"Niat banget ya lo ngelamar di pemakaman."
Freya mendengus saat dijawab dengan kekehan. Saat ini keduanya sedang duduk disalah satu sofa yang ada di lobi hotel. Setelah dari pemakaman Abian dan yang lainnya memutuskan untuk makan malam terlebih dulu, karena memang sudah larut dan tidak memungkinkan untuk kembali pulang, jadilah mereka menginap disalah satu hotel terdekat.
Dengan lembut diusapnya tangan yang sedari tadi ia genggam, memperhatikan cincin yang tersemat dijari manis tunangannya. Abian membawa tangan itu menuju bibirnya, mengecup punggung tangan Freya sembari menatap wanita itu. Freya terlihat salah tingkah diperlakukan seperti itu.
"Idih, dari tadi lo ciumin tangan gue mulu." protesnya sembari menarik tangannya lalu mengelapkan tangan yang tadi dicium Abian pada kemeja lelaki itu.
"Dih, saltingnya gitu." goda Abian sambil terkekeh.
"Siapa yang salting." dengan cepat Freya mengalihkan tatapannya dari Abian, "Bu Ayu sama si robot lama banget."
Senyum Abian merekah melihat gerak gerik Freya. Ditariknya Freya kedalam dekapannya.
"Gemes banget sih calon istrinya Abian."
"Ihh Abian lepas, banyak orang.. Maluuu."
"Justru kalau gak ada orang lebih bahaya pelukannya, sayang. Auww." Abian meringis saat merasakan cubitan Freya di pinggangnya.
"Lepas, itu bu Ayu sama Robbin jalan kearah kita."
"Ya biarin aja. Justru aneh kalau bu Ayu sama Robbin gak datengin kita lagi."
"Abian, gue serius."
"Gue juga serius, Freya. Makanya gue ngajak lo nikah."
"Hadeh, makin gesrek aja otak lo."
Tawa Abian terdengar berbarengan dengan pelukannya yang terurai. Tidak mau melewatkan kesempatan, dengan cepat Freya melepaskan diri dari Abian dan tersenyum canggung pada bu Ayu yang juga sedang tersenyum padanya.
"Mr, saya sudah pesankan dua kamar bersebelahan sesuai dengan keinginan anda."
Abian menerima kunci kamar itu dan melemparkan kembali satu kunci pada Robbin.
"Itu kamar lo bang." Abian berdiri kemudian menarik Freya agar ikut berdiri, "Ayo." lanjutnya.
"Eh, eh.. Apaan nih main tarik-tarik" Protes Freya sembari melepaskan cekalan Abian.
"Ayo, gue masih banyak kerjaan dan lo harus istirahat."
"Maksud gue, ngapain lo ngajak gue dan kasih kunci ke Robbin."
"Kenapa memang? Ada yang salah?"
"Ya salah, lo harusnya kasih kunci ke gue."
"Ngapain?"
"Lho, kok ngapain sih. Ya biar gue bisa istirahat lah."
"Lo istirahat bareng gue."
"Hah?! Gila lo ya!"
Abian meringis saat kini tatapan orang-orang tampak memperhatikan mereka, pasalnya Freya ngegas dengan suara yang tidak dapat dikontrol.
"Frey, please deh lo jangan bikin malu."
"Yang gak tau malu itu elo. Ngapain lo narik-narik tangan gue buat masuk kamar."
"Freya sayang, please debatnya nanti aja. Udah cape banget gue."
"Abian gue juga cape, tapi lo yang mulai duluan. Sekarang gini deh, mending lo satu kamar sama Robbin, gue biar sama bu Ayu."
"Ngapain? Yang tunangan gue kan elo, bukan Robbin."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Miracle
RomanceSetelah kepergian ayah tercinta, seharusnya membuat Freya Jovanka merasa terpuruk karena satu-satunya orang yang berpengaruh dalam hidupnya telah pergi. Tetapi sepertinya Tuhan masih sangat menyayangi Freya. Kehidupannya amat sangat damai sentosa di...