak ada jawaban yang Gevin lihat darah dari dahi Ren tengah mengalir.
Suara Ambulans dan mobil polisi mendekat, utung lah beberapa pejalan kaki berinisiatif menelepon ambulans. Gevin mengangkat tubuh Ren, pikiran nya seketika kacau, mengangkat tubuh Ren mendekati ambulans, beberapa petugas langsung membuka pintu belakang ambulans.
Sebelum itu Gevin melihat mobil hitam itu, mulut nya tidak bisa berusara entah karena khawatir, namun raut wajah nya mengatakan semuanya. Mobil hitam spion garis biru itu, sial. Gevin kecolongan.
Yang pasti yang mengemudikan mobil itu bukan si pelaku melihat dari jarak lumayan jauh pun Seluit yang Gevin lihat waktu itu persis berbeda. Polisi terlihat menangangi mobil itu sedangkan si pengemudi yang lain di bawa ke dalam Ambulans yang berbeda.
Gevin langsung menaiki ambulans. Matanya tak beralih sedikit pun wajah nya khwatirnya semakin kentara.
Beberapa petugas lamgsung membersihkan darah dari dahi ren sedangkan gevin terus menerus merutuk diri nya sendiri.
" Korban mengalami pendarahan yang cukup parah" ujar sang perawat.
"Segera telepon rumah sakit untuk mempersiakan ruang UGD" ujar satu lagi petugas yang langsung di angguki oleh perugas lain.
------------------------
Gevin terlihat sedang berpikir keras di kursi tunggu rumah sakit beberapa kali mengacak acak rambutnya kesal, meski dokter tadi bilang luka Arensha tidak terlalu serius tapi masih harus di periksa secara intensif, Gevin masih merasa cemas. Dokter juga sudah mengijinkan pasien di jeguk.
Tapi Arensha bahkan belum membuka matanya, Gevin tadi masuk sebentar dan memilih keluar kembali. Kepalanya bisa-bisa gila melihat keadaan Ren sekarang.
Suara langkah terburu-buru menarik perhatian Gevin. Merinysa dan dua orang tunya berjalan ke arahnya, raut mereka sama khawatirnya dengan Gevin.
"Kenapa bisa kayak gini?" tanya Merinsya tajam setelah berdiri di hadapan Gevin, sedangkan kedua orang tua Merinsya memilih langsung memeriksa keadaan Ren.
"Jawab Vin" seru Erin penuh penekanan.
Gevin menghela nafas, setelah itu menatap Erin. "Mobil hitam spion garis biru" jawab Gevin dingin.
Merinsya mengeryit, "Maksud lo mobil itu, si pelaku sekarang di mana" tanya Erin heboh dengan mata melotot tajam.
"Ini peringatan. Jelas si pelaku lagi nyaksiin semuanya sekarang" Gevin berdiri sambil melihat layar ponsel nya, "Yang pasti yang mengeumdi Cuma suruhan"
"Gue pergi dulu, kasih tau gue kalo Ren udah bangun" setelah itu Gevin benar-benar pergi, ia punya urusan penting.
Melihat punggung Gevin yang menjauh Merinsya akhirnya masuk kedalam. Kedua orang tuanya yang terlihat khawatir, Erin mendekat dan melihat keadaan Ren yang jauh dari kata baik-baik saja.
----------------
'setiap orang memiliki apa yang ingin di rahasiakan'
-Kak Rena-
Senin, 31 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Red Eyes: Playing Eyes (END)
Misteri / ThrillerArensha Frinsa, gadis ber kepribadian dingin, ketus dan tajam itu memiliki rahasia, rahasia yang membawa nya dengan kenyataan pahit bahwa diri nya berbeda. Hanya teman nya -Merinsya- yang tau satu rahasia itu. Dunia nya memang tidak lengkap seperti...