2. A dream

188 18 1
                                    

Aera menatap laki-laki yang bernama Jimin itu di dapur, ternyata dia adalah teman sekamar nya. Aera merasa ada yang janggal tetapi tidak tau apa. Omong-omong tentang Jimin, dia terlihat tampan. Sungguhan. Aera tidak bisa bohong, teman sekamarnya itu sangat-sangat tampan.

"do you want it spicy or not?" tanya Jimin yang sedang memasak makan malam.

"spicy"

"like you"

"hah?"

"nothing" ucap Jimin lalu memasukan spageti yang belum matang itu ke dalam panci dengan air yang sudah mendidih.

Aera yang duduk di meja bar seperti mendengar Jimin menggumamkan sesuatu, tetapi tidak jelas karena suaranya kecil. Saat Jimin sudah menaruh barang-barang nya di kamar, dia menawari Aera spageti untuk di makan, kebetulan Aera juga belum makan malam jadi dia menyetujui tawaran Jimin.

Kampus mereka memiliki sistem asrama yang teman sekamarnya tidak boleh berjenis kelamin sama, jadi tidak ada yang namanya "perempuan di satu kamarkan dengan perempuan", begitu juga sebaliknya.

Kamar mereka ini lumayan luas, saat masuk hal pertama yang terlihat adalah ruang tengah. Tidak terlau kecil, tetapi juga tidak terlalu besar, nyaman. Sofa panjang yang menghadap ke TV, dapur yang berada di sebelah pintu masuk, kamar mandi yang ada di depan kamar tidur.

Kamar tidur itu terpisah dengan ruang tengah nya, kamar nya juga lumayan luas. Ada dua ranjang yang terpisah, satu meja dengan komputer bersama kursi nya, dan dua lemari baju yang terpisah.

Aera merasa lega setelah mengetahui ranjang itu terpisah, karena jika di jadikan satu pasti tidak akan nyaman, kan?

"enjoy your dinner" Jimin menaruh satu piring spageti di hadapan Aera lalu berjalan menuju ruang tengah itu.

Dia menyalakan TV nya dan menutup pintu kaca di sebelahnya karena sudah malam, kamar mereka juga ada balkon.

Aera yang duduk di meja bar itu beranjak dan mengikuti Jimin yang duduk di sofa sembari menonton.

"looks delicious"

"try it" ucap Jimin tanpa menatap Aera, dia sedang serius menonton.

Aera mencoba masakan Jimin dan rasanya ternyata di luar ekspektasi, itu bahkan lebih enak dua kali lipat dari spageti restoran.

"gimana?" tanya Jimin.

Aera membalas, "masukin apaan lo? bisa enak banget spagetinya"

"blood"

"what?"

"what?" Jimin menoleh menatap perempuan itu.

Aera mengerutkan keningnya, Jimin sempat menggumam dan Aera merasa dia salah dengar. Entah memang Jimin mengatakan 'darah' atau memang telinga Aera yang salah. Karena merasa tidak nyaman, Aera diam saja dan Jimin kembali menonton.

"kaya ada yang aneh" batin Aera merasa tidak tenang.




Aera menatap langit-langit ruangan, dia tidak bisa tidur. Gumaman aneh Jimin menghantui pikiran nya, mungkin dia salah dengar namun mungkin saja tidak. Itu yang membuat Aera tidak tenang.

Dia menoleh ke arah kanan nya dan mendapati Jimin yang tertidur lelap di ranjang sebrang nya, dia terlihat biasa saja, bahkan seperti orang normal pada umumnya, menutup mata dan bernafas. Tetapi mengapa Aera merasa dia menakutkan?

Gadis itu menghela nafas lalu mencubit lengan nya, "udahlah, lo parnoan banget, dia cuma orang biasa" batin nya mencoba berpikir positif.

Aera menatap Jimin lagi, "iya, dia cuma orang biasa" gumam nya lalu segera menutup mata mencoba untuk tidur karena besok ada kelas pertama nya.

This is JIMIN [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang