13. Avoid

6.4K 787 72
                                    

Ellard sudah senantiasa berada di depan rumah Ara. Seperti biasa, pukul 06.00 pagi dia sudah berada di sini, menunggu sang dambaan hati.

Ellard melirik jam tangannya, tumben sekali Ara belum keluar. Ellard memutuskan untuk mengetuk rumah Ara. Ia menekan tombol di samping gerbang rumah itu.

Tidak lama keluarlah seorang wanita yang tidak lain adalah ibu Ara. Ellard tersenyum manis kepada wanita itu.

"Pagi Nyonya Emma!" ucap Ellard dengan ceria seperti biasanya.

Emma membuka gerbang itu dan tersenyum melihat sosok laki-laki tampan yang sepertinya sedang mendekati putrinya.

"Ellard, kau tidak sekolah?" tanya Emma.

"Aku ingin menjemput Ara untuk berangkat bersama, Nyonya." Terang Ellard.

"Lho? Tetapi Ara sudah berangkat," Emma mengerutkan keningnya.

Memang ia sedikit keheranan karena Ara berangkat lebih pagi dari biasanya. Ketika Emma bertanya, putrinya mengatakan akan belajar dahulu karena ini sedang ujian.

"Ah begitu rupanya, baiklah kalau begitu aku pamit ya," ucap Ellard.

"Hati-hati," ucap Emma sambil tersenyum.

Ellard mengangguk dan tersenyum.

Ia melajukan mobilnya dengan keheranan. Mengapa Ara berangkat sangat pagi? Tumben sekali ia tidak menunggu Ellard terlebih dahulu? Bahkan ia tidak membaca pesan Ellard sama sekali. Ara membuat Ellard khawatir.

Sementara itu, Ara tengah duduk tenang di kursi paling pojok perpustakaan. Buku yang sangat tebal sudah terbuka di hadapannya. Ia membaca materi yang akan diujikan. Ya membaca, sambil sesekali mengusap air matanya yang lolos begitu saja.

Sejujurnya, ia tidak benar-benar membaca buku. Ia hanya diam dan pandangannya kosong ke arah tulisan-tulisan di dalam buku itu. Sementara isi kepalanya sangat berisik, berbanding terbalik dengan dirinya yang duduk dengan damai.

"Ara jalang penggoda!"

"Arabella hanya memanfaatkan Ellard!"

"Ara tidak pantas dengan Ellard!"

"Ara gadis miskin!"

"Jauhi Ellard!"

Begitulah kalimat demi kalimat yang terus berputar di kepalanya. Belum lagi kejadian teror yang terus teringat jelas, sangat jelas. Sehingga membuat Ara trauma untuk memasuki kamar mandi.

Ara melirik ponselnya yang terus bergetar namun selalu tidak ia hiraukan.

12 pesan baru dan 5 panggilan tidak terjawab dari Ellard.

Ara memasukkan ponselnya ke saku tanpa berniatan untuk membalas atau bahkan membaca pesan dari Ellard.

"Sorry," gumam Ara sambil menyeka air matanya. Kemudian gadis itu menutup bukunya dan beranjak ke kelas.

Ara menghentikan langkahnya dan menatap laki-laki yang sudah berdiri di depan kelas dengan dua tangan yang ia masukkan ke saku celana. Ara mendongak dan saat itu juga manik Ellard mengunci maniknya.

Ara menunduk dan melanjutkan langkahnya, namun Ellard menghalangi Ara.

"Aku ingin masuk," ucap Ara dingin.

Namun, Ellard tidak kunjung beranjak dan terus menghalangi Ara.

"Bisakah kau minggir?" Ara mendongak dan menatap Ellard.

"Ara kenapa? Ada masalah?" tanya Ellard dengan raut khawatir.

"Bukan urusanmu."

Ara menyingkirkan Ellard dengan tangannya dan melewati laki-laki itu begitu saja.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang