Queen Qiella's blood

149 32 3
                                    

"Dia seorang demonix, yang mulia Ratu." ungkap seseorang yang suaranya sangat familiar ditelinga Anya.

"Apa maksudmu Eressa?" tanya ratu Qiella tak mengerti.

"Pelayan pribadi Anya, dia seorang iblis yang menyusup kesini. Eressa melihat sendiri yang mulia."

Anya berdecih dari kejauhan. Apa yang dikatakan Yura sebelumnya memang tidak salah. Pria yang tadi mencekiknya itu adalah anak buah gadis licik itu.

"Dengarlah Eressa, dia bukanlah seperti yang kau tuduh. Dia penyelamat putriku."

"Maka dari itu yang mulia, tidakkah yang mulia merasa ada kejanggalan. Dia tiba-tiba datang dan menolak hadiah yang diberikan. Ia malah memilih untuk tinggal diistana bersama Anya."

Perkataan Eressa membuat ratu Qiella terdiam sesaat. Yura memanglah menolak hadiah yang ia berikan. Namun, sejak saat ia tinggal hingga saat ini ia tak menemukan kekacauan yang gadis itu sebabkan. Malah ia bisa melihat Anya semakin ceria, tak seperti sebelumnya.

"Eressa, sebaiknya kau segeralah beristirahat. Urusan Anya, biarkan aku selesaikan sendiri." saran ratu Qiella.

"Baiklah kalau begitu, Eressa pamit yang mulia."

Anya langsung bersembunyi menghindari Eressa. Ia bisa melihat gadis itu keluar seraya menahan amarahnya. Gadis itu sepertinya belum handal menjadi seorang provokator.

Setelah Eressa benar-benar keluar, Anya langsung menghampiri ratu Qiella. Ia bisa melihat ibunya sedang menatap langit malam dari jendela besar dikamarnya.

"Ibu!"

Ratu Qiella membalikkan tubuhnya. "Anya? Apa yang kau lakukan disini?"

"Sejak kapan kau disini?" tambah ratu Qiella.

"Baru saja." bohong Anya.

Ratu Qiella mengangguk kecil. Ia menarik dua tirai putih yang tergantung indah pada jendela besar dibelakangnya agar menutupi pemandangan diluar. Kemudian beranjak duduk ditepian ranjang besarnya.

"Apa yang kau inginkan?"

Anya mengeluarkan sesuatu dari balik layer gaunnya. Sebuah benang sutra, kain putih, dan jarum tajam. Ia ikut duduk disamping ratu Qiella dan menunjukkan benda-benda itu.

"Ibu ingat, sulaman teratai putih yang ibu buatkan digaun masa kecilku?"

"Tentu."

"Buatkan lagi untukku." rengek Anya seraya memberi selembar kain putih dan peralatan lainnya pada ratu Qiella.

"Kenapa tiba-tiba?" selidik ratu Qiella sedikit curiga.

"Oh ayolah ibu. Gaun itu tidak bisa lagi ku kenakan. Makanya, buatkan lagi untukku."Ratu Qiella melemparkan Anya tatapan tajam kemudian mengambil kain putih itu dari tangan Anya. Ia menghembuskan napasnya berat seraya memasukkan benang putih itu ke lubang jarum. Walaupun umurnya sudah tak lagi semuda dulu, namun penglihatannya masih sangat jelas. Lihatlah begitu mudahnya ia memasukkan benang itu.

"Berhentilah keluar istana!" pungkas ratu Qiella sambil melanjutkan sulamannya.

Anya menelan ludahnya susah payah. Bagaimana wanita tua itu tahu kalau ia keluar. Ini semua pasti ulah para prajurit itu. Mereka benar-benar tidak bisa diandalkan.

"Bagaimana ibu bisa tahu?"

"Apa yang tidak aku ketahui?"

"Istana sangat membosankan." keluh Anya seraya memayunkan bibirnya.

"Dunia luar tidak seindah yang kau kira Anya."

Bagaimana ibu bisa mengatakan seperti itu sedangkan dia selalu mengurung dirinya didalam istana putih ini~ kesal batin Anya.

X A V I E R A || The Hidden AmalgamousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang