Seorang gadis dengan surai cokelat tengah menatap seragam sekolahnya. Rok pendek bermotif kotak-kotak, senada dengan dasinya. Kemeja berwarna putih, dan sebuah almamater berwarna putih bersih dengan logo di sebelah kiri. Seragam sekolah yang sangat keren menurutnya dan tentunya mahal. Bahkan ia harus menabung dari uang sakunya untuk mendapatkan seragam ini.
"Oh Tuhan, ini sangat cantik. Aku tidak boleh mengotorinya sedikit pun." Ucap gadis itu sambil tersenyum.
Sebenarnya ia sedikit gemetar untuk berangkat ke sekolah barunya. Ia terlalu takut jika dirinya akan diasingkan. Bagaimana tidak? Ia murid pindahan dan ia yakin dirinya lah yang paling termiskin di sana. Katakanlah begitu.
Ia tahu betul seperti apa sekolah barunya. Legion Valley School, sekolah terkemuka di Amerika Serikat. Memiliki pengajar-pengajar berkualitas dan kurikulum yang baik, bahkan dengan mendapat ijazah dari sekolah itu sudah cukup membuat siapa saja dapat diterima di perusahaan besar dengan posisi yang meyakinkan dan jenjang karier yang terjamin.
Siswa-siswi di sana dituntut untuk mempelajari setidaknya tiga bahasa berbeda. Dilengkapi dengan kurang lebih 25 ekstrakurikuler. Jika kalian ingin mengikuti ekstrakurikuler yang sudah umum seperti sepak bola, basket, dan sebagainya, itu tidak berlaku di sekolah ini. Legion Valley School menyediakan ekstrakurikuler yang sangat menarik, antara lain berkuda, golf, tinju, memanah, tenis, piano, balet, paduan suara, memasak, berenang, hingga aneka ragam materi tentang berbisnis. Tidak hanya itu, di musim dingin ada ekstrakurikuler khusus yaitu ski dan snowboarding.
Tentu saja sekolah itu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang memadai. Tidak heran bukan mengapa sekolah itu merupakan sekolah terkemuka dan tentunya tidak cukup dengan biaya yang sedikit.
Lalu, mengapa ia ingin pindah ke sekolah itu? Yaps! Gadis itu mendapatkan beasiswa di tahun terakhirnya. Untung saja dirinya mendapatkan beasiswa itu di kelas dua belas, sehingga ia tidak terlalu lama tersiksa di sekolah para orang kaya itu. Ia menerima beasiswa ini karena prestasi yang ia cetak di sekolah lamanya. Ia hanya ingin mendapatkan ijazah dari sekolah ini yang sudah pasti akan menjamin masa depannya nanti.
Sudah cukup bercerita tentang sekolah barunya, kini dirinya sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia mengikat rambutnya ke atas menjadi satu agar tidak mengganggu aktivitasnya nanti. Setelah selesai, ia memasang name tag bertuliskan Arabella Calista.
"Kau pasti bisa Ara!" gumamnya menyemangati diri sendiri.
***
Laki-laki berusia 18 tahun tengah menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Jam dinding besar bergaya Eropa jelas-jelas menunjukkan pukul 07.30 pagi dan bandulnya seringkali berdengung memenuhi ruangan itu. Namun, bunyi itu tidak membuatnya bangun dari tempat tidurnya. Padahal pukul 07.30 harusnya ia sudah duduk di kelas dengan seragamnya, namun lihatlah dirinya yang masih memejamkan mata.
Tidak, tentu ini bukan pertama kalinya ia seperti ini. Entah sudah berapa puluh kali ia seperti ini, tidak ingin pergi ke sekolah karena alasan yang tidak logis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence
Romance[Sequel Bastard!] Limerence (n.) the state of being infatuated or obsessed with another person. Ellard Theodore Allister, pria tampan yang siap mengusik kehidupan Arabella Calista dengan segala tingkahnya yang konyol. Ia begitu berusaha mendapatkan...