Atau Bahagia?

117 18 4
                                    

Suara monitor detak jantung menggema, seakan menjadi musik pengiring sebuah ruangan sepi yang hanya dihuni seorang pria yang terbaring disebuah ranjang.

Seorang pria yang memutuskan mengorbankan nyawanya demi sang adik, padahal belum tentu adiknya bisa menjalani hidup normal tanpa dirinya.

Meskipun mendapatkan donor jantung, bukan berarti membuatnya selamat dari kematian.
Sudah hampir empat hari setelah operasi namun ia tak kunjung menunjukkan tanda akan bangun.

Padahal kedua orang tuanya selalu menunggu disisinya, menjaganya yang selalu terpejam.

Tuan Na menggenggam sebelah tangan putranya, mengecup keningnya berkali-kali dan merapalkan doa dalam hati.

Air mata menetes melalui sudut matanya.

Ia tersenyum bangga, anak lelakinya yang begitu hebat.
Anak lelaki yang begitu kuat menjaga adik dan keluarganya. Anak lelaki yang sangat disayanginya, Anak lelaki yang-

Sebuah isak tangis lolos dari bibirnya, tak ada yang melihatnya menangis disini. Tak ada yang mendengarnya, ia sungguh tak berdaya.
Seandainya ia bisa menggantikan posisi putranya sekarang.

Isakan itu semakin kencang terdengar saat bayangan Jaemin kecil yang menghampirinya. Putra kecilnya yang hebat itu tersenyum dan berlari kearahnya. Memeluk kedua kakinya, menggumamkan kata dengan bahasa bayinya yang tidak dimengerti orang dewasa.

Jaemin kecil yang tersenyum manis didepan pintu kala mendapatkan oleh-oleh darinya.

Suara gelak tawa putranya yang menggelegar saat melihat Ayah yang dimarahi mama, hingga jerit tangis Jaemin yang mengaung saat Soojin terbaring diruang ICU.

Dengarkah kau Na Jaemin? Ayahmu yang menangis tersedu disebelahmu.

Tidakkah kau ingin melihat dunia luar saat ini?

Tidakkah kau ingin menenangkan mama dan adikmu yang menangis?

Bukankah kau bilang, kedua adikmu adalah segalanya?

Bangun dan hapus air matanya,

Apakah kamu tidak merindukan saudara kembarmu?

Na Jaemin, apakah sesulit itu untuk membuka mata?

Ayah Mark memberikan jantung putranya padamu, agar kamu bisa melanjutkan hidup. Bukan bermalasan seperti ini. Jadi, bangunlah.

Sudahi tidur panjangmu dan temui mereka, katakan jika kau akan baik-baik saja.











🏀




Perjalanan dari Kanada menuju Incheon membutuhkan sekitar hampir 10 jam lamanya menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Lee Haechan.

Saat ini Jeno, Soojin dan Ten sedang berada dalam taksi yang mengantar ketiganya kerumah sakit. Mereka sepakat untuk langsung kerumah sakit begitu tiba, sementara yang lain akan pulang kerumah terlebih dahulu.

Soojin tak menggunakan ponselnya sejak tiba di Kanada kemarin, maka ia tak tau kabar apapun mengenai Jaemin. Mama dan Ayahnya juga tidak menghubunginya.

Pria disebelahnya tak pernah melepaskan genggaman tangannya, tak henti - hentinya melirik Soojin yang sedari tadi diam tak bersuara. Tak ada ekspresi apapun diwajah cantiknya, wajahnya pucat, kantung mata yang menghitam dan bibirnya yang kering.

Terkadang, diam memang lebih baik daripada mengucapkan kata yang kita semua tahu jika itu hanya kalimat omong kosong untuk menenangkan.
Hanya cukup temani, berada disisinya meskipun tanpa suara tapi setidaknya dia akan tau jika dia tidak sendiri.

Sunbae! [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang