Belakangan ini Ren sering memperhatikan keadaan sekitar, banyak pertanyaan yang mengganggu kepalanya. Fakta Ren tak menemukan apa pun dari petunjuk yang orang itu sampaikan, Ren hanya yakin satu hal Ren mengenal pelaku nya dan dekat dengan lingkungan Kak Jean. Tapi siapa?, ada banyak orang yang sering berurusan dengan Kak Jean dalam pekerjaan yang beragam.
Ren lebih banyak melamun di kelas, tidak memperhatikan penjelasan guru sampai beberapa kali di tegur guru. Kebetulan Guru yang menjajar di pelajaran ke empat tidak bisa hadir dan suasana kelas lebih berisik dari biasanya. Ren juga tak bertemu dengan Erin, sudah dua hari berlalu setelah kodisi Ren jauh lebih baik bahkan Ponsel Erin susah di hubungi.
'Bruk' suara pintu kelas yang di buka dengan keras mengheningkan suasana kelas seketika, semua mata tertuju kepada sang pelaku dan repleks semua orang kembali ke bangku masing-masing ketika mengenali guru Bk datang ke kelas dengan penggaris kayu.
"Sekali lagi kalian berisik, saya hukum kalian" Teriak Pak Aldo tegas di selingi suara penggaris kayu mengerpak meja guru.
Ren bisa melihat raut tegang mereka. Ren menghela nafas lelah.
"Hintar masuk" seru Pak Aldo dengan suara bariton nya. Semua orang termasuk Ren otomatis melihat pintu kelas yang masih terbuka. Dan muncullah sosok laki-laki dengan tinggi jangkung dan wajah khas. Kulitnya sawo matang dan jika di lihat-lihat termasuk jajaran Good Looking. Kaki panjang nya melangkah memasuki kelas dan berhenti di samping Pak Aldo sekitar 20 cm.
"Kalian kedatangan murid baru" ujar Pak Aldo "Silahkan perkenalkan diri"
Hintar mengangguki ucapan Pak Aldo. Wajah nya melihat seisi kelas dan berhenti saat matanya bertatapan dengan Arensha beberapa detik. Setelah itu ia tersenyum.
"Gue Hintar Dirgantyo, asal Bogor. Salam kenal" seru Hintar singkat.
"Silahkan duduk di bangku kosong" seru Pak Aldo tangan nya menunjuk bangku kosong di barisan kedua dekat dengan jendela.
Hintar terlihat menururti ucapan Pak Aldo dan duduk di bangku nya.
"Untuk hari ini ada rapat dadakan. Bapak minta kalian jangan berisik, sekian" Seru Pak Aldo tegas dan pergi meninggalkan kelas.
Setelah Pak Aldo keluar beberapa murid perempuan sengaja mendatangi bangku Hintar dan sebagian yang lain berada di pojokan bermain game, jika di perhatikan mereka melakukan apa yang mereka mau. Ren malas harus menata satu pesatu apa yang mereka lakukan. Kebisingan pun terjadi kembali dengan volume lebih kecil dari tadi.
Ren menatap jendela kaca di samping kiri, matanya menatap langit biru cerah di awal bulan Oktober. Sebelum terhanyut dengan pikiran nya lebih dalam tiba-tiba seseorang menepuk bahu nya dan repleks memuatar kepalanya melihat sang pelaku.
"Buku lo" ujar Selena pelan, tangan nya menyodorkan buku catatan yang waktu itu di pinjam Tira, "Gue temuin di kolong meja Tira. Udah lama gue mau ngasih ke lo tapi belakangan ini susah ketemu lo"
Ren mengambil buku catatan Bahasa dari Selena teman baik Tira. Wajah nya terlihat lebih lesu, suara nya pun terdengar bersemangat. Ren menangguk mengerti mendengar penuturan kata Selena. Ren juga berduka cita atas pergi nya Tira ke sisi Tuhan.
"Sorry buat semua yang udah Tira lakuin ke lo. Gue harap lo bisa maafin dia supaya bisa tenang di sana" ujar Selana.
Ren mendongkak dan mengangguk dengan senyum tipis, "Gak masalah. Gue turut berduka cita"
Selena mengangguk dengan wajah tak bersemangat, setelah itu kembali ke tempat duduk nya di barisan belakang. Ren menatap catatan Bahasa nya, setalh itu memasukan nya kedalam tas. Ren mengambil posisi tidur dan tangan sebagai alas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Red Eyes: Playing Eyes (END)
Mystery / ThrillerArensha Frinsa, gadis ber kepribadian dingin, ketus dan tajam itu memiliki rahasia, rahasia yang membawa nya dengan kenyataan pahit bahwa diri nya berbeda. Hanya teman nya -Merinsya- yang tau satu rahasia itu. Dunia nya memang tidak lengkap seperti...