14- Rega Alfino

109 43 5
                                    

Belakangan ini Rega benar-benar sibuk dengan kegiatan Osis. Tahun ini ia terpilih menjadi ketua Osis. Pulang sekolah pun bisa sampai jam 7 malam selama dua tahun belakangan ini jika tidak di isi dengan belajar, Rega juga sering mengikuti Olimpiade jika sempat. Bertambah sibuk dengan kegiatan Osis.

Tapi ingin tau apa yang Rega lakukan sejak kelas sebelas menatap gadis cantik bernama Arensha Frinsa dari kejuhan, sebenarnya sejak Mos gadis itu terlihat menarik, selain bewajah datar mulut nya juga lumayan pedas. Dan memperhatikan Ren mulai menjadi kebiasan baru untuk Rega.

Bagaimana gadis itu memakan bakso -Pak Ayan- dengan lahap di kantin, dengan siapa dia berintreaksi dari awal Rega juga hanya melihat Merinsya di samping nya, Erin terlihat merentangan kan tangan nya menghalangi orang-orang yang hendak mendekati Ren dengan alasan buruk, tipe teman yang protektif.

Padahal usaha Erin sama sekali tidak berhasil, Rega pernah melihat tas Ren di tong sampah, baju olahraga basah di tempat wastapel sampai sampai loker nya pun di penuhi coretan atau saus akibat murid-murid yang tidak menyukai Arensha dan mengejutkan nya Ren terlihat tidak peduli dengan semua itu, takpernah membalas sekali pun.

Lucu nya mereka tak berani mem-bully langsung bahkan Ren mendapat julukan Ratu Es, sikap arogan ditambah ucap ketusnya. Jujur wajah Ren memang cantik tapi selama Rega memperhatikan Ren ia belum pernah melihat sekali pun Ren tersenyum lebar terkesan dingin dan tak ingin di ganggu. Sampai pem-bullyan non verbal itu berakhir setelah mengetahui Merinsya teman Ren adalah anak dari pemilik sekolah.

Aneh nya gadis yang katanya arogan itu tidak pernah terlihat marah atau kesal melihat perlakuan beberapa murid yang tidak menyukai nya, dan Rega makin tertarik. Sebelum Rega keluar dari Sma Nusa, Rega harus selangkah lebih dekat dengan Ren, seperti Ren mengenal dirinya dan tau namaya.

Dan kebetulan hari itu Rega melihat Ren yang berjalan di kolidor. Rega melihat catatan matematika milik Ren di tangan nya setelah itu mengikuti Ren dengan pasti. Setelah tadi Rega melihat Beberapa siswi mencoba menghancurkan loker Ren dengan membobol paksa loker milik Ren dan kebetulan Rega sedang berjalan menuju Uks dan melihat itu. Rega segera mendekati beberapa siswi itu tepat waktu dan meminta buku catatan Ren dari mereka sebelum menjadi abu.

Dan semuanya berjalan dengan lancar sampai mengajak nya menjadi pasangan di pesta tahunan. Sialnya Rega melupakan Ren sejenak setelah meilhat jasad teman nya tergantung dengan lumuran penuh darah di sekujur tubuhnya. Rega sempat blang dan merasa semuanya tidak lah nyata. Dan ketika berbalik Rega menemukan Arensha sudah berada dalam dekapan orang lain, Rega sempat ingin marah tapi setelah kepalanya cukup dingin Rega memutuskan untuk tetap berada di tempat kejadian.

Sampai tiga hari berlalu setelah kejadian, Rega pusing dengan kasus Tira dan Akbar di tambah polisi mulai mengintrogasi nya dan menyakinkan alibi yang di milikinya. Jelas Rega bukan pembunuh, untuk apa ia terpilih menjadi ketua Osis jika pekerjaan nye membunuh orang. Dan dirinya terbebas dari tersangka dan menjadi saksi mata atas dua kejadian itu.

Hari ini Rega duduk di salah satu sofa singel di ruang Osis yang di ubah menjadi markas polisi dadakan. Tangan nya sibuk menulis di lebar yang di serahkan polisi kepadanya. Sebelum perhatian nya sepenuh nya tertarik dengan suara pintu ruang osis di buka.

Dan muncul lah gadis yang selama lima hari oh setiap hari memenuhi kepalanya dan kebetulan mata mereka bertemu. Rega juga sempat mengumpat 'sial' melihat wajah pucat Ren, ia merasa kesal sendiri dengan dirinya, bagaimana bisa dirinya membiarkan Ren begitu saja waktu itu.

Arensha lebih dulu memutuskan pandangan dan duduk berhadapan di meja kerja Kak Naya. Kedua raut mereka terlihat serius, perbincangan mereka juga sempat Rega dengar dan setelah selasai dengan kertas di tangan nya. Kaki nya melangkah mendekati meja di mana mereka berdua tengah berbincang dan menyimpan di atas kertas yang baru saja Arensha simpan di depan Kak Naya.

Mereka juga sempat bertatapan beberapa detik dan Ren pemutusnya. Setelah itu Rega melangkah keluar dari ruang Osis bukan benar-benar pergi tapi tetap berdiri di sana menunggu Arensha keluar dari sana. Pikiran nya berkecamuk memikirkan apa yang harus ia ucapkan nanti.

Ceklek. Suara pintu terbuka mengalihkan pokus Rega sepenuhnya, setelah cukup lama menunggu akhirnya Ren keluar dan mereka langsung bertatapan.

"Ngapain ke sini?" ucapan Rega terlontar begitu saja, tanpa di cegah meski sebagian kecil Rega mengerti alasan Ren ke sekolah, dari perbincangan Kak Naya dan Ren tadi. Meski hanya sebagian kecil.

Ren memilih melangkah dan Rega otomatis mengikuti langkah Ren. Matanya bahkan lekat menatap wajah pucat Ren.

"Nothing" jawab Ren datar.

Rega memilih menganggukan kepalanya, mencegah rasa penasaran nya dan memilih menyudahi tampak lebih mengkhwatirkan keadaan Ren.

Rega menarik nafas, "Lo sakit?" Rega sebenarnya ingin menempelkan tangan ke dahi Ren tapi Rega berusaha menahan nya, "Gara-gara kejadian di aula"

Ren terdiam cukup lama dan menjawab "Iya".

Rega akhirnya memilih diam melihat wajah melamun Ren, melihat mata nya berkaca-kaca Rega langsung menarik tubuh kecil Ren kedalam dekapan nya. Bolehkah Rega egois, ia ingin mendekap Ren lebih lama dan menjaga nya juga. Rega bisa merasakan remasan tangan kecil Ren di ujung jaket yang di pakai nya.

Sambil terisak, "Rega" panggil Ren parau, "Boleh gue menghilang aja" ucapan nya berhenti dan Rega semakin menedekap Ren dengan erat. Kenapa Ren sekarang begitu rapuh, kenapa matanya tak setejam biasanya, bahkan rautnya pun sering berubah.

Ren terisak, "Gue takut".

Rega mengusap kepala Ren pelan. Kenapa Ren seperti ini apa karena pembunuhan yang terjadi belakangan ini, jika ia Rega yakin semua ini bukan salah Ren. Bagaimana bisa gadis yang diam saja di bully bisa melakukan hal itu. Oleh karena itu Rega serius akan menjaga Ren. Meski tangan nya harus patah sekalipun.

----------------------------------------

Setelah Ren menangis dan sekarang mereka menuju ke rumah Ren dengan menaiki mobil putih Rega, Ren belum berbicara. Wajahnya behkan menatap jendela mobil sejak tadi. Rega juga tak berniat memulai percakapan. Biarkan Ren menengankan diri dulu.

Sampai benar-benar sampai di depan rumah Ren, Rega meninjak rem dengan mulus. Rega menatap Ren terang-terangan.

"Mau gue jagain Ren?" tanya Rega serius.

Dan Ren memutar kepalanya sampai Rega bisa menatap mata hitam Ren sepenuhnya, "Nope" jawab Ren tanpa ragu.

Rega mengangguk dengan sebuah helaan nafas pelan, punggung nya kembali bersender di jok mobil, matanya menatap kedepan jalan "Lo cukup pinter buat tau perasaan gue sama lo. Kalo gue suka sama lo"

Rega tak mendengar sahutan yang ia dengar suara pintu mobil yang di buka. Rega pun sepenuhnya melihat Ren melangkah keluar begitu saja denga sorot mata lelah.

Rega masih setia menatap langkah Ren. Sampai di depan teras rumah Ren, Rega dapat melihat Erin berdiri di sana, Raut wajah Erin terlihat tak bersahabat dan mengejutkan nya tamparan kecang mendarat di pipi kiri Ren.

Rega sempat melihat raut terkejut Ren sedangkan Erin terlihat menucapkan sesuatu. Rega sama sekali tidak ingin ikut campur, menurut nya Merinsya punya alasan karena menampar Ren begitu saja. Meski tetap saja opsi tamparan tidak terlalu bagus menurutnya.

Dan setelah itu Rega benar-benar pergi dari dengan mobil putih. Dan yang pasti Rega punya peluang untuk mendapatkan Ren sepenuhnya. Ren bukan orang yang repot repot membiarkan orang yang tidak sukainya berdiri di dekatnya, justru Ren akan mengusir orang itu secara terang.

Dan pastinya Rega sudah menyamakan langkah nya dengan Gevin.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saat ini aku khwatir jika kau benar-benar ingin menghilang padahal aku berniat melindungi mu tapi kau ingin menghilang.

-Rega Alfino-

20 Desember 2020

Revisi

Story Red Eyes: Playing Eyes (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang