12.

603 144 12
                                    

"Makasih ya, Pak."

Kamu membayar pada tukang ojek online yang tadi kamu pesan untuk memgantarmu ke tempat ini, tempat yang ramai karena katanya akan ada balapan motor liar seperti yang dikatakan Giselle.

Sebenarnya kamu males banget harus keluar malam-malam, apalagi ini malam minggu, harusnya kamu di rumah aja rebahan istirahat. Apalagi besok pagi masih harus kerja.

Kamu berjalan mendekat, dari jarak beberapa meter keributan sudah terdengar. Suara mesin motor yang dimainkan membuat suasana terdengar semakin gaduh, sorakan-sorakan memberi semangat malah terasa seperti sorakan pasukan yang siap tempur.

Kamu menyelinap di antara para penonton sambil meringis setiap kali mendengar teriakan tepat di samping telinga, hingga akhirnya berhasil menerobos sampai ke barisan nomer 2 dari depan.

Kamu berjinjit, masih belum bisa melihat jelas tiga motor yang kini berjajar di tengah jalan itu, mungkin mereka yang akan balapan malam ini.

Kedua mata kamu menyipit saat melihat tiga cowok memasuki area jalan yang mereka ubah menjadi sirkuit balapan. Fokus kamu langsung tertuju pada cowok tinggi di tengah, si cowok bersurai panjang yang disemir blonde.

Reflek tangan kamu bergerak membekap mulut, kedua mata kamu membulat, rasanya mulai panas dan berkaca-kaca. Kamu tidak percaya dengan apa yang kamu lihat sekarang.

Itu Hyunjin, cowok yang menghilang satu tahun lalu dari kehidupan kamu. Cowok yang masih kamu tunggu kabarnya hingga saat ini. Bahkan setiap hari kamu tidak pernah absen memberi kabar pada Hyunjin, tapi sama sekali tidak ada balasan, bahkan pesan kamu tidak dibaca.

Cowok itu tampak lebih kurus dari terakhir kali kalian bertemu, tapi sepertinya Hyunjin bertambah tinggi. Kamu melihat tato di pergelangan tangan kanannya. Cowok berjaket kulit hitam itu mengambil posisi di sebelah motor berwarna hitam.

Kamu menggeleng, masih belum percaya kalau yang dikatakan Karina memang benar. Dengan perlahan kamu melangkah mundur, membuat orang-orang di belakang kamu menggerutu karena kakinya tidak sengaja kamu injak.

Setelah berhasil keluar dari keramaian, kamu menunduk, air mata kamu lolos begitu saja.

Hyunjin benar-benar berubah, sorot mata Hyunjin yang dulu selalu menatap kamu teduh itu benar-benar tidak kamu kenali sekarang. Aura ceria yang dulu cowok itu tebarkan juga menghilang, hanya aura suram yang kamu rasakan saat melihat Hyunjin dengan outfit serba hitam tadi.

Rambut blonde panjang yang mencolok, dan tato di pergelangan tangannya menambah kesan garang pada cowok itu.

Kedua tangan kamu terkepal, nggak! Nggak mungkin Hyunjin menjadi seperti itu! Kamu masih berusaha meyakinkan diri, tapi semua kata-kata Karina dan fakta yang kamu lihat tadi seolah menamparmu berkali-kali.

Untuk terakhir kali kamu berusaha menegakkan kepala, menatap keramaian yang semakin ribut karena balapan akan segera dimulai. Bagian dada kamu rasanya ditekan kuat oleh sesuatu, terasa sesak. Isakan putus-putus yang keluar dari mulutmu semakin meyakinkan kalau rasa sakit yang sekarang kamu rasakan adalah nyata.

Kamu berbalik, berlari sekuat tenaga menjauhi area itu. Semua benar-benar tidak masuk akal. Setelah satu tahun menunggu dan mencari, kamu berhasil menemukannya. Tapi kenapa harus seperti ini?

TINNNN!!!

.
.
.
.
.

"Y/n? Y/n?"

Kamu merasakan tepukan pelan di pipi kanan, kepala kamu rasanya pusing. Perlahan kedua kelopak mata kamu terbuka, buram. Kamu mengerjap dua kali sebelum akhirnya berhasil menyesuaikan cahaya, hal pertama yang kamu lihat adalah wajah 2 cowok yang menatapmu khawatir.

"Eh jangan langsung duduk!"

"Aduh!" Kamu memegangi kepala yang rasanya terhantam benda tumpul karena reflek bergerak duduk.

"Ngeyel sih," decak cowok berhoodie hijau. "Nih minum dulu, bikin kaget aja tiba-tiba pingsan di pinggir jalan."

Kamu menerima botol berisi air minum itu dan meneguknya sampai tinggal setengah, lalu menatap dua cowok yang ada di sebelah kanan dan kiri kamu.

"Kalian ngapain di sini?"

Dua cowok itu bertatapan. "Harusnya kami yang nanya, lo ngapain di sini?"

"Anak pinter kelas unggulan juga nonton balapan liar? Nggak nyangka gue."

Kamu mendelik menatap dua cowok itu, lalu melihat sekeliling. Ternyata kamu masih di tempat ini, hanya saja tidak lagi berada di pinggir jalan, tapi sudah menepi di rumput-rumput sebelah jalan.

Suara riuh sorakan penonton membuat kamu menoleh, dan mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Kedua mata kamu langsung memanas dan berkaca-kaca. Tiga detik kemudian kamu menangis sambil menutupi wajah kamu dengan telapak tangan.

"Loh? Loh? Kok malah nangis sih?" panik si hoodie hijau. "Yosh, ini gimana nih anak orang?"

Yoshi mengedikan bahu. "Jangan nangis nanti dikira kita apa-apain lo," ujar cowok itu, dingin.

Kamu mengintip dari sela jari. "Chan."

Haechan yang debat dengan Yoshi langsung menoleh karena kamu panggil.

"Bisa minta tolong anterin pulang?"

"Ha?" Haechan cengo. "Lo ke sini nyasar apa--"

Kamu mengangguk pelan, membuat kedua cowok itu bertatapan. Haechan menepuk jidatnya, sementara Yoshi mendesis.

Haechan tertawa. "Lo kayak bocah ya keluar malem dikit nggak bisa pulang."

"Nyusahin orang udah jadi kebiasaan lo ya?" pertanyaan Yoshi membuat kamu menoleh. "Kalau nggak tau jalan pulang mending nggak usah keluar jauh-jauh. Iya kalau yang ketemu lo orang bener, kalau orang jahat gimana? Bakal diculik dijual ke om om lo!"

Kamu tersentak mendengar perkataan Yoshi, sementara Haechan langsung menabok pundak cowok itu.

"Anak orang udah takut malah ditakut-takutin." Haechan beralih natap kamu. "Ayo gue anterin pulang, sebut aja alamat lo, gue hafal semua daerah di sini."

Kamu mengangguk pelan, lalu beranjak dengan hati-hati. Kepala kamu masih sedikit pusing, entah kenapa kamu tadi bisa pingsan.

Kamu mengikuti Haechan yang berjalan ke motor hijau miliknya, cowok itu meraih helm lalu noleh ke kamu.

"Gue cuma bawa helm satu doang, gimana?"

"Nggak apa-apa deh, gue--"

"Oi!"

Kamu noleh, saat itu juga ada helm merah yang datang ke arah kamu. Untung kamu sigap menangkapnya walau hampir oleng.

"Pakek helm gue, jangan makin nambah masalah naik motor nggak pakek helm."

Kamu menunduk menatap helm merah Yoshi yang tadi cowok itu lempar.

"Okesip, bro! Lo tunggu aja di sana, gue anter dulu ini cewek," seru Haechan.

Yoshi hanya mengangguk, cowok itu sempat menatap kamu beberapa saat dengan sorot mata datar seperti biasa, sebelum menaiki motor merahnya dan pergi menuju kerumunan orang-orang itu.

Kamu reflek noleh saat mendengar Haechan tiba-tiba tertawa.

"Lo kenapa?" tanya kamu bingung.

Haechan berdehem, cowok itu mendekat dan sedikit membungkuk, membuat kamu mengambil satu langkah mundur.

"Lo tau nggak...." Haechan melirik ke arah kerumunan, lalu kembali menatap kamu. "Lo adalah orang asing pertama yang berhasil nyentuh helm kesayangan Yoshi," ucap cowok itu, lalu kembali berdiri tegak.

"Bahkan kita berempat aja nggak ada yang berani."

.
.
.
Tbc~

MunLovea
Rabu, 05 Mei 2021

Bukan Meteor Garden - Yoshinori [00L Imagine] [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang