31. Why You Leave Me?

7.1K 691 152
                                    

Warning! Selfharm.

"No, no. Jangan menangis, Ellard tidak suka melihat Ara menangis." Ucap pria itu sambil mengusap lembut puncak kepala Ara. Sesekali ia mengecupnya pelan.

"Kau tidak boleh pergi," ucap Ara sambil memeluk Ellard dengan erat. Ia mendongak dan menatap Ellard dengan berurai air mata. Hidungnya sedikit memerah karena terlalu lama menangis.

"Tetapi aku harus," ucap Ellard.

"Tidak!" sergah Ara.

"Ara adalah gadis yang baik. Ara hanya milik Ellard. Entah berapa banyak pria yang akan menjadi kekasih Ara nanti, tetapi Ara tetap milik Ellard." Ucap pria itu yang menggunakan kata ganti dengan nama masing-masing, seperti Ellard dulu.

"Jaga diri Ara baik-baik," ucap Ellard.

"No! Don't go, please!" teriak Ara.

Ia ingin mengejar Ellard, namun kakinya kepalang sakit dan ia kesulitan untuk berjalan. Ia hanya dapat memanggil nama Ellard sambil menangis tersedu-sedu.

"Come back! Please,"

"Ellard!"

"Don't leave me alone," Ara semakin terisak.

"Ellard!!"

Ara membuka mata dan air mata sudah membanjiri kedua pipinya. Ia menangis dalam tidurnya.

Ellard, ia benar-benar pergi. Bahkan di dalam mimpi Ara pun pria itu pergi ke suatu tempat yang tidak ia sebutkan namanya. Meninggalkan Ara sendiri, ia mengabaikan permintaan Ara untuk kembali.

Di dalam mimpi pun Ellard masih sangat manis, bagaimana bisa Ara melupakan pria itu? Ini seperti tantangan bagi Ara, tantangan yang tidak akan pernah berhasil ia lewati. Pria itu terlalu manis untuk dapat Ara lupakan, baik itu kenangan mereka atau pun subjek yang menciptakan kenangan itu bersama Ara, ya ia adalah Ellard.

Ara tersenyum kecut. Hatinya benar-benar bercampur aduk. Ia tidak keberatan jika Violent membunuhnya di tempat ini atau membiarkan Ara membusuk di sini, tetapi pikiran Ara melayang kepada keluarganya. Mereka masih membutuhkan Ara dan gadis itu juga masih harus berjuang menyembuhkan penyakit adik kesayangannya. Namun jika Ara dibiarkan hidup, entah hari-harinya akan menjadi seperti apa. Mungkin ia akan terus terjebak di dalam kenangan dirinya dan Ellard.

Ellard adalah sebaik-baiknya pria yang pernah ia jumpai selain ayahnya. Pria itu tidak pernah menyakiti Ara dengan sengaja. Selama ini yang membuat Ara sakit adalah lingkungan yang kontra dengan hubungannya bersama Ellard. Seolah-olah yang tercetak di dalam otak pria itu adalah membahagiakan Ara, hanya itu. Dan ya, Ara sangat bahagia bersama Ellard. Pria itu mampu menjadi sandaran Ara saat gadis itu sudah terlalu lelah dengan masalah-masalahnya sendiri.

Gadis itu terus menatap kosong ke arah pintu, sesekali air mata lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Tangan dan kakinya masih terikat. Luka yang dibuat oleh Violent pun masih perih, namun tidak sebanding dengan perih di hati Ara.

Kemarin, ia sempat berharap Ellard akan menolongnya dan membawanya pergi dari sini. Di mana pun Ara mengalami kesulitan atau bahaya, Ellard akan dengan cepat menemuinya. Namun, hingga kini pria itu tidak kunjung datang. Bodoh memang jika Ara mengharapkan hal itu, karena itu mustahil terjadi.

"Kau berjanji tidak akan pernah meninggalkanku,"

"Kau berjanji akan selalu melindungiku,"

"Aku takut Ellard ... " lirih Ara.

***

"Kau sudah pastikan Ellard mati?" ucap seorang gadis.

"Ya Nona, ia tidak ditemukan di mana pun. Bahkan ia digantikan oleh ayahnya di kantor." Lapor seorang pria berpakaian serba hitam.

LimerenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang