Sudah lebih dari 3 hari Soojin terlihat murung saat dirumah. Tak ada alasan buat bolos kuliah dan kerja, namun hampir setiap malam menangis dalam tidurnya.
Jaemin bahkan selau berada disisinya dan tidur dikamarnya. Jaemin akan memeluk gadis itu saat ia menangis dimalam hari, tanpa berusaha membangunkanya.
Jaemin merasakannya, perasaan tak tenang, gelisah, dan rasa bersalah.
Sepertinya gadis itu sedang menyalahkan dirinya sendiri.
Soojin tak mengatakan apapun pada Jaemin, entah karena ia merasa dibohongi atau sekedar tak sanggup.
Tapi Jaemin tau, hari itu ia pergi menemui Mark Lee. Jaemin hanya tidak tau apa yang diucapkan Mark sampai adiknya seperti ini.
"Lo masih nggak mau cerita?"
Malam ini seperti biasa, Jaemin berbaring disebelahnya sembari menatap langit-langit kamar Soojin.
"Gue minta maaf nggak jujur dari awal soal dia yang dijodohin, dan juga.. soal kecelakaannya"
"Gue harus gimana biar lo maafin?"
"Gue nggak marah Jaem, itu kan mau dia" jawab Soojin
"Gue cuma bingung, gue harus apa sekarang. Bahkan buat minta tetep disini pun rasanya gue nggak berhak. Gue nggak tau sama perasaan gue sendiri, Apa pada akhirnya memang gue udah seutuhnya melepas perasaan buat dia? atau ini cuma tipuan ego gue yang sebenarnya menginginkan kembali sama dia?"
"Gue harus gimana Jaem, Mark mau balik lagi ke Kanada. Nggak tau sampai kapan, nggak tau dia nanti kembali lagi atau nggak. Gue nggak tau sanggup nunggu dia apa nggak" lirih Soojin.
Jaemin juga baru pertama kali ini mendengar Mark akan kembali ke negaranya. Kenapa hyungnya itu tak memberi tau sama sekali?
"Gue nggak tau kalo dia mau pulang" gumam Jaemin.
"Untuk waktu yang lama, atau bahkan dia nggak akan pernah kembali" kata Soojin.
Tubuh Jaemin sedikit bergeser, kini ia menghadap Soojin. Menatap wajah adiknya dari samping, perlahan ia melihat air mata Soojin lolos begitu saja.
Menetes hingga ketelinga, namun ekspresi wajahnya tetap datar. Jaemin terus menatapnya, tak mengatakan apapun lagi. Bahkan ia tak tau harus berkata apa untuk menenangkan hati adiknya itu.
Soojin mengerjapkan matanya, air mata semakin luruh hingga tubuhnya bergetar. Ia menggigit bagian dalam bibirnya agar tak bersuara. Tak sadarkah kau Soojin, Jaemin sudah melihatmu menangis sedari tadi.
Soojin memalingkan wajahnya membelakangi Jaemin, tak ingin saudaranya tau ia sedang menangis. Padahal Jaemin lah yang menghapus air mata disetiap malamnya.
Jaemin merengkuh tubuh gadis itu dari belakang, ia mampu merasakannya. Bohong jika ia tak ikut sakit hati. Bohong jika ia tak bisa merasakan ikatan batin, mereka sudah sering berbagi bahkan sebelum keluar kedunia ini.
Sama-sama berjuang untuk sebuah kehidupan, berjuang untuk saling menjaga sejak dalam rahim.
"It's okay Soojinie..."
Jaemin mengecup pucuk kepala Soojin.
"Nangis aja nggak papa, tonight for the last time. Besok lagi jangan ada air mata" suara Jaemin bergetar, berusaha keras menahan air mata.
Isak tangis lolos dari bibir Soojin, bahunnya bergetar. Membuat Jaemin semakin mengeratkan pelukannya. Suara yang memilukan itu mengiris hati Jaemin yang mendengarnya. Ini sesuatu yang tidak bisa Jaemin tangani, ini bukan jangkauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunbae! [END] √
Fanfiction"Ngapa lo cengar-cengir, gila lo ya!" sahut Ten. "Santai njing, lo ngegas mulu dari tadi" "Lo yang santai anjing" "Nggak usah bawa-bawa anjing lo njing" "Ngaca dong lo, lo duluan yang nyebut anjing" "Diem deh lo cabe Thailand!" Ten mengatupkan bibir...