"papah!" gadis kecil itu berlari menghampiri sang ayah.
Pria yang tersenyum itu menangkap putri kecil nya lalu menggendong nya, "anak papa cantik banget" ucapnya sembari mencubit pipi mungil itu. Dia merindukan putrinya padahal hanya pergi ke sekolah, dia sudah menunggu di halaman depan beberapa menit yang lalu.
Aera tertawa, "papa hari ini aku dapet seratus loh! nih liat" ucapnya lalu menunjukan buku dengan coretan '100'
Aera kecil dan sang ayah, tuan Jeon..
"wih anak papa pinter! hari ini mau eskrim?"
Aera mengangguk, "mau!"
"kalo gitu pegangan! pesawat nya bakal terbang nih!" pria itu berlari kecil menuju rumah dengan tawaan Aera yang menggemaskan.
"awal yang belum selesai"
"akhir yang menggantung"
"mereka semua meninggalkan ku sendiri"
"nama mereka sudah tertulis di atas nisan"
"you cheating on me?"
Beomgyu mengangguk, "sorry" ucap nya karena tidak bisa berbohong lagi, Aera sudah mengetahui semuanya.
Gadis itu menghela nafas, sudah bisa di lihat matanya berkaca-kaca, "okay.. you can go with her"
"Aera" Beomgyu ingin menyentuh tangan Aera tetapi sudah di tahan duluan.
Aera tersenyum menatap Beomgyu, "it's okay.. go ahead" ucapnya dengan lembut.
Beomgyu bertanya, "but can we still be friends?"
"sure"
"all of them, gone"
"even him, Beomgyu"
"am i supposed to die?"
"or.. i already died but i didn't know it?"
Laki-laki di sebelah gadis itu memeluk adiknya yang menangis hebat.
"k- kak.. papa sama mama.."
Hoseok mengusap punggung Aera, "kakak disini.. tenang ya"
Aera memeluk erat kakaknya, dia dan Hoseok baru saja mendengar kabar kalau orang tua mereka termasuk ke dalam list korban kecelakaan pesawat hari ini.
Hoseok shock tidak main, dia tidak bisa membayangkan bagaimana hidup mereka kedepannya, tanpa ayah dan ibunya.
"kakak bakal jaga kamu, kaya mereka jagain kamu. Kakak janji"
Aera yang melihat dirinya dan kakaknya di masa lalu itu membuat dadanya sesak, mengapa dia harus menghadapi hidup seperti itu?
"Aera"
Gadis itu membalikkan tubuhnya saat seseorang memanggil namanya.
"kak!" Aera berlari saat melihat kakaknya tidak jauh dari sana.
Dia memeluk Hoseok dengan sangat erat, "kak.."
"kakak disini, tenang ya" ucap Hoseok sembari mengusap punggung adiknya.
Deja vu?.
Aera bisa merasakan pelukan kakaknya lagi, pelukan yang sudah dia rindukan lama sekali. Tidak sadar ternyata dia juga menangis.
Aera menjarakkan pelukan nya untuk menatap kakaknya, "papa mama, mana?"
Hoseok tersenyum lalu menghapus air mata adiknya itu, "papa sama mama baik-baik aja"
"trus kenapa ga ikut sama kakak?"
"kakak kesini buat ketemu kamu sebentar, papa sama mama lagi istirahat"
Senyuman Aera perlahan pudar, "h- hah? maksudnya?"
Hoseok melepaskan tangan Aera dari tubuhnya lalu menjauh, "kita ketemu lagi nanti ya"
Aera mencoba berlari tetapi tidak bisa, seperti ada yang menghalangnya, "k- kak?! kak Hoseok mau kemana?! kak!!"
Aera membuka matanya dan melihat langit-langit ruangan, kamar rumah sakit. Dia masih hidup? bukankah tadi dia menembak dirinya dan sudah bertemu kakaknya di alam lain? apa yang terjadi?
Dia melihat sekitar dan ada Sunghoon yang tertidur di bangsal yang berada di sebelahnya. Ah bukan tertidur, entah lah benar atau tidak. Karena laki-laki itu menghadapkan wajahnya ke arah kiri jadi Aera tidak bisa memastikan dia benar-benar tidur atau hanya pura-pura.
Berhubung bangsal mereka berdekatan, Aera perlahan menggenggam tangan laki-laki itu. Yang membuat nya terkejut adalah, Sunghoon tiba-tiba menoleh saat Aera baru menyentuh punggung tangan nya -Sunghoon-.
Mereka saling bertatapan. Sunghoon menatap kebawah melihat tangan Aera sedang menggenggam tangannya, dia membalas genggaman itu lalu mengusap punggung tangan Aera dengan ibu jari nya.
"thank god, you still alive" ucap Sunghoon masih menatap tangan Aera.
Aera kembali melihat sekitar ruangan itu, tidak ada Jimin, Jungwon, Jake ataupun Jay. Hanya dirinya dan Sunghoon, apa ini? apa tadi dia hanya berhalusinasi atau bermimpi?
Sunghoon menyadari Aera yang bingung tentang sekitar nya itu langsung menggerakkan tangan nya membuat Aera menoleh, "tadi Jake dorong lo sampe akhirnya yang kena tembak itu pundak lo, trus lo pingsan karena pas jatoh kepala lo kena lantai keras banget. Udah hampir seminggu lo ga sadar"
Koma.
Aera melihat pundak kirinya dan benar, ada kapas yang tertempel untuk menutupi bekas jahitan nya. Dia baru bisa merasakan rasa sakitnya sekarang, lebih sakit dari goresan jarum.
"ah!" ringis Aera yang mencoba menarik tangan nya, tetapi di tahan Sunghoon.
"jangan banyak tingkah, nanti tambah sakit"
Aera yang mendengar omelan Sunghoon itu akhirnya diam dan mencoba membuat tubuhnya rileks.
Lalu Sunghoon kembali berbicara, "ternyata, Jungwon itu bukan ngincer lo. Dia ngincer Jimin karena harta Jimin lebih banyak. And you know what?"
Aera menggelengkan kepalanya.
"Jungwon itu termasuk keluarga gue juga, dia pake marga samaran. Mama gue juga nyuruh dia bunuh Jimin dari awal"
Berita yang mengejutkan. Aera sebenarnya tidak terlalu peduli, namun Jungwon yang seharusnya bermarga 'Lee' tetapi memakai marga samaran 'Do' itu sangat membuatnya terkejut.
Lalu mengapa Jungwon mengejar dirinya?
"you can't talk?" tanya Sunghoon membuat Aera menatapnya.
"i can"
"oh kirain ga bisa"
"i want to hit you but i can't"
Sunghoon tertawa geli, setelah hampir 1 minggu yang dia khawatirkan itu menimpa nya, akhirnya bisa tersenyum lagi karena gadis ini.
"by the way.. Jimin, kemana?" tanya Aera.
Sunghoon terdiam setelah mendengar pertanyaan Aera. Dia bingung menjawab nya, "he is.. at his mom's house"
"dia masih hidup? kirain udah mati"
Sunghoon tersenyum kecil, dia lupa kalau Aera masih membenci Jimin, "dia lagi persiapan, ra"
"persiapan? apa?"
Sunghoon menatap Aera , "persiapan buat hukuman mati"
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
This is JIMIN [✔]
Fanfic"i'm your partner" - Jimin - Sistem asrama membuat Aera terperangkap bersama laki-laki yang ternyata adalah seorang psikopat. Ancaman dan menjadi mainan siksaan adalah makanan nya sehari-hari setelah bertemu dengan Lee Jimin. - Original story by @w...