Holla.. Pakabar manteman, semoga selalu sehat sentosa ya.
Semoga kalian gak marahin aku karena lama update, ups!Selamat tahun baruu, semoga sering-sering deh aku ketemu kalian 🎆
ENJOY😜
HAPPY READING 😍______
Freya mengamati Abian yang masih berkutat dengan pekerjaannya. Saat ini ia sedang berada didalam ruang kerja lelaki itu, yang mana jika ingin memasukinya harus masuk ke kamar lebih dulu. Ruang pribadi Abian benar-benar privasi, tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat kerja lelaki itu.Mungkin jika Freya tidak ada kepentingan, ia tidak akan pernah mengetahui ruang kerja Abian. Sesuai janjinya, Freya datang untuk membangunkan Abian dan berakhir dirinya yang harus membawakan makanan lalu menemani dia bekerja.
Hampir satu jam Freya berada di ruangan ini dan ia mulai bosan. Melihat-lihat, sudah. Membaca buku yang ada disana, sudah. Menikmati udara di balkon, sudah. Rebahan di sofa, sudah. Memakan cemilan yang tadi ia bawa, sudah. Semua sudah Freya lakukan dan sekarang kebingungan dan rasa bosan mulai menerpanya.
Kalau begini terus, lebih baik gue di kamar aja.
"Abian." Panggilannya menarik perhatian lelaki itu. Abian menoleh lalu tersenyum lembut ke arahnya.
"Kenapa? Lo udah bosan ya?" tebakkan yang tepat.
"Iya, lo masih lama ya? Gue gak mau ganggu, jadi kayanya gue balik ke kamar aja deh." ujar Freya berusaha mungkin terdengar menyesal.
"Sini deh." pinta Abian yang tanpa protes Freya menurutinya. Dalam jarak dekat bisa dilihat wajah Abian yang sangat kelelahan itu. Jelas saja lelah, dia baru tidur dua jam dan langsung bekerja lagi.
"Lo kaya masih cape gitu. Kenapa gak istirahat dulu bentaran."
Lagi-lagi dia tersenyum, kali ini sembari menarik tangannya agar lebih mendekat. Posisi Freya sekarang berada di depan Abian yang masih duduk di kursi, sedangkan ia bersandar pada ujung meja. Hal lainnya yang terjadi membuat Freya terkejut karena Abian maju dan memeluknya erat, menenggelamkan kepalanya diperut Freya.
"Abian.." Freya bahkan tidak bisa melanjutkan ucapannya.
"Bentar aja, gue pengen peluk lo kaya gini." jawabnya dengan suara yang terdengar lemah.
Hening beberapa saat. Freya bingung harus merespon ucapan Abian seperti apa. Tubuhnya tidak menolak pelukan Abian, tidak juga sepenuhnya menerima. Ia hanya bisa diam dan mengamayi rambut hitam itu, rambut yang ternyata sudah mulai panjang dan agak kusut. Mungkin efek bangun tidur tadi.
"Gue seneng lo bisa nemenin gue kerja." samar-samar mulai terdengar suara Abian.
"Gue gak bantu apa-apa disini, kenapa lo seneng?"
"Karena ada lo disini."
"Dih apaan, gak jelas banget lo."
"Selama ini, gue selalu sibuk sama kerjaan untuk mengalihkan pikiran tentang seseorang. Sekarang gue pengen cepet-cepet selesaikan pekerjaan biar bisa punya waktu sama orang itu." Pelukan Abian semakin mengerat ditubuh Freya.
"Hidup memang begitu sih. Selalu gak sejalan sama apa yang kita pengen."
"Ya. Kadang semua yang udah kita rencanakan ternyata itu gak terjadi dihidup kita. Dan lucunya kita kecewa, padahal itu terjadi karena ekspektasi kita yang terlalu tinggi."
Bisa Freya rasakan Abian menghela napas berkali-kali. Apa pekerjaan ini sangat berat untuknya? Rasa khawatir mulai menyelimuti Freya. Tangannya perlahan terangkat untuk mengelus kepala lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Miracle
RomanceSetelah kepergian ayah tercinta, seharusnya membuat Freya Jovanka merasa terpuruk karena satu-satunya orang yang berpengaruh dalam hidupnya telah pergi. Tetapi sepertinya Tuhan masih sangat menyayangi Freya. Kehidupannya amat sangat damai sentosa di...