"Ahk cape."
Abian merebahkan dirinya disofa dan melempar jasnya kesembarang arah. Dengan keadaan tubuh yang luar biasa lelahnya Abian sampai tidak sanggup untuk melepas sepatu dengan cara pada umunnya. Dengan mata terpejam salah satu tangannya melepas dasi dan satu tangan yang lain ia gunakan untuk melepas kancing kemejanya. Lalu sepatu? Dengan susah payah Abian membuka sepatu menggunakan kakinya sendiri. Intinya semua dilakukan dalam keadaan rebahan.
Bu Ayu yang melihat itu segera menghampiri tuannya untuk membantu tapi sayangnya Robbin lebih dulu mencegah.
"Biarkan saja bu Ayu."
"Tapi pak--"
"Dalam keadaan lelah seperti itu biasanya dia tidak membutuhkan bantuan orang lain. Semua bagian tubuhnya akan berfungsi dalam satu waktu. Jadi, tidak perlu khawatir " jelas Robbin panjang lebar sembari mengamati tuannya yang masih berusaha melepaskan semua ketidaknyamanan yang ada pada tubuhnya.
Sama halnya dengan Robbin, bu Ayu juga mengamati tuannya dengan pandangan takjub. Baru kali ini ada orang yang seperti itu. Andai saja semua manusia dimuka bumi ini memiliki sikap seperti Abian, mungkin mereka hanya akan membutuhkan bantuan di waktu senggang saja.
"Huftt lega..." Abian menghela napas lega setelah semua kapaian ia lepas, hanya tersisa kaus dan celana saja yang masih melekat di tubuhnya.
Abian yang menyadari ada seseorang yang memperhatikannya mulai mengajak mereka berbicara tanpa membuka matanya. Memang Abian ini hebat bisa me-notice sekitar dalam keadaan lelah, lapang, tertekan, emosi, bahagia. Pokoknya semua bisa Abian lakukan. Tapi satu hal yang tidak bisa lelaki itu lakukan, yakni membuat Freya jatuh cinta padanya. Eaksss
"Kalian yang disana." Ucap Abian membuat Robbin dan bu Ayu langsung siap siaga.
"Ini pukul berapa?"
"Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam Mr." jawab Robbin.
"Freya udah tidur?"
"Sepertinya sudah. Sejak dua jam yang lalu bu Freya masuk kedalam kamarnya." Kali ini bu Ayu yang menjawab.
"Tolong panggilkan." ucap Abian pelan tapi masih bisa terdengar oleh Robbin dan bu Ayu.
Permintaan aneh dari tuannya membuat mereka saling pandang dan kemudian kembali memperhatikan Abian yang tadi sempat memberi perintah sembari memposisikan kenyamanan tidurnya. Mereka berdua tau kalau sebenarnya Abian sedang mengigo tapi mau lelaki itu tidur atau bangun perintah tetaplah perintah. Segera bu Ayu menuju kamar Freya.
Dengan berat hati tangannya mengetuk pintu kamar Freya berharap wanita itu belum tidur dan bisa langsung membukakan pintu. Namun nyatanya harus berkali-kali diketuk baru pintu bisa terbuka dan menunjukan Freya dengan muka bantalnya. Bu Ayu sempat meringis. Sepertinya ia sudah mengganggu tidur wanita malang ini.
"bu Ayu? Ada apa ya?" tanya Freya dengan tangan yang masih mengucek matanya.
"Maaf mengganggu bu. Tapi, bu Freya dipanggil oleh Mr.Abraham."
"Abian?" tanyanya yang masih berusaha mengumpulkan nyawa, "Sekarang banget? Huaammm..."
"Iya bu, Mr. Sedang menunggu dilantai bawah."
"Mau apasih dia. Ganggu aja!" dumel Freya tetapi masih melangkah meninggalkan kamar tercintanya. Dengan langkah gontai ia menuruni tangga dan sesekali menguap. Rasa kantuk masih meraja lela dirinya bahkan percaya tidak percaya, sekarang Freya berjalan sambil menutup mata. Langkahnya sampai dipapah oleh bu Ayu.
Robbin yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya, bertanya pada bu Ayu lewat tatapan mata. Namun tidak perlu dijelaskan semua orang sudah tau bahwa Freya tipe orang yang sulit dibangunkan. Dan sampailah Freya tepat dimana Abian tertidur. Bu Ayu kembali membangunkan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Miracle
RomanceSetelah kepergian ayah tercinta, seharusnya membuat Freya Jovanka merasa terpuruk karena satu-satunya orang yang berpengaruh dalam hidupnya telah pergi. Tetapi sepertinya Tuhan masih sangat menyayangi Freya. Kehidupannya amat sangat damai sentosa di...