Regisela :-) 09

993 66 6
                                    

Please vote n komen

»»»

"D-Daddy?-"

"Sudah berkali-kali aku  mengatakan pada kalian berdua, jaga reputasi daddy terutama reputasi keluarga Egelard!" Setiap perkataan yang keluar dari bibir sang ayah tampak penuh tekanan.

Remasan dirambut Wigela semakin kencang, sang ayah menatap tajam dengan mata memerah, " Seperti nya ini waktu untuk menghukum kalian berdua!" Ayah hendak menarik rambut Wigela untuk mengikuti langkahnya namun terhenti oleh cekalan Regis.

"Ini semua salahku jangan hukum Gela"

Bibir sang ayah tampak tersenyum miring lalu dia melepaskan remasannya, " sungguh mengharukan"

Regis mengepalkan kedua tangannya menatap sang ayah dengan murka, " Sudah ku bilang jangan menghukum Gela dia tidak tahu apa-apa ini murni kesalahanku!" Ucapnya tajam.

Wigela menggeleng pelan dia memeluk lengan Regis, " d-daddy a-aku juga salah tolong jangan hukum Regis h-hukum aku saja"

Prok

Prok

Prok

Suara tepukan tangan itu menggema diruangan, mata tajam sang ayah menatap kedua putra putrinya haru.
Lihat saja, keduanya saling menyalahkan diri masing-masing dan ingin menyelamatkan saudaranya.
Sungguh tali persaudaran ini membuat   perut sang ayah tergelitik.

Bugh

Bogeman mentah Dari sang ayah melayang diwajah cantik Wigela begitu saja, Wigela terhyung kebelakang kepalanya membentur meja kaca.
Darah segar keluar dengan sendirinya, Regis dan Wigela terdiam seolah tengah mencerna kejadian barusan.

"D-DADDY!!!"

Plak

Regis memegang pipinya yang terasa panas, "berani-beraninya kamu berteriak didepanku!!"

"Kau ingin mendapatkan hukuman bukan? Kemari ikuti aku!" Sang ayah mencekal pergelangan tangan Regis memariknya kasar menuju ruang kerjanya.

Wigela terbangun dengan susah payah, "d...d-daddy"

Wigela mengikuti langkah sang ayah dengan tertatih-tatih rasa pusing terus menyerang nya.
Tapi dia tak mempedulikan yang terpenting dia harus mencegah sang ayah.

Wigela membuka pintu ruang kerja sang ayah, kosong.

Dia terlambat

Dengan segera dia berlari masuk menghampiri pintu besi berwarna putih.
Mengetuk nya terus menerus hingga tangannya memerah.
Dia meluruh, matanya kembali mengeluarkan liquid bening.

Pandangannya mencoba mencari benda yang dapat membobol pintu besi itu, Mata hazel nya terhenti pada sebuah tongkat golf.
Dengan segera dia berdiri dan mengambil nya, memukul kan tongkat golf pada pintu besi itu namun hasil nya nihil tidak ada apa-apa.

Dia terus memukul kan tongkatnya sudah berkali-kali namun tetap saja tidak ada respon.
Bahkan untuk mendengarkan suara sedikit dari dalam ruangan itu tidak akan mungkin.

My Love My TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang