Regisela :-) 04

1.6K 101 8
                                    

Please vote n komen

»»»

Satu minggu berlalu, setelah Permintaan Yang diajukan Regis membuat Wigela terdiam.

Saat kata kekasih keluar lagi dari bibir laki-laki tampan itu, Wigela hanya terdiam tak menjawab ataupun merespon.
Keterdiaman itu adalah penolakan dari Wigela dan Regis hanya menghela nafas kasar lalu pergi dari hadapan sang adik begitu saja.

" Ada apa?"

Wigela tersentak suara lembut sang ibu membuatnya tersadar, Wigela menoleh lalu menggelengkan kepalanya.
" bersiaplah untuk nanti malam, Daddy tidak ingin ada kesalahan atau kekurangan barang sedikit pun!"

Suara tegas sang ayah tampak mendominasi ruang makan, Regis yang tengah duduk disebrang Wigela hanya acuh.
Mereka sekeluarga yang notabene orang terpandang mendapat undangan dari rekan kerja Sang Ayah.

"Regis jaga sikapmu jangan membuat daddy malu, wartawan disana sangat banyak"

Regis hanya berdecih pelan, dia malas jika harus mengikuti acara-acara terutama acara seperti ini.
Datang bersama keluarga, menjaga sikap, dan lainnya.

"Gela"

Wigela menoleh menatap kepala keluarganya, "yes dadd?"

" Selalu bersama Regis, jangan biarkan dia sendirian atau jika tidak maka dia akan berulah"
Wigela menganggukan kepalanya, dia melirik sang kembaran yang tampak makan dengan ogah-ogahan.

Setelah kejadian itu, Regis maupun Wigela terus saja saling menghindar jika Wigela tentu saja memiliki alasan kuat mengapa dirinya menghindar tapi- Apa alasan Regis menghindarinya?

Sarapan dipagi hari tampak membosankan, Regis menatap seluruh anggota keluarganya yang tampak makan dalam diam.
Pandangannya terhenti kala melihat Wigela yang tengah mengelap sudut bibirnya menggunakan tisu.

Tatapan nya datar namun dengan pikirannya? Entahlah, ekspresinya pun sama susah ditebak.
Mencoba membaca arti dari eskpresi Regis sama saja dengan mencoba membaca ekspresi Batu.

Tak bisa diartikan layaknya benda mati,  " momm, aku berangkat"
Sang ibu terhenyak, dia menatap Regis dan Wigela bersamaan.
Ada apa dengan saudara kembar itu?

" Sendiri? Tumben"

Regis hanya menaikan bahu nya acuh lalu melenggang pergi dari sana, sang ibu menatap Putrinya dalam diam.
Mencoba membaca ekspresi sang anak yang tampak datar.
" Gela apa kalian tengah bertengkar?"

Wigela menatap sang ibu," tidak"

"Lalu?"

Wigela berdiri dia mengambil tas nya, " aku hanya ingin berangkat sendiri itu saja"

Wigela menatap sang Ayah, "dadd, aku berangkat"
Wigela pergi begitu saja, dia berjalan menuju parkiran mengambil kunci mobil yang tergantung di almari khusus kunci.

Dia menghampiri mobil berwarna merah darah kesayangannya, mengendarai dengan diam menuju sekolah.
Tampak sang sahabat baru saja keluar dari mobil pink miliknya.

My Love My TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang