19.

589 139 19
                                    

"Oke, sabtu ini."

Kamu melotot karena Yoshi begitu mudah meng-iya-kan ajakan Giselle dan Karina, dua cewek itu toss kegirangan.

Kamu langsung merampas ponselmu yang dipakai dua cewek itu untuk menelpon Yoshi tadi, lalu memutuskan panggilan sepihak.

"Yes, kita bakal triple date!"

"Gue kasih tau Sungchan dulu deh!"

Giselle dan Karina tampak sangat senang, sementara kamu seperti orang tertekan.

"Y/n, muka lo jangan ditekuk begitu dong, kan mau kencan," goda Karina yang membuat kamu melengos malas.

Karina dan Giselle kembali tertawa. Kamu nggak habis pikir bagaimana bisa cowok itu langsung menyetujui ajakan dua sahabatnya ini padahal mereka belum menjelaskan dengan rinci. Yoshi benar-benar tipe cowok yang nggak mau basa-basi terlalu lama.

"Gue pergi dulu." Kamu ingat kalau hari ini harus mengantar Bunda Hani ke rumah sakit untuk kontrol.

.
.
.
.
.

Kamu melihat Soobin di depan salah satu ruang rawat VVIP, cowok itu sedang memainkan ponselnya sambil mendengarkan musik lewat earphone. Beberapa hari ini Soobin rajin masuk sekolah dan hampir tidak pernah izin lagi, keadaan orang yang ditunggu Soobin pasti mulai membaik, karena itu dia bisa datang ke sekolah.

"Soobin!" Kamu mendekat pada cowok itu, dia yang merasa terpanggil langsung menoleh. Ekspresinya datar seperti biasa.

"Lo ngapain di sini?" tanya Soobin.

"Nganter Bunda kontrol, lo habis pulang sekolah langsung ke sini?"

Soobin bergumam, lalu kembali menatap ponselnya. Situasi menjadi hening karena kamu tidak punya topik obrolan lain sementara Soobin sibuk sendiri.

Tiba-tiba kamu penasaran, sebenarnya siapa sih orang yang selalu ditemani Soobin di sini? Soobin bilang kan adiknya itu koma sejak satu tahun lalu, kamu jadi kepo bagaimana keadaannya.

"Kenapa lihatin pintu terus? Mau jenguk adek gue?" tanya Soobin tiba-tiba, membuat kamu langsung menatap cowok itu.

Kamu menggeleng gugup. "Cuma penasaran aja sih," jawab kamu, lalu meringis karena ketahuan sejak tadi memerhatikan pintu ruang rawat itu.

"Masuk aja kalau mau lihat, dia sendiri," kata Soobin tanpa menatap kamu. "Ajak ngomong kalau perlu, kenalan sama dia."

Kamu yang mendapat persetujuan lantas tersenyum senang, tanpa banyak tanya lagi kamu beranjak hendak masuk ke dalam ruang rawat saudarany Soobin.

"Y/n,"

Langkah kamu tertahan kamu Soobin memanggil, kamu menoleh.

"Jangan ceritain soal gue yang suka bolos sekolah," ujar cowok itu.

Kamu menaikan sebelah alis. "Kenapa?"

"Jangan, dia nggak suka orang bolos, nanti gue dimarahin."

Kamu melihat sorot sedih pada mata cokelat tua Soobin saat mengatakannya, cowok itu berkata seolah saudaranya ini hanya sedang tidur dan nanti akan bangun untuk memarahinya kalau kamu bicara macam-macam.

Sudut bibir kamu tertarik membentuk seulas senyum. Walau ini tampak menyakitkan, tapi kamu senang karena Soobin masih berusaha berpikir positif dan meyakinkan diri kalau adiknya akan baik-baik saja, cowok itu membuat hari-hari seolah seperti biasa dengan keberadaan adiknya itu di sisinya.

"Oke!" kamu mengacungkan jempol lalu melanjutkan langkah menuju ruang rawat khusus yang katanya paling mahal di rumah sakit ini.

Tidak heran sih, semua fasilitas lengkap dan mewah, orang yang menyewa tempat ini juga mendapat pelayanan lebih baik. Hanya mereka yang memiliki banyak uang yang bisa menyewa kamar rawat bak kamar hotel ini.

"Assalamualaikum." Kamu berjalan mendekat brankar di tengah ruangan besar ini. Di sana, ada cowok seumuran Soobin yang tengah terbaring dengan banyak alat bantu di tubuhnya.

Kamu berdiri di samping cowok itu, wajahnya mirip dengan Soobin, bahkan tinggi badannya. Kalau dilihat-lihat, mereka seperti ini kembar.

Kamu melihat ke arah sebuah gelang di tangan kiri, itu adalah gelang nama yang dipasang pada semua pasien rumah sakit ini. Kamu duduk di kursi tunggu lalu meraih tangan cowok itu untuk membaca namanya.

Sanha. 16 tahun.

Cowok berkulit putih pucat ini bernama Sanha, saudara Soobin yang terlihat mirip dengannya. Usianya 16 tahun, seumuran dengan kamu, berarti juga seumuran dengan Soobin. Jadi mereka-- kembar?

Kamu tiba-tiba teringat obrolan dengan Seungmin di kantin rumah sakit beberapa hari yang lalu. Kedua mata kamu membulat, apa si kembar sahabat Seungmin yang cowok itu maksud adalah Soobin dan Sanha?

.
.
.
.
.

"Kemarin lo dari rumah sakit?"

Kamu terkejut saat seseorang mengisi kursi kosong di sampingmu, kamu celingukan melihat sekitar, anak-anak di perpustakaan tampak sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Lo ngapain di sini?" tanya kamu was-was, cowok itu malah mengedikan bahu, lalu menyeret buku yang sedang kamu baca.

"Yoshi, pergi sana, gue mau ngerjain tugas kelompok," ujar kamu, tapi cowok itu seolah tidak mendengarkan. Dia membolak-balik lembar buku yang kamu baca.

"Yosh, lo dengerin gue nggak sih?" Kamu mulai kesal.

"Denger," jawab Yoshi. "Lo kerja kelompok sendiri?" Cowok itu celingukan, mencari rekan kerja kelompok kamu.

Kamu rolling eyes. "Namanya kerja kelompok ya sama kelompok lah! Udah sana pergi, kelas lo masih jam pelajaran!"

"Kimia, gue males. Jadi gue kabur ke sini soalnya denger kalau IPA1 lagi ada di perpus."

Kamu cengo, kemudian memilih menarik satu buku lagi dan membolak-baliknya dengan gerakan kasar. Yoshi melirik kamu, dia terkekeh melihat kamu yang tampak kesal.

"Sabtu ini jadi?" tanya Yoshi tiba-tiba. "Gue udah beli tiket nonton, enam."

Kamu reflek menoleh ke cowok itu. "Enam?"

Yoshi mengangguk. "Katanya triple date? Gue beli enam sekalian," jawab cowok itu. "Tapi kursinya gue pilih random yang jauh-jauh."

Kamu menghela napas, jangan lupa kalau cowok di samping kamu ini suka seenaknya. Jadi percuma kamu protes atau ngomel, cuma buang-buang tenaga.

"Y/n, ini buk--"

Kamu mendongak. "Oh, udah, sini."

Kamu mengambil alih buku yang diambil Bomin, lalu cowok itu duduk di depan kamu berbatas meja. Kamu melirik Yoshi yang di sebelah kamu, ternyata dia juga sedang melirik kamu.

"Berdua doang?" tanya Yoshi, terselip nada tidak suka dalam pertanyaannya.

"Bertiga," jawab seseorang tapi bukan kamu ataupun Bomin. Kalian bertiga menoleh pada cowok yang sekarang duduk di samping Bomin, berhadapan dengan Yoshi.

"Anggota baru?" tanya cowok itu, Soobin.

Yoshi kembali menatap kamu kini dengan tatapan menuntut, membuat kamu menggaruk tengkuk belakang. Kikuk sendiri padahal kayaknya kamu nggak buat kesalahan, tapi kenapa Yoshi natap kamu kayak mergokin kamu selingkuh?

"Nggak usah dilihatin begitu, gue tau dia cewek lo, kita cuma kerja kelompok," ujar Soobin tiba-tiba. "Kalau lo nggak suka, lo boleh pergi. Soalnya sekarang kelas gue ada jadwal di perpus."

Kamu meringis sambil menepuk jidat pelan, perkataan Soobin seolah sedang mengusir Yoshi yang langsung membuat cowok itu menatap tajam ke arah Soobin.

Kamu melirik waspada pada Yoshi, cowok itu beranjak. Kamu kira akan terjadi adegan keributan yang tidak diinginkan, tapi yang ada Yoshi malah  noleh ke kamu lalu senyum.

"Gue tunggu di kantin nanti pas jam istirahat, kalau lo nggak dateng, bakal gue panggil pakek speaker pengumuman."

"Heh!"

Yoshi tertawa, cowok itu mengulurkan tangan mengusap puncak kepala kamu, lalu mencondongkan badan agar bisa berbisik di sebelah telingamu.

"Gue nggak pernah main-main sama omongan gue, lo harus inget itu."

.
.
.
Tbc~

MunLovea
Sabtu, 26 Juni 2021

Bukan Meteor Garden - Yoshinori [00L Imagine] [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang