“Lo selalu ngilang tiap ada kejadain,” seru Ren memulai topik serius. Mereka duduk berhadapan, Gevin juga menatap lawan bicara nya dengan seius. “Dan gue pikir lo mungkin tau sesuatu” lanjut Ren.
“Gue memang tau” jawab Gevin matanya balik menatap Ren, “Tapi gue selalu kehilangan pentujuk”
Ren menunduk memikirkan sesuatu, bukan ini serius. Gevin saja bahkan selalu kehilangan petujuk, mungkin memang Gevin sang pelaku memiliki perbedaan dalam pola pikir. Jika itu Gevin, ia akan langsung menghilangkan sesorang tanpa jejak dan kode atau apalah itu. Tapi sang pelaku memang sengaja mengirimkan kode dan bermain-main.
Gevin sedikit mencodongkan wajah nya, “Lo tau artinya apa?,” tanya Gevin sambil menaikan sebelah alis nya.
Ren mengangkat wajah nya menatap Gevin dingin, “Petunjuk berdatangan di dekat lo” ujar Gevin dengan senyum kecil nya.
Gevin menarik wajahnya dan memilih bersandar di sandaran kursi, “Sejak awal kasus Tira, lo selalu di ikutin mobil hitam dengan spion biru. Gue berhasil ngikutin mobil hitam itu dan kehilangan jejak gitu aja setelah ngelewatin persimpangan jalan sepi” Gevin membenarkan rambut dengan sebelah tangan nya.
“Gue bahkan turun dari mobil, liat sekeliling dan emang gak ada apa-apa. Setelah itu gue tetep ngikutin lo buat jaga-jaga, tapi aneh nya gak ada mobil hitam itu lagi yang ngikutin lo setelah hari ke 5 sebelum kematian Tira”
“Dan seterus nya gak ada” gumam Ren pelan dengan kepala menunduk. Gevin tersenyum mendengar ucapan Ren.
“Lo sejak awal tau ada yang ngikutin lo tapi—“
“Karena gue pikir itu bukan apa-apa. Gue biarin” seru Ren melanjutkan Ucapan Gevin.
Gevin mengangguk, “Hari di mana gue nyamperin lo di parkiran sekolah, lo inget?”
Ren mengangguk mengingat itu dengan baik, setelah insiden bola basket.
“Gue ngasih lo peringatan bahaya” ujar Gevin, “Dan—“
Ren tersenyum kecut menyadari dirinya sebodoh itu, “Gue lagi-lagi gak peduli dan malah ngebiarin lo yang mantau si stalker” semuanya memang karena kecerobohan Ren, pikirnya.
Gevin menatap Ren yang menunduk dengan tatapan kosong, “satu hal lagi yang perlu lo tau, mobil hitam itu ada di Cafe Aroms. Satu hari setelah kejadain Elvira”
Ren buru-buru mengangkat wajah nya, matanya membelakak terkejut, “Cafe Aroms?,”
Gevin mengangguk, “Gue kebetulan kesana dan Putri ngasih tau gue. Waktu itu ada bos nya, jadi gak ngobrol terlalu banyak” Gevin tersenyum tanpa sebab melihat keryitan di dahi Ren.
“Sial nya gue selalu ngelewatin kejadian nya” Gevin menatap Ren, “Gue harus nemuin si pelaku karena keselamatan lo lebih penting dari pada kejadian itu” ujar Gevin dengan yakin.
Ren menatap Gevin dingin, “Penyebab semua ini terjadi itu gue Vin” seru Ren dengan nada naik satu oktaf, “Dan keselamatan mereka lebih penting bagi gue”. Ren menjadi sensitif karena baru saja ucapan Gevin terdengar seperti, ‘nyawa orang lain gak penting tapi lo yang penting’
Ren berdiri dan memutar langkah nya mendekati pintu kamar Gevin. Ikut berdiri Gevin menahan tangan nya dan memutar Ren agar behadapan langsung.
Ren menarik tangan nya paksa dari genggaman Gevin, namun nihil tak berhasil, “Lepasin tangan gue” ujar Ren dengan tekanan di setiap katanya.
“Oke sorry gue ngomong kayak gitu” ujar Gevin megalah. Ren sedikit melunak dan berhenti menggerakan pergelangan tangan nya, “Sorry”
Gevin melepaskan genggam an nya dan beralih mendekati lemari milik nya di sisi ranjang, di tangan membawa hodie hitam dan menyerahkan nya kepada Ren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Red Eyes: Playing Eyes (END)
Misterio / SuspensoArensha Frinsa, gadis ber kepribadian dingin, ketus dan tajam itu memiliki rahasia, rahasia yang membawa nya dengan kenyataan pahit bahwa diri nya berbeda. Hanya teman nya -Merinsya- yang tau satu rahasia itu. Dunia nya memang tidak lengkap seperti...