--
Ren menatap kamar merinsya yang berdominasi abu abu, ren tersenyum kecil melihat sebuah poto dirinya dan merinsya dalam pigura kecil. Ren meletakan kotak yang dari tadi ia bawa di atas meja belajar.
Ren menaruh ponselnya dan menyimpan surat kecil kemudian terduduk di meja belajarnya. Pundaknya bergetar, wajahnya menunduk dan saat terdengar isak tangis, sampai sampai ren harus membengkap mulutnya agar isak tangisnya tek terlalu jelas.
Beberapa menit berlalu
Ren melangkah keluar dari kamar merinsya dengan wajahnya yang terlihat sembab, ren mendekati dua orang yang tengah duduk di ruang keluarga yang sedang menunggunya, mereka terdiam dengan raut wajah khwatir. Ren duduk di hadapan mereka sambil memaksakan sebuah senyuman kecil.
Ren beruntung memiliki Om Aldo, Tante Ilda dan juga Merinsya. Ren ingin mengatakan dengan tulus dari lubuk hatinya, bahawa ia berterima kasih. Ren menatap sepasang suami istri itu bergantaian.
Ren tersenyum, "Ren boleh meluk Om sama Tante gak?"
"Ya boleh lah. Sini Ren" jawab Tante Ilda sambil merentangkan tangan nya" Ren langsung menghambur ke dalam pelukan tante Ilda. Pelukan hangat ini tak akan perah Ren lupakan, Ren melepaskan pelukan nya.
"Kalau Om, Ren boleh meluk Om?" tanya Ren sambil menatap Om Aldo penuh harap.
Om Aldo tersenyum. Ren langsung memeluk Om Aldo sekilas dan melepaskan nya.
--
Beraking news.
23:09.
Dikabarkan sebuah kecelekan cukup parah telah terjadi di jl cibuntu daerah bandung pada pukul 16;27 sore tadi, dinyatakan dua mobil itu awal nya dalam kecepatan tinggi dan bertabrakan yang mengakibatkan kedua mobil itu memasuki jurang yang kedalanya 8 meter. Kedua korban mati di tempat, satu di antaranya adalah sosok laki laki sekitar 25 tahunan yang ternyata adalah dalang dari pembunuhan berantai yang terjadi di sala satu sekolah berakreditas A di kota bandung, namun sayang satu nya korban nya lagi mengalami benturan di kepala dan wajahnya. Satu jasad belum di ketahui indetitas nya dengan pasti namun bisa dinyatakan si korban masih seorang gadis remaja berumur 18 tahun.
Pemeriksan masih di lakukan oleh pihak ke polisian, untuk kabar lebih lanjut, silahkan menunggu sampai pihak polisi mengkonfirmasi.
Sekilas berita yang saya sampaikan,
Saya tera putri ujuk diri.
Dan selamat malam.
Merinsya menatap kosong kedepan sambil menjatuhkan remote tv yang dari tadi di cengkram erat, firasat nya menyatakan bahwa itu semua tidak benar. Gadis itu bukan Ren namun hati nya ragu. Dan kenyataan jika itu semua benar bahwa gadis itu adalah Ren. Erin tidak dapat menerima nya.
Merinsya terus saja menggelengkan kepala dan terus-terusan merapalkan kalimat, dia bukan Ren. Ren pasti masih hidup, tadi pagi ia bahkan masih berbicara dengan nya. Iya, pasti Ren masih hidup. Namun bertolak belakang dengan sanggahan, Erin tak berhenti mengeluarkan air matanya nya yang menetes begitu saja. Om Aldo dan Tante Ilda bahkan tidak dapat mengendalikan raut wajah nya. Mereka tidak bisa menolak jika gadis itu Arensha. Karena Ren pernah berpamintan dengan mereka di rumah sakit waktu itu. Tangis tante Ilda pecah sambil mendekati putri nya yang masih menangis. Memeluknya erat, sangat erat seolah sedang berbagi kekuatan. Dan membenarkan jika itu bisa saja Ren.
Tangis Merinsya pecah, isakan dan suara tangis itu terdengar nyaring.
"Mah gak mungkin Ren" seru putri nya menolak.
"Tadi pagi Erin masih liat Ren di kamar Ren. Ren masih hidup"
Geleng Ren kuat kuat. Tangis nya tak berhenti.
"Maaf sayang" ujar mamah nya pelan.
"Ren udah pergi"
"Ren udah ada di alam lain" ujar ibunya sambil terisak. Tangan nya mengusap punggung putri nya memberikan fakta yang ada. Merinsya mengusap air matanya kasar seolah tidak terima dengan ucapan ibu nya.
"Arensha masih hidup" ujar merinsya dengan suara tinggi.
Kaki nya berlari meniki tangga kemudian memasuki kamar dan menutup pintu dengan kasar.Om Aldo yang melihat putri nya hanya bisa mengahmpiri istri nya dan memeluk nya. Erin butuh waktu untuk menerima semuanya.
Di sisi lain Merinsya menangis kencang seolah menyalahkan dirinya sendiri, merutuki sikapnya belakangan ini, ia terpeukul dengan kenyataan yang ada. Namun sebagian lagi menyatakan bahwa Ren masih hidup. Kepergian sahabat sekaligus sepupu tak perah ada dalam pikiran nya sekali pun. Tak cukup dengan menangis Merinsya muali meleparkan barang -barang yang berada di dekatnya, frustasi.
Tangan nya tak berhenti memukul dadanya, rasa sesak ini menyakiti nya. Ini mimpi buruk. Jelas mimpiki yang pernah Erin inginkan. Merinsya berhenti di depan meja belajar, saat mata nya tak sengaja melirik kertas berlipat di atas kotak putih.
Dengan gemetar tangan itu meraih nya.
Dear Merinsya
Hai Merinsya, gimana kabar lo? Semoga lo baik baik aja. Gue gak tau kabar lo belakangan ini apalagi lo selalu sibuk. Mer, lo inget gak pertanyaan gue waktu di atap sekolah, gue bilang "suruh hujan berhenti" tapi lo jawab omongan gue ngaco, iya gue juga tau itu gak masuk akal, tapi bakal masuk akal kalau gue yang bikin semuanya berhenti bukan lo.
Gue masih inget waktu lo bilang " jangan pengen sok sok an pergi, masalah lo aja belum lo selesain," dan akhirnya gue bener bener pergi karena masalah gue udah gue urus. Sorry belakangan ini gue jarang ngehubungin lo, sorry juga gue pergi gak bilang-bilang, pasti kali ini lo marah besar kan sama gue.
Oh iya, Mer bilangin juga sama bokap gue yang ada di london kalau gue udah pergi. Gue gak tau kenapa, tapi gue seneng kalian gak papa. Gue bahagia karena lo mau jadi sahabat gue satu satunya. Lo mau nemenin gue waktu sendirian, waktu gue pengen menghilang lebih cepet. Oh iya jangan lupa satu hal lo harus istirahat, bilangin juga sama Kak Juna kalau gue minta maaf karena gak makan obat dengan baik.
Bilangin juga sama Hintar kalau dia harus nuntasin semuanya terus makasih juga. Terus yang terakhir buat lo kalau gue sayang sama lo, makasih banget. Terus kalau suatu hari lo ketemu papah, tolong bilangin gue gak pernah benci papah. Gue sayang mereka berdua.
Makasih Merinsya.
Maaf ya gue pergi lebih dulu.
From Arensha
Surat yang Arensha buat itu membuat tangis Merinsya semakin kencang. Membuat sebuah luka yang tak pernah menghilang kembali hadir atau malahan membuat luka baru. Merinsya tak berhenti memukul dadanya, mencoba menghilngkan rasa sakit yang menyeskan ini. Merinsya luruh ke lantai yang penuh dengan pecahan atau barang-barang yang baru saja ia lempar. Merinsya hilang akal, ia tak tau harus berbuat apa lagi, Merinsya hampir gila.Arensha pergi atau mungkin kebenarannya ren menghilang?.
___END___
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Red Eyes: Playing Eyes (END)
Mystery / ThrillerArensha Frinsa, gadis ber kepribadian dingin, ketus dan tajam itu memiliki rahasia, rahasia yang membawa nya dengan kenyataan pahit bahwa diri nya berbeda. Hanya teman nya -Merinsya- yang tau satu rahasia itu. Dunia nya memang tidak lengkap seperti...