Another reward

222 53 0
                                    

Dengan setengah sadar Yura menarik kembali selimutnya dan meringkuk kedinginan. Hawa dingin bebatuan disini benar-benar tak membiarkannya lolos. Dari tadi terus saja merayap keatas kulit halus miliknya.

'nngh'

Kesadaran Yura telah utuh sepenuhnya. Ia menghembuskan napasnya kesal. Lalu bangun dan menjuntaikan kakinya ke alas berbulu dibawah ranjang. Ia melihat keluar, obor-obor disana tetap setia menyala. Entah hari sudah siang atau masih malam ia tak tahu.

"Kau sudah bangun?" Tegur Norius dari arah luar. Sepertinya ia baru saja kembali. Entah dari mana Yura tak tahu.

"Hmm," Yura mengangguk. Ia merapikan selimutnya dan segera keluar menghapiri Norius diruangan Zarom.

Zarom nampak sedang membukakan sebuah portal. Nampak sekali lubang besar yang entah tembus kemana didekatnya.

"Sekarang sudah siang?" Tanya Yura dengan nada kecil kearah Norius.

"Masih pagi."

Yura membulatkan mulutnya. Entah bagaimana Norius bisa mengetahui siang dan malam ketika berada disini. Mereka benar-benar luar biasa.

"Kau bisa kembali sekarang." Ucap Norius saat melihat Zarom menyelesaikan aksinya.

Yura menoleh kearah lubang didekat Zarom. Ia bisa melihat halaman depan rumah paman Ram terpampang disana. Ternyata hari juga masih agak gelap, lilin-lilin kecil disana bahkan belum dipadamkan.

"Tunggu sebentar," Yura bergegas kembali keruangannya untuk mengambil buletan dan pedang miliknya.

"Kembalilah jika ada waktu. Zarom selalu disini." Ucap Norius melihat Yura kembali.

"Aku akan kembali, terima kasih Norius." Ucap Yura seraya tersenyum tulus kearah Norius.

Norius membalas balik dengan senyuman. Melihat senyum gadis itu sangat mengingatkannya pada Viereen. Senyuman kecil itu bak cahaya yang membuat kegelapan dalam hidupnya selama ini perlahan sirna.

Yura melangkahkan kakinya memasuki portal. Ia menoleh kebelakang dan melambaikan tangannya kearah Norius dan Zarom. Ketulusan Norius nampak begitu jelas diwajahnya beberapa saat sebelum portal itu perlahan menghilang.

Yura menarik napas panjang dan mengalihkan pandangannya kedepan. Ia segera melangkahkan kakinya menuju rumah paman Ram. Namun langsung menghentikan langkahnya saat melihat gagang pintu itu bergerak. Refleks ia memundurkan langkah dan menegakkan tubuhnya.

Pintu terbuka. Orang itu sepertinya belum sadar dengan keberadaan Yura. Dengan kesadarannya yang belum utuh, orang itu berjalan gontai seraya menunduk mencari sesuatu.

"Paman!" panggil Yura dengan nada pelan.

Boram yang merasa dipanggil langsung menegakkan pandangannya. Ia nampak linglung dan menyerjapkan matanya berkali-kali. Ia berpikir keras apakah ia masih dalam dunia mimpi atau memang sudah sadar.

"Yura?" tanya Boram memastikan.

"Yura??" Beo seseorang dengan suara agak keras yang baru muncul dari arah belakang pintu. Orang itu langsung bergegas menghampiri Yura dan mengabaikan kehadiran Boram.

"Kau kembali! Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?" Orang itu adalah Farhes. Ia langsung memeriksa tubuh Yura bak seorang ibu yang baru saja menemukan anaknya yang hilang.

"Aku baik-baik saja," Jawab Yura dengan tatapan datar. Farhes terus memutar tubuhnya untuk memeriksa apakah ia baik-baik saja.

"Kau tidak mati bukan?" Tanya Farhes dengan wajah tak berdosa.

Yura memutar malas bola matanya. Ia memilih mengabaikan Farhes dan langsung masuk kerumah.

"Kau sungguh berlebihan," Ucap Yura pada Farhes yang terus saja mengekorinya. Lelaki itu bahkan mengikutinya sampai kekamar.

X A V I E R A || The Hidden AmalgamousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang