Rega menatap Ren yang tengah tertidur lelap di samping nya, nafas nya tak beraturan. Rega menatap rumah Ren sekilas gerbang nya masih tertutup rapat, entah kenapa tapi Rega merasakan rumah ini terlalu sepi untuk gadis umur 17 tinggali.
Rega menatap Ren kembali, kening nya mengeryit, nafasnya memburu dan wajahnya terlihat lebih pucat dari tadi, keringat dingin membanjiri dahinya. Rega menyelipkan beberapa anak rambut yang berantakan setelah itu tangan kebesaran nya mengusap kepala Ren pelan.
Rega mnedorong pintu mobil dan sengaja menekan bel rumah Ren. Pak Satfam yang berjaga mendekati pagar, matanyamenyipit seolah mengenali laki-laki yang berada di hadapan nya.
"Nak Rega" seru Pak Agus kaget.
Rega menangguk setelah itu Pak Agus segera membuka gerbang rumah Ren. Rega masuk kembali kedalam mobil, melajukan mobil sampai halaman rumah. Rega keluar memutari mobil, menatap Ren sebentar dan menarik Ren kepunggung nya. Rega segera mengambil langkah lebar, mengetuk pintu.
'Ceklek' pintu terbuka dan Bi Inah terkejut melihat Ren berada di gendongan seorang laki-laki. "Non Ren kenapa?" tanya Bi Inah Khawatir.
Awalnya terlihat ragu setelah itu Bi Inah membiarkan Rega masuk ke dalam rumah, "Bawa langsung ke kemar nya aja, di lantai atas" seru Bi Inah, "Bibi bawa minuman dulu" ujar Bi Inah sambil berlalu pergi.
Rega segera menaiki tangga dan setelah itu membuka pintu satu satu nya di lantai itu. Memasuki kamar Ren dan segera membaringkan nya di atas tempat tidur hati-hati, tangan Rega menarik selimut dan menyelimutinya sampai dada.
Rega mengusap pipi kiri Ren dengan ibu jarinya sebentar setelah itu meneliti setiap inci kamar Ren yang di dominasi dengan warna biru dan putih, Rega mengambil langkah dan mendekati meja belajar, beberapa buku berserakan di atas nya. Namun matanya tertarik dengan notebook bersampul biru tua, tangan nya hendak mengambil notebook itu, tapi suara langkah yang terburu-buru, mengurungan niat Rega.
Rega berdiri kembali di sisi ranjang dan melihat Bi Inah membawa nampan berisi bubur dan air putih, menyimpannya dalam nagkas. Tangan Bi Inah menarik pintu kecil nangkas dan Rega bisa melihat beberapa obat seperti pil yang berbeda di tangan Bi Inah. Bi inah sengaja menambah bantal dan memasukan tiga pil kedalam mulut Ren setelah memberikan nya minum.
Rega menatap Bi Inah tertarik, "Bibi boleh nitip Non Ren sebentar" ujar Bi Inah menatap Rega.
Rega mengangguk mengiyakan dan setelah itu Bi Inah berlalu pergi. Terlihat dari raut wajahnya, Bi Inah memiliki hal mendesak sebelum itu Rega segera menarik kursi dan duduk di sisi ranjang.
Rega kembali meneliti setiap inci kamar Ren setelah itu kembali menatap Ren. Melihat pergerakan kelopak mata Ren, Rega segera mengecek keadaan suhu tubuh Ren. Setelah terbuka total Ren mengeryitkan dahi melihat Rega berada dihadapan nya. Ren membenarkan posisi nya sebelah tangan nya mencoba menganggapi nangkas, menarik gelas besisi air putih dan mengengguk nya dengan pelan.
Rega sekarang mengambil inisiatif dengan meraih gelas dari tangan Ren dan menaruhnya nya di atas nangkas kembali.
"Thanks" ujar Ren tulus.
"Mendingan?" tanya Rega meski wajah nya datar, suara tersirat ke khwatiran terdengar jelas.
Ren mengangguk balas menatap Rega. Ren menatap Rega penuh keraguan, apa harus ia menceritakan nya kepada Rega. Selain matanya Ren tau pasti Rega sudah mengetahui nya, ia cukup pintar untuk menemukan ke janggalan yang Ren miliki.
"Rega" panggil Ren pelan, "Gue bisa percaya sama lo kan" tanya Ren serius.
Rega mengeryit heran, Rega bisa menimpan kepercayaan Ren dengan mudah tapi melihat dari sorot mata Ren, ia hendak mengatakan sesuatu yang lebih serius dari pada jawaban perasan Rega sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Red Eyes: Playing Eyes (END)
Misterio / SuspensoArensha Frinsa, gadis ber kepribadian dingin, ketus dan tajam itu memiliki rahasia, rahasia yang membawa nya dengan kenyataan pahit bahwa diri nya berbeda. Hanya teman nya -Merinsya- yang tau satu rahasia itu. Dunia nya memang tidak lengkap seperti...