35.

463 118 0
                                    

Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif, cobalah....

"Jin, lo di mana sih?"

Kamu gelisah, ini sudah ke enam kali menelpon nomor yang sama, nomor Hyunjin. Tapi tetap tidak aktif.

Kamu ingat dengan pertemuan terakhir kalian, Hyunjin pamit mau menerima tantangan Yoshi untuk balapan. Sejak itu kamu tidak tahu kabar Hyunjin, bahkan Yoshi tidak sekolah.

"Kak Y/n! Kak Y/n!"

Kamu yang kaget lantas menoleh ke arah pintu, Jisung dan Jeongwoo berlarian ke arahmu dengan keringat membasahi wajah mereka. Seragam sudah tidak tapi, dan tambah lagi tidak memakai sepatu.

"Ada apa? Kenapa kalian berantakan gini?" Kamu beranjak dan menghampiri dua bocah itu. "Jisung, ada apa?"

"Hyuna, Hyuna, kak!"

Mendengar nama yang disebut Jeongwoo membuat detak jantungmu terpacu lebih cepat. Kamu ingin menampik tapi tetap kalah dengan praduga-praduga yang menguasai kepalamu.

"Hyu-hyuna kenapa?" Suaramu bergetar, terasa sesak di dada seperti sesak dalam kepala yang penuh dengan dugaan.

"Hyuna meninggal, Kak."

.
.
.
.
.

Kamu berlarian di koridor rumah sakit menuju sebuah ruangan yang terletak jauh dari keramaian. Ruang yang dipenuhi isak tangis dan aura duka yang menguar jelas dari setiap wajah di sana.

Langkahmu memelan, ada empat orang berdiri di depan ruangan itu. Dengan hati-hati kamu mendekat, namun kedatanganmu tetap dapat diketahui oleh orang-orang di sana, mereka menoleh.

Terlihat jelas perubahan ekspresi pada pria paruh baya berbaju batik cokelat itu begitu melihat kamu datang, pria itu mendekatimu dengan langkah tegas.

"Ngapain kamu ke sini?" tanyanya, sedikit membentak. "Kamu teman dia kan? Teman bocah gak tau diri itu? Ngapain kamu datang ke sini?!"

Air mata yang tadi sudah membasahi pipimu kini kembali menetes, kamu menatap wanita berbaju hitam yang juga menatapmu. Dia mengenalmu, Mamanya Hyunjin.

"Om, saya ke sini mau--"

"Pergi kamu! Saya gak butuh bela sungkawa dari kamu! Kamu sama saja seperti bocah itu!"

"PERGI!"

"Papa!"

Teriakan dari arah belakang membuat semua atensi teralih, seorang cowok berjaket hitam menarik kamu agar berdiri di belakangnya, seolah sedang melindungimu dengan tubuh tingginya.

"Jangan kasar sama, Y/n," ucap Hyunjin pelan namun penuh penekanan.

Pria itu tertawa renyah. "Dia siapa? Pacarmu? Pantas." Lalu menatapmu menilai. "Kamu juga udah dirusak sama dia?"

"PAPA!"

"Hyunjin!"

Kamu terdorong ke samping karena berusaha menahan tangan Hyunjin yang hampir melayang ke arah pria di depannya. Membuat punggungmu membentur tembok cukup keras hingga kamu meringis kesakitan.

"Y/n!" Hyunjin dengan panik menghampirimu. "Y/n, lo gak apa-apa? Sori, Y/n, Sori. Gue gak--"

"Hyunjin." Kamu menatap Hyunjin dengan mata sayu. "Gue minta maaf,"

Kini Hyunjin menatapmu bingung, tidak mengerti kenapa kamu minta maaf. Saat melihatmu kembali meringis kesakitan, cowok itu langsung mengangkat tubuhmu ke gendongannya, dan membawamu pergi.

"Dokter, tolong teman saya!"

Kamu menutup mata saat tiba-tiba merasa pusing. Padahal kejadian tadi terasa seperti hanya sekedipan mata, tapi rasanya sangat sakit sampai rasanya semua tulangmu retak. Punggungmu terbentur keras bahkan suara benturannya dengan tembok mengaung aneh di lorong.

Bukan Meteor Garden - Yoshinori [00L Imagine] [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang