2. Bad luck on the first day

15.5K 1.3K 124
                                    

Arabella tengah mencuci roknya di kamar mandi. Oh kesialan apa ini, baru hari pertama bersekolah di sini, dirinya sudah terpeleset. Lantai sialan! Untung saja dirinya membawa celana training.

Ia menatap pantulan dirinya di cermin besar kamar mandi itu, kemudian menghembuskan napas pelan. Siapa laki-laki tadi yang sempat membantunya? Ia seperti tidak asing. Ia seperti mengenal manik mata itu yang sempat menatapnya beberapa detik kemudian menjatuhkannya begitu saja.

"Entahlah," ia mengedikkan bahu acuh.

Arabella menggantung roknya di loker miliknya, ia tidak ingin menjemurnya sembarangan was-was jika rok itu hilang akibat ulah orang jahil. Tepat saat Ara menutup pintu lokernya, bel istirahat pun berbunyi. Ia memutuskan untuk ke kantin karena perutnya sudah tidak kuasa menahan lapar.

Ia pergi seorang diri karena belum memiliki teman baik di sini. Reaksi teman-teman barunya di kelas pun tidak meng-enak-an dirinya. Mereka sibuk bertanya apa pekerjaan orang tuanya sehingga ia mampu masuk ke sekolah itu, namun ketika Ara mengatakan bahwa dirinya murid beasiswa semua teman-temannya memandang dirinya rendah. Huh, sulit sekali berteman dengan orang kaya.

Ara mengambil piring dan menyendok beberapa lauk untuknya. Sekolah ini memang menyediakan hidangan-hidangan untuk para muridnya, tentunya hidangan yang lezat dan bergizi seimbang. Sehingga Ara tidak perlu repot-repot mengemasi bekal pagi-pagi. Setelah selesai, ia duduk di kursi yang sedikit berada di pojok. Ya, lebih baik ia menyendiri dan seolah-olah tidak terlihat. Lebih baik begitu.

Baru hendak menyuapkan makanannya ke dalam mulut, ia tersentak kaget mendengar keributan yang terjadi tidak jauh dari tempatnya duduk.

Seorang gadis berkacamata besar dengan rambut yang diikat dua tengah dirundung oleh sekumpulan gadis cantik dan sepertinya mereka terkenal di sekolah ini, itu jika dilihat dari penampilan mereka.

Gadis culun itu tampak ketakutan di kursinya. Sedangkan salah satu gadis dengan rambut brunette mencengkeram kuat wajah si culun dan mencoret-coret wajahnya menggunakan lipstik. Tidak berhenti sampai situ, kedua temannya yang lain menumpahkan makanan dan juga minuman ke tubuh gadis itu membuat penampilannya sangat kacau sekarang.

Ara melihat ke sekelilingnya, yang melihat kejadian itu hanya dapat menonton atau bahkan mentertawakan, lebih parahnya lagi banyak yang acuh seolah-olah kejadian itu sudah biasa terjadi. Ara menggigit bibir bawahnya dan mencengkeram sendok kuat, ia sungguh ingin membantu gadis malang itu, namun ia tidak ingin terlibat dengan masalah-masalah mereka.

Akhirnya dengan banyak pertimbangan Ara memberanikan diri untuk membantu gadis itu dan menghentikan kejadian itu. Ia tidak tega melihat gadis itu terus terisak karena ketakutan.

"Aku tidak tahu apa masalah kalian dengan gadis ini, tapi aku mohon hentikan. Apakah tidak bisa dibicarakan baik-baik?" ucap Ara pada ketiga gadis perundung itu.

"Pahlawan kesiangan, heh?" ucap gadis berambut brunette.

Iria matanya melirik ke arah name tag yang terpasang di seragam gadis itu, Kylie. Ya itu adalah namanya. Lalu kedua temannya bernama Elysa dan Chloe.

"Dia adalah murid baru yang mendapat beasiswa," bisik salah satu temannya pada Kylie.

"Oh hei! Lihat! Anak miskin ini berusaha menjadi pahlawan." Ucap Kylie dengan setengah berteriak. Hal itu pun disambut tawa remeh oleh seisi kantin.

"Bisakah kau tidak perlu berteriak?" ucap Ara yang masih terdengar sangat sopan meskipun sudah dipermalukan.

"Kau malu? Iya?" ucap Kylie yang malah sengaja mengencangkan suaranya.

"Suaramu membuat gendang telingaku sakit," ucap Ara sambil menutup kedua telinganya.

"Kau harus diberikan pelajaran sepertinya," ucap Kylie yang nampak sudah sangat kesal dengan Ara. Pasalnya selain mengganggu aktifitasnya, gadis itu juga seperti menantangnya dan tidak takut sama sekali.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang