Bomin dan Soobin langsung menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara benda putih itu terbuka. Mereka menghampiri kamu dengan raut khawatir juga penasaran.
"Y/n, gimana? Ada apa?"
"Lo nangis?"
Pertanyaan Soobin membuat kamu menatapnya, lalu menggeleng pelan.
"Dia bilang apa? Dia ngelukain lo?"
Kamu menggeleng lagi.
"Bisa antar gue pulang?" tanyamu. "Gue bakal cerita apa yang Hyunjoon bilang, tapi enggak sekarang. Gue mau pulang."
"Y/n--"
Soobin menahan Bomin, mereka seolah sedang berdiskusi lewat ekspresi. Kamu tidak fokus, kepalamu berdenyut pusing setelah mendengar semua cerita dari Hyunjoon.
Hanya lima menit, tapi kamu seolah ditarik menuju masa lalu. Saat di mana semua masih baik-baik saja, lalu tragedi itu terjadi, dan kerusakan yang diakibatkan kecelakaan tahun lalu.
Banyak yang rusak. Mimpi, kepercayaan, hidup, dan hubungan. Yang paling menyakitkan, kamu tahu akar dari masalah itu adalah dua hal ini.
Ego dan salah paham.
"Gue antar pulang," tawar Soobin yang kamu balas dengan anggukan pelan.
"Gue mau nemuin Hyunjoon dulu--"
"Jangan," sahutmu, menahan pergerakan Bomin. Kamu menggeleng dengan raut memohon. "Biarin Hyunjoon sendiri dulu, ya? Dia nggak bakal kabur lagi, dia akan bantu kita ungkap semuanya."
"Soobin, ayo pulang."
Ponsel di saku celana Soobin berdering tepat saat cowok itu mengulurkan tangan hendak menarik lenganmu, Soobin segera mengeceknya seolah ia memang sedang menunggu kabar dari seseorang.
"Bentar, ya?" katanya, lalu melangkah menjauh.
Kamu dan Bomin hanya memerhatikan langkah cepat Soobin menjauh dan berbelok ke lorong lain. Kedua matamu terpejam, pusing.
"Duduk dulu," kata Bomin, menuntun kamu agar duduk di bangku panjang depan ruangan.
"Mau gue beliin minum? Lo pucet banget,"
Kamu menggeleng. "Gue cuma butuh sendiri bentar, lo bisa tinggalin gue bentar aja, Min? Maaf tapi gue masih kaget sama yang gue denger tadi."
Bomin terdiam sebentar, lalu mengangguk. Cowok itu beranjak dan melepas jaketnya, menyampirkan jaket baseball hitam putih itu di bahu kamu.
"Chat gue nanti,"
Kamu mengangguk pelan. Bomin melangkah menjauh setelahnya, sesekali cowok itu menoleh tapi kamu menanggapi dengan senyuman tipis, menunjukkan kamu akan baik-baik saja.
Tepat setelah punggung Bomin tidak terlihat, air mata mengalir bersamaan dari kedua sudut mata kamu. Kamu menunduk dalam menyembunyikan wajah pada telapak tangan dan terisak di sana, berusaha melepaskan semua rasa sesak yang kamu tahan sejak tadi.
"Maafin gue, Jin, maafin gue udah nggak percaya sama lo," lirihmu di sela isakan.
Saat ini yang ingin kamu lakukan hanya sendiri dan menangis. Untung saja ruang rawat ini ada di ujung lorong yang tidak banyak dilewati orang. Kamu bisa menangis tanpa takut orang lain menatapmu aneh atau bahkan menganggapmu gila.
Pluk. Tangisan kamu tertahan saat merasakan seseorang meraih jaket yang disampirkan Bomin di bahumu, lalu memindahkan jaket itu ke kepalamu. Jantungmu berdegup kencang saat merasakan deja vu dengan kejadian ini.
"Nangis aja gue temenin," ujar suara berat itu, lalu kamu merasakan seseorang duduk di sebelah kamu.
Kamu menggigit bibir bawah, suara itu, suara orang yang sangat ingin kamu temui saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/262386855-288-k683857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Meteor Garden - Yoshinori [00L Imagine] [SELESAI]✔
Fanfic[IMAGINE PROJECT] Yang pasti ini bukan kisah manis masa SMA seperti drama Meteor Garden! #1 Imagine [18-04-2022] #1 Imagine [01-05-2022] #1 Imagine [15-07-2022] ⚠️ Imagine ⚠️ Pasangan di cerita ini murni untuk kepentingan cerita ⚠️ Apa pun yang ada...