Fiki saat ini sudah berada di sekolah,ia masuk ke dalam kelas yang ternyata disana sudah ada Fenly dan Zweitson. Fiki duduk di bangkunya bersama Zweitson dan nampak zweitson tengah fokus dengan bukunya .
"Aji belum dateng?" tanya Fiki
"Paling juga tu anak jalan kaki lagi dari rumah" cetus Fenly
"Kantin yuk?" ajak Fiki
"Bentar lagi mau masuk, " ucap Zweitson yang matanya masih terfokus pada buku pelajaran.
"Yailah sans aja kali...
Dari depan pintu kelas muncullah fajri dengan peluh yang membanjiri tubuhnya.
"Assalamualaikum ya ahli kubur," ucap Fajri dengan heboh.
"Tuh kan, bener dugaan gue kalau Aji jalan kaki ke sekolah." Ucap Zweitson.
Fajri berjalan menuju bangkunya, dia meletakkan tasnya di atas meja.
"Aduh, capek banget aing jalan sampe sekolah." Ucap Fajri dengan nafas tersenggal senggal.
"Apa Fungsinya angkutan umum si? Ada yang bikin cepet malah nyari yang susah," cetus Fenly.
"Irit ongkos Fen," ucap Fajri.
"Bukan irit itu mah, ketauan meditnya," timpal Zweitson.
"Ada yang mau ikut gue gak?" Tanya Fiki.
"Kemana?"
"Mau ke kantin,"
"Bentar lagi masuk Fik,"
"Gak perduli," Fiki dengan santai keluar dari kelas.
"Iih bocah, nyari perkara aja si." Ucap Zweitson.
Hampir satu jam Fiki berada di kantin tanpa memperdulikan jam pelajaran yang sudah berlangsung. Fiki mengaduk minumannya tanpa meminumnya. Saat Fiki sedang asik mengaduk minumannya sambil melamun, tiba-tiba...
"Woy, bengong aja. Nanti kesambet loh," Fiki tersentak saat ada seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
"Cewek galak? Kok lo bisa ada di sini sih?" Tanya Fiki.
Ya, itu adalah Aurel. Aurel duduk di samping Fiki sambil meneguk minuman yang dia bawa.
"Tadi lo gak liat gue di hukum karna kesiangan?" Tanya Aurel.
Fiki menggelengkan kepalanya, "enggak."
"Yaiyalah lo gak liat gue, orang lo jalan ke kantin aja sambil ngelamun. Lo ada masalah?" Tanya Aurel.
"Ah, gue gapapa." Jawab Fiki.
"Jangan ngelak gitu, gie tau kalau lo lagi ada masalah.lo bisa cerita sama gue,"
"Ini seriusana Aurel kan? Kok lo tiba tiba perduli si sama gue?" Fiki nampak tidak percaya dengan penururan Aurel yang tiba-tiba berubah menjadi lembut.
Aurel menabok lengan Fiki.
"Auuu, sakit tau," ringis Fiki.
"Lagian gue lagi nanya serius juga,"
"Lo kalau bicaranya lembut cantik juga ya,"
Pipi Aurel mulai memanas.
"Ciee bullshing," ledek Fiki.
Aurel menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Fiki, gak usah gitu deh,"
"Yaudah, lo mau makan gak? Gue traktir deh," ucap Fiki.
"Enggak deh, gue tadi udah sarapan di rumah." Ucap Aurel.
"Serius?"
"Iya Fiki, mending kita ke taman belakang aja yuk? Kalau di sini takut ketauan guru," ajak Aurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT FIKI
ФанфікиTerlihat ceria di depan banyak orang bukan berarti tidak mempunyai masalah atau beban dalam hidup seseorang. Ini kisah seorang anak remaja yang terlihat bahagia seakan tak memiliki beban dan selalu ceria didepan banyak orang, ternyata mempunyai seb...