17. First Day

8.6K 839 69
                                    

Seorang gadis tengah memoles wajahnya dengan riasan tipis. Ia menyisir alis tebalnya dan memoleskan lipstik berwarna peach nude sebagai sentuhan terakhir. Rambutnya ia sisir dengan rapih dan terurai bebas.

Penampilannya sudah sangat sempurna seperti seorang sekretaris. Blouse cantik berwarna cream dan rok span pendek berwarna cokelat. Perpaduan yang sangat cocok. Ia melirik jam tangannya dan tersenyum.

"Hari pertama bekerja, semangat Ara!" ucapnya sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

Arabella biasa berangkat ke kantor dengan bus. Uangnya masih terlalu sedikit untuk dapat membeli mobil, ditambah lagi ia harus membayar pengobatan adiknya yang sakit.

Membutuhkan waktu tiga puluh menit agar Arabella sampai ke tempat kerja barunya. Meski sudah melihatnya kemarin, namun ia masih terkagum akan kemegahan gedung yang menjulang tinggi itu. Mari kita hitung berapa kekayaan keluarga Allister? Entahlah, yang pasti sangat jauh dengan Ara.

Arabella naik ke lantai di mana letak ruangan Ellard, atasannya berada. Ia masih tidak menyangka yang menjadi atasannya adalah pria itu. Setelah perpisahan mereka yang sama sekali tidak menyenangkan, kini ia kembali bertemu dengan pria itu. Sangat mendebarkan sekaligus canggung.

Arabella mengetuk pintu itu tiga kali dan mendengar suara Ellard dari dalam yang mempersilahkannya masuk.

"Telat 1 menit 29 detik." Ucap Ellard tepat saat Arabella menutup pintu ruangannya. Sial, bahkan pria itu menghitungnya?

Ya, Ellard memang membuatkan aturan untuk para karyawannya agar disiplin. Meskipun, ia sama sekali tidak mencontohkan hal itu. Siapa peduli? Mereka digaji dan Ellard? Tentu pria itu yang menggaji. Siapa lagi yang dapat mengaturnya?

"Maaf, tadi liftnya agak ramai." Ucap Ara dengan sopan sambil menunduk.

"Aku tidak peduli alasanmu. Duduk," titah Ellard.

Ara menelan salivanya susah payah. Jika seperti ini sangat terasa sekali aura kekuasaan pria itu. Ia juga sangat berbeda. Ellard yang dahulu selalu menggunakan nama ketika berbicara, tidak dengan "Kau" dan "Aku". Ah persetan dengan itu, toh mereka sudah dewasa bukan?

"Pelajari ini semua," ucap Ellard sambil memberikan lima ordner yang sudah tertata rapih di mejanya. "Dalam waktu satu minggu," lanjutnya.

Sontak bibir Ara terbuka sedikit. Ia cukup terkejut akan penuturan Ellard. Bagaimana mungkin mempelajari lima ordner setebal itu dalam waktu satu minggu?

"Bisa?" tanya Ellard.

"Tentu, akan kucoba sebaik mungkin!" ucap Ara optimis.

"Jangan hanya mencoba, tetapi memang seharusnya kau pelajari sebaik mungkin." Ucap Ellard lagi.

Ara tersenyum paksa dan mengangguk.

"Jika sudah, yang lain menunggumu," ucap Ellard sambil menunjuk satu lemari di sudut ruangan yang berisikan ordner-ordner dengan judul yang berbeda-beda.

"Baik El- ah maksudku, Sir!" ucap Ara yang sedikit gugup ditatap seperti itu oleh Ellard.

Tentu Ara tidak boleh memanggil pria itu dengan nama bukan? Di sini hubungan mereka sebatas atasan dan sekretaris, bukan teman seperti dahulu.

"Ruanganmu berada di depan ruanganku, silahkan." Ucap Ellard seraya mengusir gadis itu.

"Baik, permisi." Ucap Ara sopan. Ellard hanya mengangguk pelan dan kembali fokus ke komputernya.

"Mengapa kau mengenakan rok ketat itu? Memancing sesuatu yang berada di bawah sana saja," gumam Ellard setelah Ara benar-benar pergi.

Ia kembali fokus ke pekerjaannya meskipun pikiran kotornya mulai meronta-ronta. Sialan memang.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang