24. Hurt

8.3K 819 53
                                    

Berulang kali Ellard melirik jam tangannya, matanya sibuk menatap pintu masuk restoran itu. Sudah satu jam lebih Ellard duduk di sini, namun mengapa gadis itu belum datang juga?

Hari sudah semakin malam, apakah terjadi sesuatu dengan Ara di jalan? Oh sial, ia sungguh mengkhawatirkan gadis itu. Ellard berdiri dan langsung berlari ke luar restoran itu. Ia melajukan mobilnya dengan terburu-buru. Ellard mengendarai mobilnya menuju kediaman Ara. Ia ingin memastikan gadis itu baik-baik saja.

"Jangan dulu!" gumam Ellard saat melihat lampu lalu lintas sebentar lagi berwarna merah.

"Sial!" Ia mencengkeram stirnya dengan kesal.

Ellard mengklakson mobil di depannya agar ia bisa menerobos lampu merah itu, tetapi orang itu tidak menggubrisnya. Ia menghembuskan napas kasar dan mengedarkan pandangannya.

Deg

Ellard menggemeretakkan giginya saat melihat sebuah kafe berlantai dua yang dipenuhi oleh kaca. Tentu, Ellard dapat melihat ke dalamnya. Ya, di sanalah gadis yang ia khawatirkan berada.

Seperti biasa, gadis itu sangat cantik apalagi dengan gaun yang Ellard pesankan khusus untuknya. Gadis itu sangat ceria dan tidak berhenti tertawa bersama seorang pria. Mengapa ia mengumbar tawa cantiknya itu pada pria lain? Ia tidak pernah sebahagia itu saat bersama Ellard.

Lagi-lagi seperti ada sesuatu menancap di hatinya. Sakit, tentu. Entah berapa kali lagi gadis itu akan membuat Ellard kecewa. Setelah penolakan-penolakan yang ia berikan, usaha-usaha Ellard yang tidak pernah bermakna di mata gadis itu, dan kini ia melupakan janji dengan Ellard dan memilih bersama pria lain. Padahal, Ellard berharap malam ini akan menjadi malam spesialnya bersama Ara.

Ia rasa ini semua sudah cukup. Bukan karena dirinya yang tidak cukup baik untuk Ara. Bukan karena ia yang kurang berusaha mengejar Ara. Tetapi memang gadis itu sedari awal tidak menginginkannya. Apakah Ellard seburuk itu di mata seorang Arabella?

Ellard tersenyum miris. Sial, ini benar-benar cinta. Ia sudah benar-benar jatuh kepada gadis itu. Ia tergila-gila dengan Ara selama ini.

Melampiaskan perasaannya kepada Violent tidak membuatnya cukup untuk melupakan Ara. Kemudian ia beralih menyewa wanita-wanita malam untuk menemaninya di ranjang, cara itu pun tidak berhasil. Ia tidak bisa menghapus Ara dari kepalanya. Nama Arabella seolah-olah sudah tercetak di otaknya dan tidak ada seorang pun yang dapat menghapusnya.

Berbagai macam cara yang ia lakukan untuk menyangkal perasaannya sendiri tidak pernah berhasil. Ia tetap mencintai gadis itu. Ya, mungkin ia adalah pria bodoh dan konyol yang masih sangat labil tentang cinta. Mungkin orang-orang dewasa akan mentertawakannya jika ia bicara tentang cinta. Tetapi sungguh, dapat disebut apalagi perasaannya ini selain cinta?

Ia sudah terlalu jauh jatuh kepada Ara, hingga rasa sakitnya pun tidak main-main.

"It's hurt so bad, Arabella."

Ellard pun melanjutkan perjalanannya entah ke mana. Ia hanya melajukan mobilnya tanpa arah, menyalurkan segala kekecewaannya. Katakan ia pecundang yang menyerah sebelum benar-benar mendapatkan gadis impiannya. Tetapi ia sudah terlalu lelah mengejar seseorang yang menutup matanya atas setiap usaha yang Ellard lakukan.

"Shit! Dad pasti akan mentertawakanku." Gumam Ellard sambil tersenyum hambar.

Ia mengingat kejadian di masa kecilnya saat ia mengecup bibir Ara dan gadis kecil itu menangis kencang. Saat itu ayahnya terus mentertawakannya hingga puas. Dan saat ini? Mungkin kejadian itu akan terulang jika ayahnya tahu.

Ellard memutar mobilnya kencang menuju kelab malam, tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi. Ia berhenti ke tempat itu karena Arabella, dan kini ia kembali ke tempat itu karena gadis yang sama.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang