26.

540 124 16
                                    

Setelah sehari absen sekolah juga absen kerja, hari ini kamu memaksa masuk padahal masih sedikit pusing. Kalau kamu di rumah terus, malah makin pusing karena akhir-akhir ini Bunda Hani sering marah-marah.

Seperti biasa, kamu berangkat sangat pagi. Sekarang masih pukul enam, kamu sudah berbelok ke koridor menuju kelas.

Kamu jadi ingat kejadian pagi itu, saat tidak sengaja bertemu Bomin di lorong sekolah. Kalian jalan bareng mau ke kelas, tapi tiba-tiba kamu melihat Yoshi bersandar pada tembok tak jauh dari persimpangan.

Ah, kenapa kamu jadi memikirkan cowok itu?

Kamu menggeleng, memilih melanjutkan langkah menuju kelas yang masih sepi. Kamu adalah orang pertama yang datang.

Setelah meletakkan tas di bangku, kamu mengambil sapu di belakang kelas. Hari ini bukan jadwalnya kamu piket, tapi kamu paling nggak bisa lihat ruangan berantakan, jadi kamu berniat bersih-bersih selagi menunggu yang lain datang.

Tring!

Suara notifikasi pesan masuk membuat kamu reflek menjatuhkan sapu yang sedang kamu pegang, dan langsung berlari menuju bangku untuk mengambil ponsel di tas.

Saat melihat nama yang tertampil di sana, kamu reflek berdecak kecewa. Bukan, bukan nama Karina yang kamu tunggu muncul di sana.

Dengan lemas kamu meletakkan ponsel itu kembali, dan berbalik hendak melanjutkan kegiatan. Tapi belum sempat melangkah, kamu kembali menoleh, lalu meraih ponsel di tas.

Jari kamu menari dengan lihai di atas layar, mencari kontak seseorang. Hingga saat nama yang kamu cari akhirnya ketemu, kamu langsung menekan icon panggil untuk menelpon.

"Hah?"

Yoshi❣️ is on another call

"Hei, bu boss!"

Kamu reflek menoleh ke arah pintu, Haechan berdiri di sana sambil melambaikan tangan, lalu cowok itu melangkah mendekat.

"Eh, ini tangannya ngapain?" Kamu reflek mundur karena Haechan mengulurkan lengan dan menempelkan punggung tangannya di dahi kamu.

"Anget, beneran sakit ternyata."

"Ha?"

"Ha He Ha He mulu, udah sarapan belum?" tanyanya.

Kamu mengernyitkan dahi, menatapnya curiga.

"Ini kenapa ngelihatin gue begitu? Nggak pernah lihat cogan ya?"

"Tau dari mana kalau gue sakit?" tanya kamu, membuat Haechan mengerjap.

Cowok itu diam selama beberapa saat, lalu menepuk mulutnya. "Gue keceplosan ya?"

"Belum, tapi sini cepuin siapa yang ngasih tau."

Haechan mendelik. "Enggak ah."

"Ya udah pergi sana," usir kamu.

"Ngambekan ih kayak pacarnya." Haechan mencibir.

"Makanya kasih tau!"

"Nggak mau nanti cowok lo marah."

Jawaban Haechan membuat kamu terdiam, maksudnya-- Yoshi? Dia yang ngasih tau Haechan kalau kamu sakit?

Tapi kan Yoshi juga nggak tau.

"Kok Yoshi bisa tau?"

"LOH KOK LO TAU ITU YOSHI?!" pekik Haechan reflek dengan kedua mata membuat, membuat kamu langsung menutup kedua telinga dengan tangan.

"Masih pagi udah ribut aja di kelas orang." Suara berat seseorang membuat kamu dan Haechan menoleh.

Cowok yang bersandar di gawang pintu dengan kedua tangan berada di saku celana itu tersenyum saat kamu menatapnya, lalu melangkah mendekat.

Bukan Meteor Garden - Kanemoto Yoshinori [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang